adalah sapih botol dot. siap-siap ya, Dik.. hehe.
Penyapihan Shinfa sudah aku mulai sejak bulan April '07 yang lalu. Pas Shinfa 2,3th. Pakai getah brotowali yang aku olesin di puting. Secara beberapa minggu sebelumnya sudah dicoba cara ngomong baik-baik ala orang dewasa *alah* dan gatot mulu. Abis diolesi, Shinfa ngotot mau mimik ASI, biarpun aku dah bilang kalau mimik ibu pahit. Alhasil, begitu bibir Shinfa menyentuh puting, langsung deh dia nyengir dan nangis. Pakai acara mun-mun lagi saking pahitnya mungkin.
Tapi, ternyata cara brotowali berhasil. Hampir satu minggu dia tidak mimik ASI. Cuma, Shinfa masih kementil. Maunya nguyel-nguyel kendi emaknya.
“Bu, mimik til…”
“Eit. Kan pahit. Dikasih brotowali…”
“Botowali…? Oooh. Dimainan ya…”
*maksudnya tidak dimimik, tapi dibuat mainan aja ya…*
Ya sudah. Jadilah tiap mau bobok, Shinfa selalu pakai jurus “uyel-uyel kendi”. Malah kadang keterusan minta mentil. Minggu-minggu pertama aku masih suka kecolongan. Apalagi kalau malam tuh, pas Shinfa haus. *emaknya malas bangun sih..bikinin dot* Dengan sukses Shinfa mentil ASI lagi.
Tapi, sejak bulan Juni, aku berusaha lebih tegas.
“Dik Abit dah besar lho, dah sekolah. Dah pinter nyanyi. Masak masih mentil? Kayak Mbak Kecil *puterinya bude*. Nggak malu ya,” aku berusaha menjelaskan. Kadang berhasil, kadang Shinfa nangis kesal. Tapi, pokoknya tetap, no mimik anymore! "Nangis nggak papa kok, asal nggak mentil. Oke!
Yah, ternyata mang harus sabar, bener-bener sabar. Menerapkan berbagai macam teori penyapihan. Secara setiap anak punya keunikan dan karakter sendiri, dan tidak bisa disama-samakan. Malah aku juga pakai teori yang terakhir ini. Sekalian Shinfa pijat, aku minta sama Mbah Mus untuk menyapihkan. Sebenarnya Shinfa sudah tidak mimik ASI lagi waktu itu, cuma kebiasaan “main kendi emak”-nya masih saja berlangsung. Dan sama Mbah Mus, aku dikasih telor ayam sama air zam-zam untuk merebus. Habis itu telor sama airnya dikasihkan ke Shinfa.
Memang tidak serta-merta terbukti keberhasilannya. Wong abis itu Shinfa masih saja bilang, “Bu, dimainan ya…,” tiap mau bobok. Hehe, capeee deh!
Tapi, lama-kelamaan, mungkin karena tiap minta mainan “kendi” selalu aku tolak, dia jadi lupa kali ya sama kebiasaan itu. Terbukti sekarang, selain tidak lagi mimik ASI, dia juga nggak bilang “mainan-mainan” sebelum tidur. Malah kalau mau bobok, misalnya, di depan tivi, langsung aja ndelosor. Guling sana guling sini. Kadang minta dikeloni. Berdoa bersama sebelum tidur, meski Shinfa suka ngeyel sok nggak hafal. Abis itu lama gag ada suaranya, pas aku tengok, eh sudah merem. Dweeeh, pinter deh!