Showing posts with label percik. Show all posts
Showing posts with label percik. Show all posts

12 January, 2010

5 comments 1/12/2010 12:20:00 PM

Kejutan dari Tuhan

Posted by isma - Filed under
Kejutan apakah itu?
Kejutan pertama, jelas lahirnya Atha. Meskipun sudah didahului dengan hamil, berat badannya yang 3,7 kg dengan proses yang normal dan cepat, buatku adalah sebuah kejutan. Anugerah yang menjadikan aku sebagai ibu-ibu beranak dua hehe.

Dimulailah hari-hari baru sebagai ibu dari seorang bayi. Meskipun ini pengalaman keduaku, tetap saja aku kagok ketika punya momongan lagi. Terutama kalau Atha nangis-nangis nggak mau diam. Jadi bingung harus bagaimana. Sampai Uti ikut turun tangan, gantian menggendong keliling rumah. Soal capek, hehe jangan ditanya. Apalagi karena menyusui. Tengah malam, saatnya orang terlelap, aku sambil dengat-dengut terbangun karena krukat-kruketnya Atha, pertanda minta minum. Terutama daerah punggung, pinggang, lengan, dan kaki. Hehe, banyak banget ya. Tapi, tetap rasanya sedap, nikmat, dan menyenangkan. Puas rasanya bisa menyusui, mendengar suara lembut lahapnya Atha mimik susu, juga melihat gerak lembut pipi tembemnya. Atau, sesekali merasakan sakit karena gigitan gusi ompong Atha yang terlelap usai minum. Hmmm... aku merindukan semuanya.

Tapi, hari-hari baru itu cuma sampai 40 hari pas. Pada hari ke-41 aku sudah harus menjalani har-hari baru yang lain dikarenakan kejutan kedua dari Tuhan. Bukan sebagai emak-emak yang punya momongan baru, melainkan sebagai perantau, sebagai mahasiswa, sebagai anak kost ...

Sudah satu minggu aku tinggal di Jakarta, meninggalkan ayah, abiq, juga bayiku yang baru satu bulan, atha. Ceritanya, dimulai pada Agustus 2008 aku mengikuti seleksi beasiswa studi dari IIEF (The Indonesian International Education Foundation). Dari pra pendaftaran, seleksi administrasi, test toefl, sampai wawancara pada bulan April 2009. Dan pas pengumuman terakhir pada bulan Oktober 2009, aku dinyatakan belum lulus. Mengulang kegagalan seleksi pada tahun sebelumnya.

Ya, kecewa sih. Apalagi ketika aku masukin pra pendaftaran lagi, di tahap pertama ini aku sudah tidak lolos. Huwaaaa, semakin berlipat kecewaku. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku pikir, mungkin rezeki sekolahku tidak di IIEF, dan aku masih harus konsentrasi dengan keluarga dan pekerjaanku sekarang.

Tapi, tiba-tiba ketika sebelum melahirkan, bulan November 2009, aku dapat telpon dari IIEF di Jakarta. Si Mbak pada awalnya bertanya kabarku, aktivitas, dan apakah sedang sekolah atau mendapat beasiswa dari lembaga tertentu. Endingnya, si Mbak mengabarkan kalau aku bisa jadi akan terpilih untuk menerima besiswa studi dari IIEF. “Banyak berdoa saja, Mbak. Minggu atau bulan depan kami telpon lagi. Semoga ada kabar baik.”

Wow, ini kejutan. Senang sekaligus bingung. Bagaimana kalau jadi beneran keterima, bagaimana dengan bayiku, bagaimana dengan ininya dan itunya. Saat itu, aku tidak berdoa untuk keterima. Tapi, berdoa, terserah Allah sajalah. Dia tahu yang terbaik. Kalau memang keterima, pasti Dia akan menyediakan perangkat supaya aku bisa menjalani konsekuensi dan rencananya. Dan, ternyata, pada bulan Desember, dua minggu setelah melahirkan, aku kembali ditelpon dan mendapat kabar kalau aku terpilih sebagai calon penerima beasiswa dari IIEF untuk International Fellowships Preogram (IFP). “Januari Mbak Isma bisa ke Jakarta kan?”

Banyak yang bilang kalau beasiswa ini rezeki yang dibaya Atha. Istilah jawanya, “Rezekine bayimu.” Jadi, ada dua rezeki, selain kelahiran bayiku juga beasiswa ini. Mungkin tidak cuma aku yang bingung, ayah juga dua keluarga besarku. Bingung antara bahagia campur sedih. Bahagia, karena finally aku berhasil mendapatkan apa yang aku usahakan selama hampir dua tahun mengikuti seleksi. Sedih karena aku harus melepas ASI dan bayiku, bersama ayah dan Abiq.

Tapi, ya lagi-lagi aku percaya kalau semua sudah diatur sama yang Mahakuasa. Meskipun jalannya musti berliku-liku, tidak keterima dulu tapi kemudian diterima karena ada fellow yang mengundurkan diri. Itulah kenapa aku sering bilang kalau Tuhan itu sangat romantis, memberi pada saat aku sudah tak pernah berpikir akan diberi, sehingga berasa mengejutkan. Suprise. Selain itu, Tuhan juga jagonya pembuat alur cerita. Penuh suspensi, dan dramatis. Mungkin rasanya akan lain antara keterima langsung dibanding keterima dengan jalan berliku. Ada seninya. Ada alurnya. Yang penting dengan ending yang sama. Keterima beasiswa studi IFP-IIEF.

Terima kasih Gusti, terima kasih untuk alur yang indah ini. Beri aku dan keluargaku kekuatan dan kecerdasan untuk mensyukuri dengan sebaik-baiknya, amin.
Continue reading...

01 October, 2009

5 comments 10/01/2009 08:29:00 AM

SMS Mars dan Venus

Posted by isma - Filed under ,
Namanya juga sms, wajar kalo singkat. Tapi, aku nggak suka kalau ayah replay sms apa perlunya aja. Misalnya dengan jawaban 'yo' pas aku sms, 'pulange jangan malam-malam ya'. Hehe sebenarnya sudah menjawab. Tapi, terbaca nggak asyik deh. Kayak aras2en mbales.

Curhat, alias komplen, alias berbagi apa yang aku mau. "Mbales sms kok le ngirit," kataku by sms juga. Jawabe, "Ho o po bu karang singkat padat. Iki akeh sing do kecelek jebul jumat ngarep. Iki do ne bu yul jagongan." Hihi, tuh kan replay panjang buktinya juga bisa.

Bersyukur ayah tidak menganggapku sebagai yang rewellah, suka komplenlah, nyalah2inlah, dan lah lah yang lain. Frame ayah, kalau memang bisa menuhin request, why not.

Dan, sore di tengah ngobrol sama teman-teman, aku sms: 'Yah, jemput jam setengah 5 ya'. Jawabannya akan seperti apakah, setelah komplenku soal jawaban ngirit. Beberapa menit hapeku berbunyi, dan aku membaca replay: 'Jemput stngh 5? Yo tk jmp stngh 5'.

Hahaha, aku ngakak. Karena muatannya sama dengan jawaban 'yo' tapi dengan kalimat yang panjang. Hehe ayah pinter juga lucu.

Mahbub, Ndari, dan teman-teman jadi pada heran, kenapa ngakak. Setelah cerita, tak ada seorang pun yang nggak ikut tertawa. Mahbub berkomentar: "Iya. Aku juga biasa jawab singkat gitu, dan diprotes Baroroh." Ndari di sela tawa bilang, "Itulah Mars and Venus. Kayak yang di radio itu lho. Lanang wedok karepe mang bedo."

Yup. Laki-laki maunya opo perlune, sementara perempuan ingin mendapat banyak. Bersyukurlah kalau kemudian ada komunikasi dan saling memahami di antara Mars dan Venus. Aku biasa ungkapkan apa inginku, dan alhamdulillah ayah mau dengarkan itu. Dan, begitu pun sebaliknya.
Continue reading...