Showing posts with label Note. Show all posts
Showing posts with label Note. Show all posts

14 January, 2019

8 comments 1/14/2019 03:53:00 PM

Coba Pakai Menstrual Cup

Posted by isma - Filed under , , ,

pertama kali tahu tentang pembalut berbentuk cup ini lewat iklan di fb. lalu aku iseng-iseng cari tahu, benda apakah itu, gimana cara pakainya, dan lain sebagainya. setelah lihat youtube dan membaca review juga penjelasan tentang menstrual cup, kesan pertamaku, hmmm ... dengan ekspresi mikir berat haha. sepertinya aku belum berani deh, dan mundur.

tapi, perubahan tiba-tiba terjadi. pas aku pergi ke kruidvart, swalayan serbaneka barang, aku menemukan menstrual cup. aku timang-timang, beli nggak ya, beli nggak ya. dan keputusan akhirnya, aku pun mengambil satu dan aku bayar ke kasir. harganya 22 euro. aku pikir, nggak ada salahnya kan mencoba :)

sebenarnya yang membuatku tergerak untuk mencoba adalah karena aku merasa bersalah setiap kali mens harus pakai pembalut sekali pakai. aku sudah punya pembalut yang bisa dicuci sih, tapi ribet karena habis pakai harus nyuci dan ngeringin. padahal di leiden sini, susah sekali matahari. akhirnya ditaruh di pemanas, dan beberapa kali meninggalkan bekas coklat pada bagian dalam pad karena kelupaan :D sedangkan, menstrual cup ini nggak ribet nyucinya. karena terbuat dari silicon, jadi nggak meninggalkan bekas darah yang harus dikucek. tapi persoalannya adalah pada cara pakai. ini yang bikin aku agak was-was.

hari untuk memulai pemakaian cup ini akhirnya tiba juga. langkah pertama, aku ulangi lagi melihat video tutorial pemakaian cup di youtube. jadi, aku harus melipat dua ujung atas cup, lalu mendorong satu bagiannya ke dalam supaya bagian atasnya bisa berbentuk kerucut. lalu bagian tekukannya ditahan pakai tangan sebagai pegangan ketika memasukkan cup ke dalam lubang tempat keluarnya darah menstruasi.

langkah kedua, praktik. aku masuk ke toilet. rasanya kayak mau perang aja, tegang haha. tapi, pesan videonya, jangan tegang, relaks. terutama saat memasukkan cup. supaya otot-otot lentur jadi bisa mudah masuk. aku sengaja mulai pakainya malam hari sebelum tidur. biar nggak ngerasa lagi pakai cup. percobaan pertama, lipatan cupnya lepas. jadi kurang pas. lalu aku coba lagi, dan berhasil. cuma aku nggak berani mendorong agak ke dalam. takut hehe.


cup sudah berhasil aku pakai. rasanya, memang risih. karena ada sesuatu yang mengganjal. aku berjalan jadi kayak habis melahirkan. duduk pun juga begitu. pas berbaring mau tidur juga demikian haha. aku tegang. tapi, aku kembali teringat untuk mensugesti diriku supaya rileks. tenang. everything will be okay. hingga akhirnya aku tertidur.

pagi harinya, hal pertama yang aku lakukan adalah ke toilet. aku coba raba-raba ujung bawah cup. mana ya, mana ya. ahh ini dia. haha aku lega. ternyata cupnya masih ada. aku tarik ujung bawahnya yang kecil panjang keluar. berasa seperti kesedot. pada waktu mau mengeluarkan, aku sambil sedikit mengejan, begitu petunjuk tutorialnya, dan berhasil. aku buang isi cupnya ke dalam toilet, dicuci pakai sabun, dikeringkan, dan siap aku pakai lagi.

waktu itu aku masih takut untuk memakai cup di siang hari. karena harus naik sepeda ke kampus kan. kalau pakai cup, mengganjal nggak ya. tapi, ternyata tidak mengganggu. bahkan seharian pakai cup, jadi berasa kayak nggak sedang mens. kenapa? karena cairan darahnya ada di dalam cup. nggak kayak sebelumnya membanjir di dalam pembalut yang bersentuhan dengan kulit kita. buang air kecil juga jadi nyaman. mau berapa kali juga bisa, tanpa harus bolak-balik ganti pembalut seperti biasanya. cuma pesan tutorialnya, sebaiknya tak membiarkan cup di dalam lebih dari 12 jam dalam sekali pemakaian. dalam praktiknya, kalau pas lagi banyak darah keluar, mungkin sekitar tiga jam isi cup perlu dibuang.

aku pakai cup baru dua kali mens. dan makin sering dipakai, jadi makin terbiasa dan rileks. terus, enaknya pakai cup, meskipun darah banyak keluar dan aku gak sempat membuang isi cup karena tidur, darahnya nggak sampai mengotori baju atau sprei. mungkin karena darah tidak mengalir ke samping atau ke belakang seperti kalau pakai pembalut. enaknya lagi, aku bisa bye bye sama pembalut sekali pakai :)
Continue reading...

09 December, 2018

2 comments 12/09/2018 07:55:00 PM

Abis Lulus, Mau Ngapain?

Posted by isma - Filed under , ,

siang itu saya dan teman-teman mahasiswa phd indonesia ngobrol-ngobrol santai di cafe alias kantin kampus. jangan bayangkan kalau kantinnya itu seperti kantin kampus-kampus di indonesia ya. menunya lengkap, dari krupuk sampai sate. atau dari air putih sampai es campur. tapi kantin di sini, standar saja. ada teh, kopi, dan roti. sudah :) tapi, untuk tempat ngobrol, sudah lumayan. paling tidak untuk menghangatkan badan di tengah cuaca yang semakin dingin. sambil ngobrol soal perjalanan cerita, abis dapat phd, mau ngapain?

"untuk dapat tenure itu nggak gampang," salah seorang dari kami kembali menegaskan kalimat yang sudah diucapkannya pagi tadi. ia lalu bercerita tentang satu nama yang setelah berjuang akhirnya mendapatkan tempat di satu universitas swasta di jakarta. ada juga nama lain yang sudah luas dikenal karya dan tulisannya, tapi ternyata belum juga mendapatkan pekerjaan tetap di kampus temenku itu belajar. terus terang, aku kaget. kalau cerita sarjana indonesia kesulitan cari kerja, aku sudah sering dengar. tapi kalau sarjana bule, apalagi ia sudah punya banyak karya dan brand di bidangnya? hmmm, aku jadi sadar. aku memang terlalu naif.

di antara kami berempat, dua orang sudah tenure sebagai dosen pns, satu orang lagi sudah punya pengalaman menjadi dosen, dan aku sendirian yang berada di luar lingkaran akademik, perempuan seorangan, dan berusia di atas 40 tahun. jadi sepertinya cuma aku yang akan kesulitan menjawab pertanyaan judul itu. pertanyaan yang sedang kami obrolkan siang itu. program S3-ku akan selesai january 2020, tapi pertanyaan yang aku buat sebagai judul itu sudah aku dengar bahkan sejak tahun pertama aku di leiden. emang sih pertanyaannya nggak langsung seperti itu. melainkan pertanyaan semacam, ngajar di mana? atau dikirim sama kampus mana? tapi, jawabannya akan berujung pada hal yang sama.

studi S3 sepertinya bukan pekerjaan main-main. akhirnya aku menafsirkan demikian. setiap orang beranggapan, dan mungkin berharap bahwa lulusan S3 harus sudah punya pekerjaan yang pasti, dan pekerjaan itu adalah menjadi dosen, berkarir di bidang akademik. setiap kali aku tanya pembimbingku tentang kesempatan publikasi, mereka juga selalu merujuk pada satu istilah yang sama, scholar, bahwa nantinya aku diharapkan akan menjadi scholar, ilmuwan. tapi kalau ngomong-ngomong soal menjadi ilmuwan, hmmm, aku pikir aku masih punya harapan dan peluang meskipun aku tidak berstatus sebagai dosen. caranya gimana? banyak meneliti dan menulis haha.

eh emang bisa meneliti dan menulis? kamu kan nggak punya lembaga?

iya bisa, karena itulah yang aku lakukan setelah lulus S2. dari 2013--2015 aku bekerja serabutan dari LSM satu ke LSM lain sebagai peneliti, penulis, dan trainer. hasilnya lebih banyak berupa modul, dan hanya satu yang berupa success story book. honor yang aku dapat dari kerja serabutan itu, sebagian aku pakai untuk membiayai individual riset dan sangu untuk presentasi. sayangnya, dari lima penelitian itu, baru satu yang selesai ditulis dan sukses dipublikasi oleh special issue Asian Studies Review. seandainya aku bisa lebih tekun dan pinter (hehe), aku bisa menyelesaikan keempat tulisan dan dikirim ke jurnal. selain itu, aku selama ini mengabaikan skill menulis narasi, entah cerpen entah novel. satu hal yang menurutku penting untuk diasah kembali.

usiaku memang sudah tidak muda lagi, paling nggak kalau mau daftar jadi PNS sudah nggak bisa (kasihan). tapi, aku banyak belajar dari pengalaman hidup juga orang-orang di sekitar. asalkan aku mau obah dan nggremet, aku percaya akan ada peluang untuk bekerja dan berkarya. so mau ngapain abis lulus? aku mau balik ke yogya. mau ngurusi rumah yang sekian lama tak terawat, bersama ayah dan anak-anak. aku mau balik ikutan kumpulan ibu dasawisma dan pengajian ibu-ibu di mushala (yang mana aku belum pernah ikut karena biasanya bentrok sama kegiatan di luar), kegiatan fatayat, gerakan peace education dan creative writing, melakukan penelitian individu dan presentasi juga menulis novel supaya bisa jadi scholar yang novelist, sambil cari peluang untuk menerbitkan disertasi dan postdoc.

akhir kata, amiiiin. semoga terkabul.

Continue reading...

12 October, 2016

2 comments 10/12/2016 11:23:00 AM

yah, begitulah ....

Posted by isma - Filed under , ,

Dulu ketika sekolah di Hawaii, aku bisa fokus bekerja dan menulis juga mengikuti kegiatan ekstra kemahasiswaan, aktif ini dan itu. Tapi jauh dari keluarga rasanya jadi nelongso. Sekarang, tidak merasa nalangsa, bahkan bisa mengajak keluarga merasakan pengalaman tinggal di luar negeri. Tapi, waktu untuk bekerja, menulis dan mengikuti kegiatan kemahasiswaan jadi terbatas. Apalagi sambil merawat si kecil, ahh benar-benar tidak ada waktu untuk keluar lama. Ara selalu menangis menunggui emaknya yang sedang kuliah. Ia nggak suka botol susu. Jadi praktis sampai ia enam bulan, aku harus selalu di dekatnya.

Repot. Sedih. Kemrungsung. Stress. Memang iya rasanya seperti itu. Tapi, pengalaman mengajarkan aku untuk tidak diam. Teruslah berjalan. Optimis. Meskipun pelan dan lambat tapi tetap bergerak. Aku pernah merasakan bagaimana stressnya menyelesaikan pekerjaan dan penelitian waktu di rumah, sambil menjadi ibu rumah tangga, nidurin anak yang akhirnya ikut terlelap dan malas untuk bangun bekerja, keasyikan memasak dan bersantai ria. Dan, tulisan baru bisa selesai setelah berhadapan satu lawan satu dengan deadline, dan nggak bisa endo haha.

Bersyukur punya supervisor yang supportive. Percaya penuh sama mahasiswa bimbingannya. Enak sih, tapi aku harus pintar mengontrol diri untuk tetap on track. Ini yang menantang, tidak mudah. Bersyukur juga ada suami yang sangat mendukung, dan anak-anak yang memang lebih sering bikin ribut haha. Kadang merasa iri melihat kolega seangkatan, kebetulan cowok semua, yang sudah melahap puluhan buku, menulis banyak sampai berbab-bab. Sedangkan aku, ahh proposal saja masih gundul, belum disemai benih apa pun. Merevisi juga jalannya kayak siput. Tunuk-tunuk nggak sampai-sampai. Tidak bisa aktif seperti layaknya mahasiswa PhD. Ikut diskusi sana dan sini, jalan-jalan ke sini dan ke sana.

Ah sudahlah. Setiap orang membawa baggage situasi dan kondisi masing-masing yang tentu tidak bisa dibuat sama. Aku memutuskan field work satu tahun juga dengan pertimbangan baggage itu. Mana yang lebih baik untuk aku dan keluarga. Yang paling penting buatku adalah tetap optimis, live my life, terus mengayuh pedal agar sepeda terus berjalan sampai tujuan. Tak perlu merasa paling bodoh dan kuper, seperti kata artikel itu, pede saja. Lha kalau kenyataannya begitu, mau bagaimana haha. Hargailah usaha dan semangat sendiri, menempuh S3 saat usia sudah lanjut, sambil momong bayi dan menyusui. Sedangkan pada saat dan kondisi yang sama, justru tidak sedikit perempuan yang menyerah.

Terimalah apa adanya, nikmati dan syukuri semuanya, termasuk keterbatasan-keterbatasan, dan percaya, semua akan indah pada waktunya.

Continue reading...

18 September, 2015

5 comments 9/18/2015 01:01:00 PM

Dag Dig Dug Test LPDP

Posted by isma - Filed under ,
siap-siap buat test
Aiiih, siapa sih yang nggak dag dig dug saat mau test? Demikian juga dengan saya. Datang pagi-pagi memakai batik ke Gedung Keuangan Yogyakarta, jantung saya berdetak lebih cepat dari biasanya. Mulut saya jadi tak henti-henti melafalkan surat al-insyiroh, doa agar segala urusan dimudahkan. Di emperan ruangan test LPDP, saya sempat mengalihkan galau saya dengan ngobrol sama peserta lain. Ia perempuan berambut cepak berkulit putih bersih, seorang dosen di salah satu kampus swasta di Salatiga. Seperti saya, ia juga ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S3. “Saya sudah dapat LoA dari kampus di Melbourne,” jelasnya, yang membuat saya makdeg bergumam dalam hati, wah saingan nih! Hihihi.

Test pertama yang saya ikuti adalah menulis essay. Sebelumnya saya sempat bertanya-tanya kepada senior, tapi rupanya penulisan ini baru ditestkan di angkatan saya. Saya mempersiapkan ‘hafalan’ dua essay yang saya upload di website LPDP waktu pendaftaran. Hehe norak banget. Habis takutnya disuruh menulis sama persis dengan yang diupload. Tapi, ternyata tidak. “Jadi ada dua tema, tentang dampak globalisasi dan nasib anak korban kekerasan, dan kita suruh pilih,” seorang peserta yang sudah duluan mendapat giliran test tulis bercerita. Waktu itu saya pikir, temanya pasti diacak. Tidak sama antara grup satu dengan lainnya. Jadi, saya tidak mendahului merancang sistematika dengan dua tema itu.

Namun saudara, ternyata tema tulisan yang harus saya tulis sama persis dengan yang diujikan ke mbaknya. Di sini saya bener-bener merasa sebel haha. Jujur saja ya, saya paling gengsi sama test ini. Gengsi kalau tulisan saya jelek karena gini-gini saya kan trainer creative writing *uhuk*. Tapi, sungguh ternyata menulis dalam suasana test itu nggak asyik *ngeles*. Menit-menit pertama saya bengong, mau pilih yang mana. Kira-kira di antara dua tema ini, manakah yang lebih mudah. Wis pokoknya kondisi saya nggak elit banget, nggak pantas untuk diceritakan. Apalagi hasil tulisannya haha yang berisi tentang dampak globalisasi dan bagaimana menganggulanginya. Coba ya kalau tadi saya mencermati bocoran tema dari mbaknya. Tinggal penyesalan yang tersisa.

petunjuk ruangan test
Penulisan essay cuma berlangsung selama 45 menit apa ya *maaf saya ingin melupakan segala hal tentang test ini*. Setelah itu bersama dengan anggota kelompok B5 yang lain, saya menunggu giliran untuk test Leaderless Group Discussion (LGD). Kami berjumlah 8 orang. Semua masih unyu-unyu dan mau ambil S2, tentu saja kecuali saya yang sudah emak-emak beranak dua dan mau ambil S3 *sigh*. Kami duduk di koridor ruangan, sambil menerka-nerka testnya akan seperti apa. Dua orang cewek muda yang duduk di samping saya, mereka dari kelompok lain, tampak asyik membahas pengalaman mereka mengikuti LGD tahun lalu. Waktu itu, tidak ada seorang pun yang mencatat kesimpulan diskusi yang berdasarkan skenario akan menjadi bahan rekomendasi untuk diajukan ke DPR. “Ada yang lulus nggak dari grup Mbak dulu itu?” tanya saya. “Sepertinya tidak ada,” jawab salah satu dari keduanya.

Mendapat poin penting tentang test LGD, saya mendiskusikannya dengan teman-teman.”Siapa nih yang mau jadi notulen?” tanya salah seorang dari kami. Tak ada suara. Kami hanya saling lempar pandang. Namun, lama-lama semua mata menuju ke arah saya. Haha apes jadi orang paling dewasa. Mau nggak mau saya pun menerima untuk bertugas sebagai notulen.  Beruntung juga tema yang disodorkan untuk kami tentang MOS bagi siswa baru, dan apa rekomendasinya. Kami sudah sepakat untuk bergiliran bicara, dan setiap peserta harus mendapat jatah ngomong. Setelah itu, siapa yang mau boleh menambahkan. Tantangan buat saya, tentu harus mencatat. Saya juga sesekali meminta klarifikasi dan tambahan penjelasan, misalnya, MOS harus diawasi, lalu pertanyaan saya, oleh siapa. Di akhir diskusi saya diminta membacakan kesimpulan. Hufff! Leganya, saya bisa juga menjalankan tugas!

Keluar dari dag dig dug LGD, masuklah ke dag dig dug pemeriksaan dokumen. Kenapa dag dig dug? Ya, anything can be happened ya. Jadi supaya aman, lagi-lagi saya membaca al-insyiroh. Dan ternyata masalahnya ada di surat pernyataan yang bermaterai. Isi surat tersebut tidak sama dengan yang ada pada contoh. Padahal, saya sudah copy paste dari manual LPDP. Usut punya usut ternyata tanpa sadar saya sebenarnya mendaftar melalui jalur afirmasi yang saya pikir sebelumnya melalui jalur regular. Jadi judul suratnya harus diganti. Saya lalu jadi kuatir, takut kalau ketidaksadaran saya membawa masalah. Karena umumnya afirmasi prestasi itu untuk para atlet atau pemenang olimpiade hehe. Pantesan waktu ada bapak pejabat meninjau dan mendengar saya menjawab bahwa saya dari jalur afirmasi prestasi, saya ditanya, “Apa prestasi Anda?” gubrak!

menunggu giliran

Tentang revisi surat pernyataan itu, saya sebenarnya bisa menyusulkannya esok hari sebelum test interview. Namun, rezeki anak baik, ndilalah ada juga temen yang harus revisi surat dan ia mau membantu saya ngeprint ke luar. Saya yang kebetulan bawa laptop tinggal menyesuaikan isi surat dengan contoh yang benar dan menunggu teman saya itu datang dengan print out. “Mbak, besok kalau ditanya pas interview, jangan bilang salah centang ya jadi afirmasi,” seloroh mas-mas di sebelah saya. Haha mungkin dia sempat kaget pas saya menjawab pertanyaan bapak pejabat dengan, “Emang harus ada prestasi ya Pak?” hihihi

Selesai urusan test hari pertama, esok harinya saya mengikuti test interview. Sejak dua hari sebelumnya saya sudah membuat pancingan pertanyaan dan jawabannya yang saya praktikkan sambil berkegiatan di rumah. Biar saja dianggap aneh karena ngomong sendiri. Pagi saat test interview tiba, saya bersama anggota kelompok B5 berjajar di luar ruangan interview menunggu giliran. Gurat-gurat ketidakpastian nasib tergambar di setiap raut wajah kami. Begitu seorang kawan selesai interview, kami menyambutnya dengan serangan pertanyaan, “Bagaimana tadi, kamu ditanya apa, pakai bahasa Inggris atau Indonesia?” Dan ia menjelaskan kepada kami sambil megap-megap haha.

Saya mendapat giliran interview pukul 08.45 WIB. Tiga orang penanya sudah siap berhadap-hadapan dengan saya. Dua orang perempuan dan satu orang laki-laki. Mereka masih muda, kisaran usia 45 atau 50 tahun, dan tak ada satu pun yang saya kenal. Grogi saya sedikit berkurang. Akan lain kalau saya paling tidak tahu siapa interviwer saya, seperti ketika mengikuti interview beasiswa IFP. Salah satu interviwernya adalah Ibu Maria Hartiningsih, wartawan senior Kompas yang concern dengan isu-isu perempuan. Grogi saya berlipat-lipat. Apalagi saya waktu itu lebih banyak ditanya tentang pengetahuan, buku yang saya baca, dan sesekali disindir kenapa tidak tahu soal ini dan itu hehe. Menyeramkan pokoknya, dan saya berharap tidak demikian dengan interview LPDP ini.

Tuhan sepertinya menjawab doa saya. Para interviewer lebih banyak bertanya tentang hal-hal yang sudah saya tulis dalam aplikasi saya. “Tema penelitian Ibu tentang ulama perempuan ya. Sebenarnya apa pentingnya ulama perempuan itu?” interviewer berjilbab yang duduk di sebelah kiri memulai pertanyaan dari proposal penelitian saya. Ia juga meminta kepastian tentang komitmen untuk kembali ke tanah air. “Isu perempuan dan gender itu kan banyak diminati, bagaimana kalau setelah lulus Ibu diminta oleh kampus mana untuk bekerja di sana entah sebagai dosen atau peneliti?” ini pertanyaan yang lain. Pada bagian ini si Ibu tidak menyerah begitu saja mendengar jawaban saya tentang komitmen, ia menyerang saya dengan kondisi yang lain, tapi saya tetap teguh pendirian.

Penanya kedua, ia banyak bertanya tentang aktivitas saya dan sejauh mana saya berprestasi *uhuk*. “Itu pin apa yang Ibu pakai, santri Indonesia menulis?” tanya si Ibu sambil menunjuk ke arah jilbab saya. Seketika saya bersorak. Yes, yes, maksud saya memakai pin Matapena besar-besar di dada saya rupanya bersambut haha. Ini bagian dari caper supaya mendapat nilai tambah. Supaya saya bisa mempromosikan apa itu Matapena, kegiatan dan menunjukkan salah satu novel Matapena yang saya bawa. Hal sama yang aku pakai juga ketika interview IFP dan MEP (Muslim Exchange Program), kecuali untuk pin karena itu merchandise Matapena yang baru. Ini mungkin bisa dibilang trik yang norak haha. Tapi, pikir saya dalam interview semacam ini saya musti pede menunjukkan keberhasilan. Kalau bukan kita sendiri, siapa dong yang mau menjualkan kelebihan kita, iya nggak.

Berpindah ke penanya ketiga, ia meminta untuk switch ke bahasa Inggris. “Sure, I will try,” jawab saya ketika ia minta izin untuk pakai bahasa Inggris dan bertanya apakah saya keberatan. Karena penuturnya sesama Indonesia, tingkat grogi saya tidak sama seperti ketika interview untuk MEP atau program community solution. Yang sekarang lebih pede dan cuek saja apakah grammar saya salah atau tidak. Ia bertanya tentang tantangan terberat ketika studi di Hawaii, dan jawaban saya adalah bahasa. Ia juga bertanya tentang apa rencana setelah studi dan bagaimana menghadapi tantangan pengaruh lingkungan dan kehidupan Barat jika besok saya membawa keluarga tinggal di Belanda.

Menurut saya test interview LPDP tidak semenyeramkan bayangan saya. Memang salah satu interviwernya adalah psikolog. Tapi, saya tidak tahu pasti juga siapa di antara mereka yang psikolog. Jadi, jawab saja dengan konsisten seperti yang saya tuliskan dalam essay. Pengalaman saya sekolah di Hawaii dengan segala tantangannya juga banyak membantu saya menjawab dan meyakinkan mereka bahwa saya sudah punya bukti, entah itu keberhasilan studi, beradaptasi dengan lingkungan baru, komunikasi di internal keluarga, juga komitmen untuk kembali kepada komunitas. Di akhir sesi, salah serang interviewer mengusulkan, “Suami Ibu kan guru ya, sekolah saja sekalian di Belanda.” Sambil tersenyum saya menjawab, “Suami saya tidak suka sekolah Bu. Dia bilang, Ibu aja yang sekolah, aku dukung. Kalau aku nggak cocok.” Dan ketiga interviwer itu tertawa bersama. Hah legha!
Continue reading...

14 September, 2015

15 comments 9/14/2015 10:14:00 AM

Yeay! Senangnya Lulus LPDP!

Posted by isma - Filed under ,
Yeay, akhirnya saya lulus seleksi beasiswa LPDP!
Yeay, akhirnya saya jadi akan sekolah lagi!


Seharian itu saya seperti perempuan hamil 9 bulan yang tengah menunggu kelahiran buah hati. Gelisah dan harap-harap cemas. Saya sedang menunggu hasil ujian seleksi beasiswa yang saya ikuti. Saya juga jadi salah tingkah. Galau. Antara apakah nanti akan meluapkan kebahagiaan atau malah tragis, menangis di pojokan tenggelam dalam kesedihan. Karena ketidakjelasan itu, seluruh badan saya juga ikutan nggregesi nggak karu-karuan. Mungkin kalau dilakukan perbandingan raut muka, hari itu, 10 September 2015, adalah hari dengan raut muka saya yang paling jelek sepanjang tahun 2015. Namun, suasana segera berubah. Begitu saya membaca tulisan LULUS pada halaman akun LPDP saya, raut muka saya seketika sumringah berbinar-binar. Yeaaay, saya lulus! Yes yes. Eh tapi ini serius ya? Masih juga nggak percaya. Hehe. Yes. Saya lulus! Yeaay, saya lulus!

Nggak cuma saya, siapa pun pasti akan bahagia kalau usahanya berhasil. Saya sebenarnya sudah tiga kali kirim aplikasi untuk PhD fellowship ke Jerman, dan gagal semua. Itu niatnya masih setengah-setengah. Dan baru tahun ini saya berniat bulat untuk sekolah lagi. Artinya, saya sengaja mengirim email ke professor-professor di beberapa kampus, melamar untuk jadi mahasiswa bimbingan mereka. Motivasi terkuatnya sih karena faktor usia. Kalau nggak segera, keburu tua. Tapi ngapain sih sekolah lagi, hobi banget kayaknya. Hehe. Alasannya sederhana saja. Saya ingin menyelesaikan semua jenjang pendidikan pada umumnya, dari TK sampai S3. Biar pengalamannya komplit. Apalagi ada peluang pembiayaan yang gratis, kenapa tidak. Untuk alasan lainnya, yang lebih idealis *uhuk* saya tidak muluk-muluk, dan biasanya akan mengikuti. 


menunggu pemeriksaan keaslian dokumen LPDP
Lalu kenapa pilih sekolah ke luar negeri? Untuk pertanyaan ini saya bisa bertanya balik, kalau bisa ke luar negeri, kenapa tidak? Sekolah di luar negeri itu menyenangkan. Tidak hanya karena saya bisa shopping mata kuliah sesuai dengan bidang dan minat, tapi banyak hal baik lainnya yang saya temukan. Hubungan yang egaliter dengan para professor, dan mereka sangat baik, apresiatif, dan mau membantu. Saya juga bisa sekalian memupuk rasa percaya diri dengan penguasaan bahasa Inggris, dan dapat mengenal serta bekerja sama dengan teman-teman yang lebih beragam di lingkup international. Kesempatan untuk mengikuti program-program internasional juga banyak terbuka, dan ini secara tidak langsung memfasilitasi saya untuk bisa menjelajah dunia. Jalan-jalan. Apalagi jenjang sekolah PhD yang sampai empat tahun, jadi saya ada kesempatan untuk mengajak serta ayah, kak abiq, dan dik atha untuk punya pengalaman tinggal di luar Indonesia.

Pernah mengenyam pendidikan di Negara berbahasa Inggris dan mengikuti banyak program internasional itu ternyata bisa menambah posisi tawar kita, terutama ketika mau melamar untuk study S3. Memang sih tidak serta merta semua professor pada klepek-klepek begitu menerima email saya hehe. Saya berkirim email ke 10 professor di Eropa dan Australia. Dua professor menjawab kalau topik penelitian saya tidak sesuai dengan bidang mereka. Dua professor menjawab tidak sedang menerima mahasiswa untuk supervisi. Empat professor tidak membalas email. Dan dua professor, dari Melbourne dan Leiden, sudah menyelamatkan saya dari nasib tragis hehe. Mereka meresponse dengan kesediaan menjadi supervisor. Professor dari Melbourne malah membantu saya dengan menulis surat rekomendasi untuk beasiswa AAS

Letter of Acceptance

Lalu kenapa pilihan saya jatuh ke jawaban positif dari Leiden? Alasannya juga sederhana, mana-mana yang tersaji di hadapan saya, itulah yang saya ambil. Dan ndilalah proses di Leiden itu lebih mulus dan lancar. Leiden tidak mensyaratkan skor bahasa untuk pendaftaran, berbeda dengan di Melbourne. Ini memudahkan saya yang belum juga mengikuti ujian IELTS. Seleksi bahasa di Leiden dilakukan oleh professor. Dan di sinilah pengalaman internasional saya sangat berguna. Selain alumni dari Hawaii, saya dua kali pernah presentasi paper di workshop yang diadakan KITLV, sebuah pusat studi di Leiden University. Mungkin karena pertimbangan itu, setelah membaca proposal dan CV, sang professor langsung menyatakan kesediaan menjadi supervisor, tanpa permintaan interview skype, atau bertanya-tanya tentang skor bahasa, bahkan ia sendiri yang mencarikan saya professor lain sebagai partner pembimbing. Sedangkan di Melbourne, saya harus cari lagi sendiri dan belum juga mendapatkan response. Jadi proses di Leiden bener-benar keberuntungan buat saya!

Setelah mendapatkan statement kesediaan supervisi dari professor, dibimbing oleh officer beasiswa LPDP dan Kemenag-Dikti di Leiden, saya mengurus administrasi ke universitas untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA). Dokumen yang saya kirim antara lain formulir yang sudah diisi, copy ijazah, transkrip, 2 surat rekomendasi, summary proposal riset, copy passport, dan copy master paper. Saya juga diminta menulis surat bahwa saya akan mendaftar beasiswa LPDP dan untuk itu membutuhkan LoA. Untuk ijazah, mereka minta yang dilegalisir oleh universitas penerbit. Jadi saya minta langsung ke kampus Hawaii untuk legalisir ijazah dan mengirimkannya ke Leiden. Semua dokumen saya kirim dalam bentuk file lewat email untuk mempercepat proses, dan juga dalam bentuk hard copy lewat EMS. Proses menunggu kurang lebih satu bulan dan saya mendapatkan LoA yang dikirim lewat email dan dikirim lewat pos Netherland ke alamat rumah. Sampai di sini rasanya plong. Yeaaay, saya sudah mendapatkan LoA.

Yeay! saya lulus!

Tugas selanjutnya adalah mendapatkan pembiayaan untuk studi saya melalui jalur LPDP. Posisi saya relative aman karena sudah mendapatkan LoA. Sesuatu yang sebelumnya tak bisa saya bayangkan, bagaimana cara mendapatkannya, dan akhirnya dimudahkan oleh Allah. Dengan LoA ini, secara otomatis menggugurkan syarat skor bahasa minimal 6,5 untuk IELTS dan 550 untuk TOEFL. Yeaaay! Saya senang bukan main. Tapi namanya diseleksi, meskipun banyak teman mendoakan kelulusan saya, apalagi sudah mendapatkan LoA, tetap saja rasanya harap-harap cemas. Takut tidak ketrima dan harus mengulang mendaftar lagi.  Saya minta doa kepada simak, ibu, ayah, juga pengasuh di pesantren. Saya selalu berkirim fatihah kepada para officer LPDP, penguji, interviewer, supaya mereka jatuh cinta pada saya, juga untuk berkas aplikasi saya supaya terlihat seksi dan menarik. Jadi, kalau selama ini ada yang membantah kiriman fatihah untuk orang meninggal tidak akan sampai, maka kalau dikirim orang yang masih hidup tentu kebalikannya, akan sampai hehe.

Yes, dan Allah memudahkan jalan saya. Alhamdulillah …
Continue reading...

21 August, 2015

2 comments 8/21/2015 05:33:00 PM

Pelajaran dari “Orang Baru”

Posted by isma - Filed under , ,

di depan pintu masuk eco camp

Saya berpikir cukup lama untuk mengisi jawaban pertanyaan tentang “strength” dan “weakness”. Saya lirik Atina yang duduk di sebelah dengan lincah mengisi titik-titik yang tersedia di buku pelajaran pertama. Saya mengedarkan pandangan ke seisi ruangan, sambil bergumam dalam hati, apa ya? Buntu.

Lalu ketika esok harinya Pak Erick bertanya kepada saya saat makan siang, pelajaran mana yang menurut saya paling berkesan sejauh ini, saya menjawab, pelajaran tentang “to be me”, atau pelajaran pertama. “Ternyata saya tidak cukup mengenal diri saya sendiri,” jelas saya ketika ditanya mengapa. Buktinya saya harus berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tentang kelebihan dan kekurangan. “Untuk kekurangan, bisa lebih mudah. Tapi untuk kelebihan?” Pak Erick yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu menimpali, “Aren’t you a good writer?” Dan saya tertawa lebar, menyadari kalau saya tidak mengakui kalau saya penulis yang baik.

Pak Erick

Begitulah tipikal orang Asia, kata Pak Erick, susah menghargai diri sendiri. Salah satu faktor penyebabnya karena tidak terbiasa mendapatkan pujian daripada kritikan. “Padahal pujian itu justru akan lebih memotivasi daripada kritikan,” lanjutnya. Iya, saya pun lebih senang dan merasa termotivasi dengan pujian. Bukan membuat tinggi hati, tapi ingin terus menjadi yang baik dan terus lebih baik. Pak Erick juga mengatakan bahwa anak perempuan cenderung menemukan sosok percontohan dari figure ayahnya. Jadi, akan sangat bagus kalau ayah bisa dekat dengan anak perempuannya. “Minta sang ayah untuk memberikan pujian pada anak perempuan kamu. Tidak selalu tentang prestasi sekolah, misalnya pakaiannya rapid an lain-lain,” Pak Erick memberikan contoh.

Ini bagian kecil dari pembelajaran di luar kelas yang saya dapatkan dari program TOT pendidikan perdamaian yang diadakan oleh Peace Generation di Bandung. Bertempat di Eco Camp, kegiatan ini berlangsung dari 14-16 Agustus 2015. Pak Erick adalah salah satu trainernya yang paling sering berinteraksi dengan para peserta. Saya perhatikan ia selalu membuat percakapan-percakapan kecil dengan setiap peserta, di luar kelas. Menurut saya ini metode yang menarik untuk membangun hubungan baik antara fasilitator dan peserta dan peserta juga merasa impressed karena mendapatkan perhatian dari fasilitator. Selain itu, fasilitator menjadi tahu sejauh mana proses training bisa diterima oleh peserta.

kegiatan pagi, berkeliling di kebunorganik


bersama trainer, panitia, dan seluruh peserta

Saya jadi teringat dengan Pak Henk, salah satu fasilitator program Mansoon School di India. Ia juga melakukan hal yang sama seperti dilakukan oleh PakErick. Waktu itu dia menyapa saya dengan mengatakan, “Saya ingin ngobrol dengan kamu, Isma. Tapi belum juga dapat kesempatan.” Lalu, ketika kami ada ekskursi ke desa, kami duduk bersebelahan di dalam bis dan berbincang-bincang. Waktu itu hanya dengan Pak Ram saya belum sempat diajak berbincang-bincang. Sepertinya ia memang unik.

Well, dari setiap program dan perjumpaan dengan orang baru, saya selalu mendapatkan pelajaran. Ini adalah anugerah, dan tentu saja, saya merasa senang sekali.

Continue reading...

07 May, 2015

11 comments 5/07/2015 06:29:00 PM

Cuplikan dari Kelas Blogging

Posted by isma - Filed under , ,
training blog content & design di jakarta
senang, puas, dan marem. begitu kira-kira rasanya saat saya tahu kalau apa yang saya jelaskan bisa dipahami. apalagi, waktu saya melihat hasilnya, seperti sebuah tulisan baru yang lebih berisi, dekat dengan pengalaman, dan enak untuk dibaca. misalnya annisa, semula ia menulis tentang gagasan organisasi kemahasiswaan. "adakah kamu punya pengalaman khusus yang membuat kamu terkesan, misalnya bagaimana menghargai orang lain?" tanya saya. ia lalu muncul dengan ceritanya tentang kunjungan ke suku baduy.

salah satu peserta training di jakarta ini menulis, "ada cerita menarik ketika saya menginap di Baduy Dalam, saya meminta izin untuk melakukan ibadah. mereka mempersilakan saya dan kawan lainnya untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaan masing-masing. saya merasa terharu ketika bisa sujud di tanah Sunda Wiwitan ini. masyarakat Baduy tentu tidak asing dengan hal ini karena setiap week end mereka biasa menerima tamu/wisatawan yang menginap. meskipun kebanyakan mereka tidak bisa membaca dan menulis dan mungkin tidak tahu dengan teori toleransi tapi mereka mengerti dengan hakikat toleransi."

ini di palu, temen-temen sedang sharing hasil diskusi kelompok

di probolinggo, bersama tim kesehatan remaja, membuat blog
lain lagi dengan cerita di palu. kebetulan jumlah pesertanya lebih sedikit dari pelatihan di kota lain. kurang lebih 15 anak. sehingga saya jadi ada waktu untuk ngobrol dan mengikuti proses menulis mereka satu per satu. namanya abdi. ia ingin menceritakan kisah dari bapaknya tentang perseteruan di pasar yang berlangsung lama. dengan apik ia memulai tulisannya, “sebuah lapak yang menjadi penyebab perselisihan 2 individu yang berbeda suku,” cerita bapak. waktu itu saya masih duduk di Sekolah Dasar. saya sering mendengar cerita dari orang-orang bahwa suku Kaili dan Bugis yang bekerja di pasar pernah berseteru. lalu saya bertanya kepada Bapak tentang bagaimana perseteruan itu bisa terjadi."

sementara di bondowoso, saya bertemu lum'ah yang tulisannya dari awal memang sudah bagus. ia punya skill untuk membuat narasi. hanya perlu teman diskusi saja, kira-kira tema seperti apa yang menarik untuk ditulis. "kamu punya temen yang menikah muda?" tanya saya. ia mengangguk. "bagaimana keadaannya?" lanjut saya. ia bilang, keadaannya membuat ia sedih. ia pernah main ke rumahnya dan ngobrol banyak. "kenapa kamu tidak menulis tentang pengalaman temanmu itu dan bagaimana kamu melihat keadaannya sekarang?" tawar saya. lum'ah setuju dan tulisannya yang berjudul 'kado terindah dari sahabat' menjadi tulisan paling menarik dan ia berhak mendapatkan tablet dari panitia.

training di semarang
ini di bandung
bersama firoh dan peserta GENRE Media Production Workshop

kalau semua mau ditulis satu per satu tidak akan muat. ini cuplikan kesan dari kisah sepanjang bulan maret dan april 2015, mengisi training blog content dan design, di enam tempat berbeda. mulai dari jakarta, semarang, bandung, dan palu dimotori oleh search for common ground. lalu di probolinggo yang disupport oleh pt. ipmomi, dan di bondowoso yang diorganisasi oleh firoh bersama bkkbn. tema yang dituliskan juga berbeda-beda, dari ngeblog untuk peacebuilding, untuk promosi kesehatan remaja, pengelolaan sampah, dan posyandu, sampai issue say no untuk menikah dini, narkoba, dan seks bebas.

para peserta yang ikut adalah pelajar SMA dan mahasiswa. saya lebih suka dengan anak-anak SMA-nya. bukan karena mereka masih pada imut-imut lho ya. tapi karena mereka enak untuk diajak berproses dan mau belajar. tahu kalau "show" itu lebih bagus daripada sekadar "tell", dan mau beranjak dan benar-benar menggambarkan. mereka lebih suka tema-tema sederhana, cerita sehari-hari yang lebih dekat dengan mereka, tapi bernilai. senengnya lagi, mereka pintar mengapresiasi proses di kelas. tentu sebagai fasilitator saya jadi seneng. karena biarpun sedikit dan apa adanya, ternyata punya manfaat dan makna. begitu harapan saya. semoga. amiin.
Continue reading...

31 January, 2015

6 comments 1/31/2015 05:41:00 PM

the Netherlands Diary

Posted by isma - Filed under , ,
di depan hotel do deoleon leiden

catatan harian yang saya tulis di facebook selama saya di belanda, saya repost di blog. seru juga bacanya ...

hari pertama, 5 january 2015
berangkat dengan air asia dari jogja ke malaysia sangat menantang perasaan, setelah peristiwa kecelakaan air asia sebelumnya. tapi, ini menguji kepasrahan dan keikhlasan menerima apa pun yang terjadi. hikmahnya lagi, di dalam pesawat tiada henti baca shalawat.

ada teman yang bilang, kenapa ambil rute yang jauh untuk ke amsterdam. haha saya juga tidak tahu kenapa bisa memutuskan demikian. jadi sebaiknya tidak usah ditanyakan. daripada mengumpat dan menyesali keputusan, lebih baik menikmati dengan riang gembira. alhasil, di KLIA-2 saya bisa menemukan rest area buat penumpang yang kemalaman di bandara. saya juga tahu KLIA dan KLIA-2 itu berbeda haha ya iyalah. saya juga tidak merasakan capek berlebihan, nah yang ini kayaknya efek food combining, catet! saya menghindari roti dan makanan berbahan tepung yang akan memicu sakit kepala saya. meskipun kemakan juga sedikit haha dan sedikit merasakan sakit kepala.
tapi secara keseluruhan, perjalanan hari pertama menyenangkan!

hari kedua, 6 january 2015
pukul 5 saya sudah menunggu kereta dari KLIA-2 menuju KLIA untuk flight ke Pudong International Airport. ini pengalaman pertama untuk check in di KLIA. di e-ticket saya tertulis maskapai china southearn, tapi saya tidak menemukan counter bernama maskapai ini. saya bertanya ke petugas, ternyata dioperasikan oleh malaysian airlines. lagi-lagi, perasaan saya jadi deg-degan. teringat peristiwa-peristiwa sebelumnya. lagi-lagi, saya juga pasrah dan banyak membaca shalawat.

begitu tiba di pudong, saya bersyukur sekali. saya juga senang, mas herry, alumni hawaii yang juga dapat beasiswa ford berkenan bereuini meskipun jarak bagian china yang ia tempati sekarang lumayan jauh dari pudong. i really appreciate it. sayangnya, akses wifi di pudong terbatas. di dalam airport masih bisa, tapi email saya untuk mas hery mengabarkan saya sudah sampai dan mendapat permit untuk keluar airport, ternyata gagal terkirim. saya tidak sadar kalau gmail, google, facebook tidak bisa diakses di china.
bersama mas herry, IFP alumni dari Pontianak
perjuangan pun dimulai. saya tidak tahu bagaimana harus menghubungi mas hery hehe. lucu sekali. padahal sebelum ada internet dan hp kita ya seperti ini ya. saya coba kirim sms dari nomor em3 roaming ke nomor mas hery sepertinya terkirim tapi tidak berespon. akhirnya saya menuju ke meeting point di KFC antara terminal 1 dan 2 dekat meglav station. harapan saya muncul ketika KFC ternyata punya free wifi. saya optimis persoalan komunikasi akan teratasi. namun sayangnya, untuk login harus pakai nomor lokal. duh, rasanya menikmati pop corn ayam dan sup hangat di sore yang dingin itu jadi tidak enak di lidah. sambil saya menatap lalu lalang orang berharap salah satunya adalah mas hery. haha ini lucu sekali. saya juga berputar ke area KFC yang lain, sambil mengamati orang-orang yang semuanya bermata sipit. saya malah jadi suka melihat jaketjaket tebal dan sepatu boot yang dipakai para perempuan yang saya jumpai. ooh cantik-cantik.

merasa tak ada yang bisa saya lakukan, saya memutuskan kembali ke airport. ketika di depan gate saya ditawari hotel, saya iyakan saja. daripada lelah di bandara dan tidak bisa baca paper, pikir saya. harganya relatif murah 200rb/malam. tapi saudara, ternyata cerita belum berakhir haha. tiba-tiba keajaiban terjadi. saya dapat sms dari nomor simpati punya mas hery. aihhh, saya langsung bilang, "bisakah menunggu sebentar, kawan saya akan menyusul saya di sini," kepada petugas hote yang akan mengantar ke shuttle. ia dengan baik hati mau menelpon nomor mas hery.

kami menunggu, beberapa menit berlalu. si bapak sudah tidak sabar dan berkali-kali mengatakan untuk segera ke hotel karena sudah ditunggu shuttle. saya tak kalah kekehnya untuk menunggu. entah kesal entah punya urusan lain, si bapak mengajak saya kembali ke counter di depan gate. ahh, saya putus asa lagi ketika akan sms mas hery pulsa saya habis. sepertinya habis kemakan roaming waktu saya terima telpon dari portal KBR yang minta waktu untuk interview haha ini juga lucu. kenapa juga saya angkat telpon ya.

"beli nomor lokal saja, nanti bisa wifi," saran si bapak. okay, let's try. saya beli juga nomor china, sebuah keputusan yang saya sesali haha karena tetap saja saya tidak bisa sms mas hery yang pakai nomor simpati. harusnya, saya kembali ke dalam airport supaya bisa dapat wifi gratis dan kirim email pakai yahoo. haha ini saran saya setelah pengalaman ini. sampai di sini, saya merasa bahwa endingnya sudah jelas. "mari antar saya ke shuttle," kata saya. dan selang beberapa menit, telpon si bapak berbunyi. dari mas hery. haha ini kejaiban. dan bisa ditebak, akhirnya kami bisa bereuni juga sore itu.

selain pengalaman lucu itu, saya juga jadi tahu jika pesan online tiket, penting untuk memperhatikan maskapai tersebut dioperasikan oleh siapa, untuk memastikan apakah bisa check in through atau harus check in di setiap flight. di pudong, saya harus check in lagi, di terminal 2, padahal shuttle menurunkan saya di terminal 1. haha olahraga pagi. pasti teman-teman juga akan bertanya lagi, kenapa pilih rute panjang? haha sudah sudah. saya enjoy. saya meneruskan perjalanan dengan KLM menuju amsterdam, kurang lebih 11an jam. saya tidur saja sepanjang perjalanan, dan tetap menghindari tepung terigu. pukul 5.30 waktu amsterdam saya tiba, dan mbak erna yang juga alumni ford sudah siap menunggu.
tetap semangat!

mbak nana, juga IFP alumni dari Solo

hari ketiga, 7 january 2015
amsterdam menyambut saya dengan suasana sorenya yang dingin. tapi berubah menjadi hangat dengan sambutan dari mbak nana *peluuuuk*. kami naik kereta menuju leiden station dan mampir ke jumbo untuk beli buah-buahan. saya senang sekali harga buah-buahan mahal di yogya seperti plum dan kiwi dijual murah di sini. ya namanya saja buah import. jadi tidak ada alasan untuk tidak sarapan buah.

leiden kota yang cantik. bangunan di kanan kiri jalan seperti jajaran kastil dalam cerita-cerita tentang puteri. pengguna sepeda lebih banyak dari pemakai kendaraan mobil atau motor. mereka mengayuh sepeda di tepian jalan, seperti menelusuri hamparan kanal yang melekuk-lekuk bagian kota. saya tiba-tiba seperti masuk ke dalam negeri dongeng, tengah menarik koper melintasi jembatan-jembatan kanal berdesain klasik menuju hotel de doelen. hotel dengan tangga naik berkarpet merah yang curam, kata mbak nana, tipikal bangunan belanda. kamarnya, menurut saya seperti kos-kosan. lebih luas sedikit dari kamar saya di hale manoa. tapi, malam ini saya senang karena bisa beristirahat dengan nyaman

hari keempat, 8 januari 2015
workshop dimulai. modelnya, paper kami direview dan dikomentari oleh penulis yang lain. lalu kami meresponse komentar dan pertanyaan dari reviewer atau peserta diskusi yang lain tentang paper yang kami tulis. persis seperti kelas seminar di UHM. ada 9 paper yang kami diskusikan, dan saya merasa tersanjung "bayi mungil" saya yang berjudul "destabilizing male domination: building community-based authority of indonesian female ulama" direview dan dikomentari oleh pak martin bruinessen dan ibu mirjam kunkler dari princeton university yang juga program committee.

saya terpesona oleh review pak martin, sangat detil dan argumentatif. bahkan beliau dengan fasih mengartikulasikan gagasan yang saya maksud dengan struktur yang lebih baik. haha reviewnya jauh lebih bagus dari paper yang saya tulis. of course lah! demikian juga bu mirjam. tapi, saudara, pertanyaan mereka lumayan complicated dan lebih pada konsep-konsep yang saya pakai dalam paper, misalnya solidarity, gender equality dll. belum bombardir pertanyaan dari penulis yang lain. ooh, menjadi penulis paper pertama yang dibahas mungkin enak karena bisa bebas duluan, tapi wow energy mereka masih 100% dan saya sempat kuwalahan. haha. batin saya, ampun pak dan bu. saya beginner dan baru selesai s2 kemarin dengan skor bahasa inggris yang jongkok.

tapi, saya senang sekali dengan pak martin. profesor yang sangat humble. waktu break dan saya baru selesai ngobrol dengan teman dari thailand, pak martin mendekati saya. "saya senang sekali dengan paper kamu. saya juga senang kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik," ucapnya sambil mengangkat tangannya yang terkepal. duuuh, rasanya luruh sudah semua beban berat dalam pikiran dan perasaan saya. ini kalimat yang memotivasi sekali. begitu juga malamnya ketika dinner, pak daniel bilang, "saya kira dari semua paper, paper kamu secara langsung fokus pada topik yang kita sedang diskusikan, yaitu menyoal otoritas perempuan. dan ini bagus sekali."

terlepas dari hanya sebatas motivasi atau lebih dari itu. pesan yang saya ambil adalah, bahwa tidak semuanya buruk, ada bagian-bagian dari hasil jerih payah kita yang harus kita apresiasi. kita harus fair dan menghargai diri kita. kalau kita saja tidak menghargai diri sendiri, bagaimana dengan orang lain. betul?

workshop KITLV on female authority

hari kelima, 9 January 2015
saya membaca paper daniel, tentang makam wali perempuan di aceh. ia menulis bahwa karomah bisa diturunkan melalui jalur matrilinel, tidak hanya patrilinial. ia menulis dengan gaya ethnograpic, yang menurutnya, artinya mendengarkan dengan seksama, mengamati, dan menggunakan bahasa informant, istilah yang mereka gunakan. satu masukan bagus untuk paperku, katanya, gunakan istilah yang berlaku di komunitas atau informant yang diteliti. tidak perlu menerjemahkannya dengan istilah yang kita pakai, misalnya tentang term gender equality.

dalam papernya ia menggunakan istilah keramat untuk kelebihan yang dimiliki wali. saya menjelaskan bahwa waktu SD istilah keramat berbeda dengan karomah. biasanya keramat untuk benda dan tempat dan object lain, sementara karomah untuk wali. ya meskipun di kamus bahasa indonesia, keramat merangkum dua makna kelebihan itu. ya barangkali di aceh kata keramat dipakai untuk kelebihan pada manusia juga object. barangkali.

hari ini hari terakhir workshop. saya senang bisa mereview paper, meskipun ya dengan suara inggris yang pating plekitut haha. saya juga senang dua malam dijamu makan malam dengan menu enak. malam yang lalu kami makan di restoran nepal, everest. malam kedua di restoran makanan belanda. dengan terpaksa saya melanggar FC saya haha. tapi malam kedua saya pesan risoto, nasi jamur. enak sekali.

hari keenam, 10 January 2015
pagi hari saya menuju osdorp, untuk ketemu bu kartini, mama angkat mbakIssac T. 'Kiky' Octaviatie. ini pengalaman seru karena saya salah naik kereta dengan kartu yang tidak cukup uang buat bayar. kata teman saya, kalau pas di atas kereta ada pemeriksaan, mereka akan tahu kalau kartu saya kurang uangnya dan saya akan diturunkan. tapi saya selamat. dari leiden sampai schipol saya tidak membayar. dari schipol saya baru isi ulang kartu dan ambil kereta menuju amsterdam lelylaan. di bawah hujan dan hembusan angin yang kuat saya turun dari term no 17 menuju rumah bu kartini.

saya tak lama di rumah bu kartini, setelah taruh koper, saya menuju amterdam central, bertemu dengan erda, untuk bersama ke volundam dan jalan-jalan sekitar amsterdam centrum. oh, saya baru percaya kalau di amsterdam juga ada copet. dompet saya hampir kecopetan. saya lupa pesan mbak kiki untuk menggendong tas di depan. waktu akan menyeberang, bersama segerombolan orang, saya merasa ada yang membuka ransel saya. refleks saya membalik dan mendapati tas saya terbuka. di belakang saya berdiri seorang ibu-ibu bertopi dengan wajah malu-malu, kami bertukar tatap. saya bersyukur semuanya masih aman di dalam ransel saya. malamnya, saya ikut ke kos erda. rasanya lelah sekali.

bertemu jette, mansooner waktu di India
hari ketujuh, 11 January 2015
pagi hari sebelum ke leiden bersama erda untuk bertemu dengan IFP Ford Fellows, saya menemui Jette, teman monsoon school di India yang juga tinggal di utrecht. paling senang jika bepergian dan bisa bereuni dengan kawan lama. jette sudah menyelesaikan S2-nya, dan sekarang bekerja sambilan di bioskop sebagai ticket seller dan hari ini merupakan hari pertamanya bekerja di bagian cafe bioskop. "jadi saya yang akan membuatkan kopi dan sebagainya," ia bercerita. saya menjawab, "wow, it's fun."

kami menikmati pagi di sebuah kedai kopi dekat dengan tower tinggi. hari itu hari minggu, lonceng gereja terdengar membahana. saya tidak tinggal dekat gereja, jadi mendengar dentuman lonceng merupakan pengalaman baru smile emoticonsaya jadi ingat waktu kami di India, kami ada role play pertentangan antara muslim yang keberatan dengan suara lonceng, dan cristians yang keberatan dengan suara azan. haha ya sekarang saya jadi mengerti kenapa suara lonceng juga mengganggu. tapi waktu itu hanya role play dan tentu saja bisa berakhir dengan win win solution.

jette mengantar saya kembali ke bus station, untuk melanjutkan perjalanan ke leiden. tapi kami mampir dulu ke madurodam, di denhag, untuk melihat miniatur belanda. tiket masuk 15 euro. kami berkeliling, menikmati bangunan-bangunan kecil yang sangat detil, sangat mirip dengan bentuk aslinya. sayangnya anginnya kencang sekali, dan saya merasa seperti berada dalam kulkas haha. gemetar dan kedinginan. dari denhag, kami baru ke leiden, bertemu dengan mbak etty dan keluarganya juga mas yani. malamnya saya kembali ikut ke rumah erda, sambil berharap bisa bertemu dengan pak martin di utrecht. sayangnya beliau sedang sibuk dan akan menuju berlin eson hari.

cantik ya rumah-rumahnya
hari kedelapan, 12 Januari 2015
hari ini saya merasa salah tingkah dan grogi. dalam keadaan capek dan pikiran tidak fokus, saya mengikuti ujian iterview lewat skype. memang, sebelumnya saya pernah mengikuti interview lewat skype untuk pekerjaan, dua kali. yang pertama saya diterima, yang kedua tidak. tapi, kali ini interview untuk training, dan dilakukan oleh native yang mengharuskan bicara memakai bahasa inggris.

saya minta erda dan suaminya masuk kamar haha ketika saya dengar suara panggilan skype berbunyi. mereka ada dua orang, laki2 & perempuan. ada tiga kategori pertanyaan yang masing2 memiliki jatah waktu menjawab yang berbeda. terus terang saya sudah grogi, dan menjawab hal yang mudah pun sudah dipastikan grogi. belum lagi ketika ditanya beberapa studi kasus yang terjadi sepanjanga pengalaman berorganisasi. biyuuh, gampang sebenarnya, tapi saya sudah grogi dan ngomongnya pun belepotan. jadi saya benar2 pasrah wallahu a'lam.

untuk menghargai usaha saya melewati interview, sore hari kami menikmati malam di Utrecht centrum, mencari diskonan atau kortingan. dan sudah pasti, aktivitas ini membuat saya lupa kesedihan karena grogi interview.

hari kesembilan, 13 januari 2015
dari utrecht tempat erda, saya kembali ke osdorp. saya mulai terlatih berpindah dari bis ke kereta, atau dari kereta berganti trem. transportasi di sini terpadu, dan bisa menggunakan kartu yang sama untuk membayar. informasi jadwal juga tersedia online, atau tanya ke bagian informasi yang ada di setiap stasiun. di setiap halte juga dipasang jadwal online, sampai menjelaskan berapa menit lagi bis akan tiba, dan heran saya, jadwal itu selalu (sering) tepat.

sayangnya, biaya transportasinya lumayan mahal. jadi memang harus siap dengan biayanya. sejak di sini, terhitung saya sudah isi kartu 100an euro. karena saya tidak punya kortingan. seperti sekarang saya sedang on the way ke Maastricht dari amsterdam central, biayanya 25 euro. setelah seharian melihat osdorp centrum, malam ini akan bermalam di Maastricht. membolang sampai ujung Netherlands
ibu elly di maastricht

hari kesepuluh, 14 januari 2015
pagi di Maastricht dimulai pukul 10.00. suasananya seperti di yogya pukul 06.00. ibu elly menemani saya ke Maastricht centrum. dinginnya luar biasa. apalagi hujan butiran es turun sekitar pukul 12.00. saya penasaran, dan memang benar yang turun adalah butiran es. siangnya, ganti pak Warren Bender menemani saya ke dreilanderpunkt. ini semacam puncak, tempat perbatasan belanda, belgia, dan jerman, dan bisa melihat kota-kota lewat menara. sayangnya kami tiba sudah sore, jadi tak sempat naik. tapi saya seneng, akhirnya bertemu juga dengan salju, sisasisa.

jelang maghrib saya berpamitan, kembali ke osdorp. kali ini saya beli tiket daagkart seharga 15 euro. lebih murah 10 euro. cuma untuk cek in harus menunggu tepat pukul 18.25, dg menempelkan kartu pada mesin tap, meskipun keretanya sudah siap. lamanya menunggu sampai saya menggigil. harap harap cemas, karena 18.28 kereta berangkat. lucu juga rasanya, berdiri mematung memperhatikan detik pergerakan angka jam. di dekat saya, ada juga dua orang cowok bule ikut menunggu. begitu teng 18.25, aku bersorak, dan salah satu dari mereka bilang, yes finally ... lalu kami buru buru masuk ke dalam kereta. fiuuh!

hari kesebelas, 15 januari 2015
saatnya packing untuk balik jogja. bagaimana semua barang bisa masuk tertata dalam koper orange kecil, tas jinjing, dan ransel. pada beranak nih, jadi harus dilipat rapi. sebaiknya memang tidak perlu bawa pakaian banyak dari rumah, kecuali kalau bepergiannya tidak bawa uang hehe jadi tidak bakalan beli beli.

bu Kartini Mohamad mengantar saya sampai airport. perempuan cantik ini baik sekali, setelah malamnya menemani saya jalan kaki keliling osdorp plen. kami ngobrol dari a sampai z. sampai pada topik tafsir bahasa jawa al-huda yg ternyata banyak dipakai di suriname. sayangnya tafsir yg kata pengantarnya ditulis tahun 1977 ini sudah tidak cetak lagi. saya akan coba kopikan buku tafsir itu juga carikan fasholatan dan tafsir ibriz.

gate F07 sudah dibuka, saatnya melewati pemeriksaan bawaan. saya berdoa untuk keselamatan, kelancaran, keamanan, dan kesehatan saya dalam perjalanan ini. amiin.


Continue reading...

31 December, 2014

7 comments 12/31/2014 08:43:00 PM

Malam Tahun Baru 2015

Posted by isma - Filed under ,
Mungkin di luar sana deretan mobil dan motor sedang berebut ruang di jalan raya, menikmati malam yang katanya adalah malam tahun baru. Saya, berdiam saja di rumah. Bukan karena saya berpandangan kalau merayakan tahun baru itu haram hehe, tapi karena malas saya berdesak-desakan, selain karena memang masih banyak pekerjaan. fiuuuh! Saya menikmati malam ini dengan laptop menyala, mengetik sekata demi kata, menyelesaikan paper bahasa inggris sambil sesekali menoleh ke belakang, melihat tv yang saya biarkan memutar film Al-Ghazali.

Tahun 2014 akan berlalu malam ini tepat pukul 24.00. Ikutan mengenang apa saja yang terjadi sepanjang tahun ini, saya jadi mikir-mikir, flash back. Saya tentu sangat bersyukur dengan kesempatan-kesempatan indah yang Allah gelarkan untuk saya. Masih dipercaya untuk terlibat dalam penulisan BPU dan menjadi proof readernya, menulis buku success story programnya SFCG dan bukunya sudah terbit, abstrak paperku ketrima untuk presentasi di UIN dan KITLV Belanda, dan kesempatan mengikuti pertukaran tokoh muda muslim ke Australia.

presentasi dan moderator

kenangan ausi

Kesempatan-kesempatan itu sangat berkesan sehingga saya lupa dengan sedikit kekecewaan karena aplikasi S3 yang tertolak dua kali, dan beberapa aplikasi training singkat yang aku uji cobakan. Ohya, tertolak interview pekerjaan juga, bahkan tiga atau empat kali. Ah, Allah lebih tahu jika saya ketrima pasti akan semakin sibuk dan malah tidak bagus untuk pekerjaan saya yang lain *menghibur*. Tahun ini saya juga punya pengalaman masuk rumah sakit, opname karena gangguan liver, dan membuat saya belajar food combining untuk hidup yang lebih sehat.

interview untuk buku

Besok sudah mulai tahun 2015. Sebelum benar-benar dimulai, saya sudah mendapat kabar sedih aplikasi S3 saya lagi-lagi tidak goal, susah banget jodohna! Namun pada saat yang sama saya masuk semifinalist program community solution dan harus interview 12 January 2015. Harapan saya, semoga saya bisa terpilih sebagai finalist dan bisa ikut program keren ini pertengahan 2015 di DC, amiiin. Saya juga mendapat kesempatan terlibat dalam training blog-nya SFCG, dan yes, diterima bantu-bantu di Youth Summit yang akan berlangsung July 2015 di Hawaii. Saya ikut meramaikan dari Indonesia dan syukur-syukur ada tiket gratis ke negeri biru itu. Aha, ini keren sekali. Semoga saya bisa bekerja dengan baik.

Harapan yang lain? Saya berdoa bisa mendapatkan beasiswa untuk S3 di luar negeri dan bisa mengajak serta ayah dan anak-anak untuk merasakan tinggal di luar Indonesia; bisa menambah bangunan di sebelah rumah; Matapena punya kontrakan lagi dan bisa menggelar Jambore Sastra Pesantren dan menganugerahkan Matapena Award kepada penulis berbakat; program peduli lingkungan dasawisma di kompleks saya bisa berjalan; novel terbit lagi!; umroh backpacker bersama ayah dan teman-teman; tentu untuk bisa melaksanakan semua itu, pertolongan, perlindungan, dan kesehatan dari Allah selalu saya minta. Amiiin.

Selamat Tahun Baru 2015 …


Postingan ini diikutsertakan dalam #liamartagiveaway ‘Share Your Moment’
Continue reading...

22 December, 2014

15 comments 12/22/2014 10:00:00 AM

Ibu Peri dari Hawaii

Posted by isma - Filed under ,
foto july 2012, sebelum saya mudik

Ketika saya tiba di ruang kerjanya, si ibu berambut pendek simpel itu langsung berdiri menyambut kedatangan saya. “Apa kabar, silakan,” ucapnya dengan bahasa Indonesia yang fasih. Saya tersenyum, mengikuti petunjuk tangannya untuk duduk di kursi kosong di dekat meja kerjanya. Ruangan itu tak seberapa luas, kira-kira 3x3 meter. Dari posisi berdiri saya di tengah pintu, saya melihat rak-rak buku berjajar di sebelah kanan saya, menyisakan lorong untuk masuk menuju meja tempat komputer dan dua kursi untuk si ibu dan tamunya. Letaknya yang berada di ujung ruangan, tempat si ibu biasa berkutat dengan komputer memang agak tersembunyi, terhalang rak-rak buku.

Namanya Ibu Barbara Watson Andaya. Guru besar kajian Asia Tenggara yang berasal dari Australia ini menikah dengan Professor Leonard Andaya dari Philippine, dan berkarir serta menetap di Hawaii US. Meskipun namanya sudah tak asing di telinga lewat cerita seorang teman, saya bertemu pertama kali dengan Ibu Barbara tahun 2010, tepatnya awal semester pertama saya sekolah di University of Hawaii at Manoa. Ia memiliki dua puteri yang sudah sama berkeluarga. Foto-foto indah keluarga besarnya dan senyum lucu cucu-cucunya tampak bertebaran menghiasai dinding ruang kerjanya. Menyenangkan sekali.

di ujung dalam itu, ruang kerja Ibu Barbara

Beberapa kali saya menemui Ibu di ruangan itu, biasanya untuk revisi paper, konsultasi mata kuliah, atau meminta rekomendasi. Bahkan hingga dua tahun setelah kelulusan saya, Ibu Barbara masih menjadi pembimbing akademik dan editor paper-paper yang saya tulis. Teman-teman saya sampai pada heran. Ini karena si Ibu yang terlampau baik hati, atau saya yang tidak tahu diri, haha saya susah menilainya. Bagi saya Ibu Barbara adalah seorang Ibu dan Ibu peri. Meskipun saya bukan muridnya yang pintar dan menonjol, sikap dan perhatiannya tak membuat saya jadi minder dan takut salah. Persis seperti sikap Ibu sama anaknya.

Saya ingat, ketika pertama menulis paper untuk mata kuliahnya, Scope and Method on Southeast Asian Studies, ia dengan sabar menjelaskan bagaimana menulis paper yang baik. Tema paper yang bagi orang lain mungkin remeh temeh, Bu Barbara justru menunjukkan keunikan dan potensi dari paper saya. Ia juga menyarankan supaya saya mengirim paper saya yang sudah ia edit ke redaksi jurnal graduate students, Exploration, dan akhirnya berhasil diterbitkan. Haha ini benar-benar menyentuh ruang batin saya sebagai mahasiswa yang pas-pasan modal bahasa inggrisnya.

dinner di rumah Bu Barbara

Seperti dengan Ibu saya sendiri, saya selalu cerita hal-hal penting berkaitan dengan pengembangan karir dan studi saya, mulai dari kesempatan ikut konferensi, short course, atau rencana untuk apply program tertentu. Dan seperti biasa, Ibu Barbara selalu menanggapi dengan antusias, bahkan ia sempat berkirim email, bertanya ketika melihat profil linked in saya memampang pekerjaan baru, dengan subject: glad to see your new position. "Are you working for AUSAID? What do you do in your work now?" tulisnya. Meskipun ia sibuk, saya ingat betul ia tak pernah lama membiarkan email saya tanpa balasan. Selalu cepat, bahkan selang beberapa menit. Satu teladan yang ingin saya ikuti. Ia yang sudah professor saja bisa se-humble itu menghargai orang lain, saya semestinya lebih rendah hati lagi. Saya sampai berkaca-kaca saking terharunya dan sangat bersyukur mendapat kesempatan menjadi mahasiswa yang dibimbingnya.

Saya ingin sekali bisa berkunjung ke Hawaii lagi, untuk bertemu dengan Ibu Barbara, menikmati setiap sudut ruang kerjanya yang penuh ornament khas Asia Tenggara. Saya selalu berdoa akan datangnya kesempatan itu. Kami memang hanya dua tahun berinteraksi dan hanya sesekali bertemu, tapi waktu yang singkat itu cukup membuat kesan yang sangat mendalam di hati saya. Selamat hari Ibu, Bu Barbara. Saya selalu berdoa untuk kesehatan dan kesuksesan Ibu. Setiap abjad yang Ibu ajarkan pada saya akan menjadi simpanan pahala dan berkah untuk kebahagiaan Ibu dan keluarga sepanjang waktu.

karena surat rekomendasi ibu, saya sering dapat grant utk travel atau riset

diposting dalam rangka hari ibu, bersama KEB
Continue reading...

01 December, 2014

4 comments 12/01/2014 12:18:00 PM

Sehat dengan Food Combining

Posted by isma - Filed under

Rutinitas pagi saya sekarang selalu dimulai dengan minum jeruk nipis peras hangat. Kecut sudah pasti, tapi segar dan menyegarkan. Saya minum seteguk demi seteguk, menikmati rasa kecutnya sebentar di dalam mulut, lalu ditelan. Jika Anda membayangkan akan berefek perih, begitu juga anggapan saya sebelumnya, oh ternyata tidak. Karena rasa kecut hanya terasakan di dalam mulut, begitu masuk ke dalam saluran cerna, air jeruk yang mengandung basa berubah menjadi hangat.

Itu salah satu perubahan pola konsumsi saya sejak mengikuti pola makan Food Combining. Hihi niat banget ya. Mau diet? Biar langsing? Ooh bukan itu tujuan utamanya. Ini bermula setelah saya kena gangguan liver bulan Agustus 2014 lalu, yang ditandai dengan demam tak kunjung reda dan hasil lab yang menunjukkan enzim SGPT pada liver saya naik dua kali lipat. Saya sampai opname dua hari dan sebelumnya tes darah berkali-kali, tetap saja dokter tidak bisa memastikan penyebab demamnya. Saya tanya, apakah sebab makanan? Bu dokter menjawab, bukan.

pengalaman pertama opname

Okay, saya pun mencari jawaban dan pengetahuan sendiri lewat teman yang menganjurkan saya ikut grup Food Combining (FC). Saya menjadi tahu bahwa konsumsi makanan berbahan terigu itu sangat tidak sehat. Padahal, itu makanan favorit saya. Mengkonsumsi nasi dengan ayam atau daging atau telur membutuhkan waktu cerna lebih panjang dan jika saya konsumsi 3x sehari, kebayang kan bagaimana lelahnya organ cerna di dalam tubuh saya. Nah organ yang kelelahan akan berdampak pada produksi enzim misalnya SGPT berlebihan, asam urat, asam lambung dll. Migrain dan rasa berat di kepala bagian belakang ternyata berkaitan erat dengan pola makan saya yang semacam itu. Karena hasilnya setelah menghindari makanan berbahan terigu dan mengubah pola makan, migraine dan keluhan sakit kepala saya berangsur menghilang.

Sebenarnya apa dan bagaimana sih FC itu? Jadi FC adalah pola makan yang menyesuaikan kandungan nutrisi setiap makanan dan mengkombinasikannya dengan jam kerja organ tubuh kita. Jam 04.00-12.00 waktunya pembuangan, jam 12.00-20.00 waktunya proses pencernaan, dan jam 20.00-04.00 waktu untuk penyerapan saat kita istirahat. Lalu, pola makan pun diatur sebagai berikut: bangun tidur dimulai dengan jeruk nipis hangat, dilanjutkan dengan sarapan buah sampai jelang makan siang. Makan siang dengan protein hewani dan nabati serta sayuran. Sore hari diisi dengan camilan kacang-kacangan dan teh rempah, lalu makan malam dengan nasi, tahu-tempe dan sayuran, dan ditutup dengan jus sayur sebelum tidur. Dan bagi FC-ers, makanan berbahan terigu, susu, dan gula adalah pantangan.

Memang berat pada awalnya. Tapi, motivasi saya ingin sehat cukup kuat. Awal-awal belum berani makan sayur mentah, meskipun sayurnya yang jenis lalapan. Sekarang, makan nasi, tahu tempe dan campuran tomat, kol, timun, pepino, atau selada doyan banget. Sampai suami, adik, juga ibu pada heran, apa enaknya? Saya cuek saja karena memang enak dan di perut tidak bikin begah. Bonusnya berat badan saya turun sekitar 9kg dalam 3 bulan ini. So, sehat dengan FC itu menyenangkan.

Continue reading...