Showing posts with label Iolana. Show all posts
Showing posts with label Iolana. Show all posts

01 August, 2019

0 comments 8/01/2019 07:44:00 PM

Ara Masuk PAUD

Posted by isma - Filed under , ,


ara pun akhirnya masuk PAUD di dekat rumah di jogja sejak 20 july 2019. keputusan ini diambil karena calon mbak yang tadinya mau momong ara di rumah akhirnya membatalkan diri. well, no problem. mungkin masuk PAUD adalah jalan terbaik buat ara dan kami semua.

PAUD tempat ara sekolah jadi satu dengan day care. pagi hari pukul 8.30 sampai pukul 11.00, ara bermain di PAUD. dilanjutkan dengan makan siang, tidur, dan bermain-main di day care sampai jam 4.00 sore. sebelum pulang, anak-anak dimandiin. jadi sampai rumah, sudah ganti baju dan wangi. ara berangkat diantar mbak nurul, ponakanku sekalian berangkat kerja. lalu pulangnya, ara dijemput sama ayah.

minggu pertama, ara masih adaptasi. hari pertama, aku mengantar ara diboncengin mbak tami, adiknya mbak nurul. ara masih malu-malu. tidak mau lepas dari ibunya. mintanya digandeng dan ditungguin pas main di luar. waktu di dalam kelas maunya dipangku. hari itu masih perkenalan, jadi kami pulang lebih awal. pukul 10.00 aku sudah ajak ara kembali ke rumah.

hari kedua, dramanya masih sama. ara masih lengket. aku masih menunggui ara, ikut masuk ke dalam kelas. pukul 11.00 aku minta mbak tami menjemput kami berdua di sekolah. besoknya aku pikir ara mesti mulai ditinggal. seperti pengalaman sekolah di belanda, ara ditinggal sama gurunya. nangis sih, tapi lama-lama ia pun terbiasa.


waktu aku bilang sama bu ayu, guru kelasnya ara, kalau ara akan mulai aku tinggal, ia mengiyakan. waktu itu ara sedang membuat apolo dari plastik dan air. aku perlahan-lahan menjauh dari ara dan berhasil sembunyi. ara yang kemudian menyadari ibunya sudah berlalu langsung menangis.

"nggak papa, ara nangisnya cuma sebentar," lapor bu ayu esok harinya lagi. artinya, ara sudah mulai mengerti, ia akan di sekolah bersama bu guru saja, tanpa ibu. kali ini aku meninggalkan ara tanpa sembunyi-sembunyi. "ibu pulang dulu ya," kataku. ara geleng-geleng. tapi, tetap aku tinggal. ara cuma menatapku sambil menangis. ia tidak berlari mengejar atau tantrum. dan biasanya tak sampai lima menit dia sudah berbaur, bermain dengan teman-temannya.

hari berikutnya ara mulai diantar mbak nurul. sejak pagi ia tampak semangat untuk berangkat ke sekolah. waktu aku bilang kalau mulai hari ini diantar mbak uyung, ia mengangguk. dan hari itu menjadi hari pertama ara ke sekolah tanpa drama tangis. "pas sampai, ara langsung ke gurunya. nggak nangis nggak apa," cerita mbak nurul. aku senang bukan main.

Continue reading...

16 May, 2018

0 comments 5/16/2018 11:34:00 PM

Anak-Anak dan Sekolah Belanda

Posted by isma - Filed under , , , ,

waktu datang pertama kali ke belanda tahun 2016, kak abiq dan kak atha bersekolah di sekolah belanda. namanya de singel basic school, atau setingkat SD. tidak seperti beberapa sekolah belanda yang lain, de singel mau menerima murid baru yang belum bisa bahasa belanda. ia menyediakan kelas matrikulasi untuk pengembangan bahasa selama hampir satu semester. tapi hanya kak abiq yang ikut kelas ini, sementara tidak untuk kak atha karena untuk seusianya pembelajaran bahasa bisa diintegrasikan di kelas reguler.

mendaftar sekolah belanda harus dilakukan jauh-jauh hari. karena setiap kelas punya kuota. jika sudah penuh, harus mencari sekolah lain atau mengantri. beruntung waktu itu masih ada tempat tersisa di de singel baik untuk kak abiq maupun kak atha. kak abiq yang waktu itu kelas 6 SD masuk di group 7, turun satu tingkat yang seharusnya kelas terakhir di basic school adalah group 8. itu pun hanya ketika mata pelajaran bahasa inggris dan olahraga saja. selain keduanya, kak abiq gabung di kelas matrikulasi bahasa belanda. sementara dik atha yang baru kelas 1 SD masuk di group 3 reguler.


untuk mendaftar, saya menghubungi kepala sekolah lewat email, menyatakan maksud untuk mendaftar sekolah dan memastikan apakah ada tempat atau tidak. selang beberapa hari, saya mendapatkan balasan tentang tersedianya space untuk kak abiq dan dik atha, juga schedule untuk pertemuan pertama dengan kepala sekolah. pada pertemuan ini, saya diajak berkeliling sekolah. dijelaskan tentang kurikulum juga fasilitas, juga kapan kak abiq dan kak atha mulai masuk sekolah.

sekolah belanda nyaris gratis, tidak ada spp. hanya iuran untuk kegiatan sekolah saja, ini pun tidak banyak. ruang kelasnya luas, warna-warni, dan banyak mainan. anak-anak berangkat pukul 8.30 am, naik sepeda diantar sama ayah, lalu dijemput pukul 3.00 pm. dari rumah mereka bawa bekal makan siang, biasanya roti isi daging dan keju juga botol minum. mereka hampir tidak pernah dapat PR. hal yang sangat-sangat menyenangkan buat anak-anak hehe.


selain basic school, ada juga day care dan play group. untuk ara, saya mendaftar ke organisasi yang mengelola semacam pendidikan usia dini, mulai usia 2 sampai 4 tahun, peuterspeelzaal organization (SPLopvang). mendaftarnya secara online, saya memilih sendiri salah satu SPL yang tersedia, juga harinya. kemudian bagian administrasi akan berkoordinasi tentang ketersediaan tempat dan waktu dengan SPL tersebut. mereka juga akan bertanya tentang income kita untuk menentukan berapa besaran SPP yang harus kita bayar.

ara sudah mendapatkan tempat dan jadwal di SPL dekat kampus saya. dua kali dalam satu minggu, tiga jam tiap satu pertemuan. saya membayar 20 euros tiap bulan. berdasarkan kontrak yang pertama, ara bisa mulai sekolah tanggal 15 mei. namun, ternyata bagian administrasi kurang teliti dengan usia ara yang baru akan masuk dua tahun bulan July mendatang. meskipun tinggal dua bulanan lagi, ara tetap belum genap dua tahun dan belum bisa ikut SPL. akhirnya bagian administrasi melakukan perubahan. ara baru akan ikut SPL awal September 2018, dan akan dibuatkan kontrak yang baru.


kemarin saya sudah sempat datang ke SPL dan bertemu dengan dua gurunya. berjarak kurang lebih lima menit dari leiden university library. di SPL itu ada 16 anak-anak, dan usia mereka di atas dua tahun. ara tampak masih takut-takut untuk turun dari gendongan. apalagi waktu gurunya meraih tangan ara mengajaknya melihat-lihat ruangan, ara memanggil-manggil ibu ibu aja. duh jadi nggak tega. belum tahu nanti bulan september, semoga ara sudah berani untuk bermain-main di PAUD belanda :)
Continue reading...

14 September, 2017

2 comments 9/14/2017 11:45:00 AM

Dokumen Bayi Lahir di Belanda

Posted by isma - Filed under ,

pengalaman melahirkan di belanda buatku sangat luar biasa. apalagi melahirkan tanpa didampingi suami dan keluarga. sudah tentu banyak pikiran dan harus multitasking. tidak hanya mikirin bagaimana mengeluarkan bayinya, tetapi juga apa yang harus dilakukan usai melahirkan.

jauh-jauh hari sejak pertama kali tiba di leiden, saya sudah konsultasi dengan mbak fifi, senior yang juga punya pengalaman melahirkan di belanda. saya catat baik-baik semua penjelasannya berikut ini:

pertama, bawalah dokumen seperti passport, residence permit, dan akta nikah ketika kita akan berangkat ke RS untuk melahirkan. dokumen ini akan diminta oleh RS untuk mereka membuat surat keterangan lahir.

kedua, selain dokumen, sebelum hari perkiraan lahir tiba, kita juga harus siapkan nama bayi. laki-laki dan perempuan. buat jaga-jaga kalau ternyata bayi yang lahir tidak sesuai dengan perkiraan USG :) karena berbeda dengan di indonesia, pihak RS atau bidan akan menuliskan nama si bayi pada surat keterangan lahir yang akan diberikan kepada orang tua bayi.

ketiga, lakukan regristrasi ke pemerintah kota setempat paling lambat tiga hari setelah persalinan. kalau lebih dari tiga hari bisa kena denda katanya :) dengan membuat janji dulu, lalu datang pada hari dan jam yang dijanjikan dengan membawa surat keterangan lahir dari RS, fotokopi passport kedua orang tua, surat nikah, BSN, dan kartu identitas pelapor. pelapor bisa suami atau orang yang hadir dalam persalinan. waktu itu aku minta tolong temenku, desty, untuk melakukan regristrasi ke gementee. setelah pendaftaran ini nanti bayi kita akan mendapatkan akta lahir belanda dan nomor BSN.

keempat, buatkan passport ke kedutaan indonesia di den haag. semakin cepat semakin baik. supaya bayi kita segera dapat kartu identitas. persyaratan dan formulir bisa didownload di web KBRI. untuk foto, bisa ke studio foto. waktu mendaftar, bayi harus dibawa karena nanti di KBRI akan difoto lagi untuk foto passport. proses membuat passport kurang lebih seminggu. lalu bisa diambil di KBRI.


kelima, setelah mendapatkan passport, mulai mengurus visa (atau residence permit). waktu itu saya dibantu oleh kampus. jadi saya tinggal menyiapkan dokumen yang dibutuhkan, seperti mengisi formulir, foto, passport, BSN, akta kelahiran. proses ini lumayan lama. kemudian kita akan mendapat pemberitahuan jika permitnya sudah jadi. untuk mengambilnya di IND (kantor imigrasi belanda) kita harus membawa serta bayinya juga. dengan memegang residence permit ini artinya bayi kita sudah legal tinggal di belanda, dan boleh melakukan perjalanan keluar belanda.

keenam, jangan lupa untuk mendaftarkan asuransi untuk bayi kita. kalau asuransi belanda, bukan international insurance, biasanya asuransi untuk anak gratis karena masuk dalam tanggungan asuransi orang tua. jadi cukup telpon ke asuransi dan bilang mau memasukkan anak-anak ke dalam daftar tanggungan. jika data bayi kita sudah tercatat di IND, dan bisa diakses oleh asuransi maka selang satu minggu kartu asuransi akan dikirim ke rumah.

ketujuh, melegalisir akta lahir belanda ke kementerian luar negeri belanda. lokasinya di dekat centraal station den haag. pelayanannya sepertinya cuma sampai jam 12.00 siang setiap harinya. yang jelas selalu membawa seluruh dokumen penting seperti passport orang tua, akta lahir, BSN, residence permit, dan surat nikah. akta belanda yang dilegalisir akan dipergunakan untuk mengurus surat keterangan lahir dari KBRI.

kedelapan, mengurus surat keterangan lahir dari KBRI. tidak perlu janjian. jangan lupa untuk isi formulir permohonan yang bisa didapat di loket pendaftaran. siapkan juga seluruh dokumen orang tua dan bayi, dan fotokopiannya. suratnya tidak bisa langsung jadi. biasanya menunggu sekitar satu sampai lima hari. kecuali kalau pas datang pejabat yang menandatangani sedang ada di tempat. surat keterangan lahir dari KBRI ini menjadi dokumen ketika kita melaporkan kelahiran bayi kita ke dinas kependudukan dan catatan sipil (disdukcapil) di Indonesia.

disdukcapil sleman

nah setelah ini, proses selanjutnya adalah melapor ke disdukcapil di kota kita tinggal di Indonesia. tujuannya supaya anak kita tercatat dalam data kependudukan Indonesia, dan supaya anak kita mendapatkan NIK di kartu keluarga. apalagi sekarang ada pembuatan kartu identitas anak (KIA) juga. tapi saya belum mengurus pembuatan KIA untuk kakak, kak dik, dan dik ara.

proses pelaporan ini seingat saya langsung datang ke disdukcapil, ke loket pembuatan akta. bilang kalau anak kita lahir di luar negeri. kita akan mendapatkan blanko khusus untuk kelahiran luar negeri. blangko yang sudah diisi diserahkan bersama surat dari KBRI, akta lahir dari negara tempat lahir, juga surat keterangan lahir dari RS-nya kalau ada. kemudian disdukcapil akan menerbitkan surat keterangan sudah melapor, jadi bukan akta kelahiran seperti yang dimiliki anak-anak yang lahir di dalam negeri.

saya sebelumnya beranggapan kalau surat keterangan lahir dari KBRI merupakan pengantar untuk pembuatan akta lahir versi indonesia di disdukcapil. tapi, ternyata tidak. akta bayi yang lahir di LN hanya berupa surat keterangan lahir dari KBRI yang dilampiri keterangan dari disdukcapil. demikian penjelasan dari ibu kepala disdukcapil sleman sambil menunjukkan aturan perundang-undangannya. jadi sebenarnya yang berkewajiban menerbitkan akta untuk anak yang lahir di LN itu adalah KBRI. cuma di KBRI belum ada disdukcapil sehingga yang diterbitkan adalah surat keterangan lahir dan masih harus dilaporkan ke disdukcapil di kota kita tiggal di Indonesia. meskipun ada beberapa teman yang kemudian bisa mendapatkan akta lahir format indonesia seperti pada umumnya, ini katanya tergantung kepala disdukcapilnya.

tapi, tanpa akta lahir versi Indonesia, surat keterangan lahir dari KBRI dan lampiran surat keterangan dari disdukcapil sudah merupakan dokumen sah akta kelahiran, tentu saja selain akta lahir yang diperoleh dari negara tempat lahir. nah dua dokumen surat keterangan lahir itu nanti yang juga kita pakai untuk membuat Kartu Keluarga baru, supaya data bayi kita dimasukkan ke dalam KK dan mendapatkan NIK.

hufff, sudah. begitu aturan dan tahapannya hehe. good luck ya!
Continue reading...

23 February, 2017

0 comments 2/23/2017 02:05:00 AM

Terbang Bersama Ara

Posted by isma - Filed under , ,
diantar temen-temen ke bandara schipol

ketika ayah, kak shinfa dan dik atha balik lagi ke indonesia pada awal desember 2016 yang lalu, aku pun kembali menikmati hari-hari di leiden hanya berdua dengan ara. sehari setelah mereka terbang, rasanya nglangut. sepi. biasanya rumah ramai oleh celoteh kak atha juga kak shinfa, guyonan juga pertengkaran, tiba-tiba berubah jadi lengang. karena tidak ada orang lain di rumah yang bisa njagain ara, setiap kali aku harus ke kampus, aku titipkan ara ke tetangga rumah, teman-teman dari indonesia. untunglah hanya satu setengah bulan, yaitu sepanjang akhir desember hingga januari, kami tinggal di leiden, sebelum akhirnya menyusul ayah dan kakak-kakak balik ke indonesia. aku dan ara menempuh perjalanan udara selama kurang lebih sebelas jam dari amsterdam ke jakarta, dan perjalanan ini tentu penuh tantangan. tidak seperti yang aku bayangkan :)

ara masih berusia 7 bulanan. kami mendapat tempat duduk di bagian paling depan kelas ekonomi, menghadap sekat pembatas dengan kelas bisnis. waktu itu kebetulan bersama kami ada juga mas cahyo yang mau mudik, mahasiswa phd dari jogja. jadi lumayan bisa menjadi asisten hehe. mas cahyo bantu memegang ara, misalnya ketika ibunya mau makan dan ke toilet. pas masih di bandara schipol mas cahyo juga ikut bantu membawakan tas bawaan dan jaket yang sebelumya aku pikir akan bisa mengangkut semuanya sendiri. ternyata tidak bisa.

setelah pesawat tinggal landas, pramugari memasang basinet pada sekat pembatas di hadapan kami. box bayi yang bisa dipakai untuk menidurkan ara. untuk box ini, kita tidak perlu meminta karena sudah otomatis ketika kita check in bersama infant, pihak garuda sudah mengatur tempat duduk kita dan layanan basinet untuk infant. tapi, sayangnya ara tidak bisa ditidurkan di basinet. sepanjang penerbangan ara lebih banya terjaga, jika tidak di pangkuan, ya dalam gendongan. atau kalau ia bisa tidur, aku takut kalau ditidurkan di basinet ia akan terbangun. alhasil, tidur pun ara tetap aku pangku.

seperti orang dewasa, agaknya ara juga merasa tidak nyaman selama dalam perjalanan. entah pusing atau berisik dengan suara pesawat. ara jadi agak rewel. meskipun sudah aku gendong sambil mengayun-ayun, menepuk-nepuk juga menyusui, ara tetap kelihatan gelisah. kalau dihitung-hitung, aku berdiri sambil menggendong ara hampir selama separo penerbangan. hufff! sampai aku terkantuk-kantuk dan harus pegangan sandaran kursi untuk menjaga keseimbangan. tapi syukurlah, setelah usaha keras itu, ara pun terlelap. masih sambil memangku ara, aku pun bisa memejamkan mata dengan nyaman.

untuk infant, pihak garuda menyediakan makanan instant berupa dua botol kecil pure wortel dan apel, juga biskuit, dan diberikan sebanyak dua kali. ara mau juga makan pure, meskipun terus terang itu pertama kali ia makan makanan instant begitu hehe. ara juga dapat tas cangklong berbahan plastik yang isinya antara lain diapers dan tissue, juga kantong untung menyimpan diapers yang kotor. waktu itu aku sempat ngganti diapers ara, dibantu oleh mas cahyo.

ara sama pak dhe cahyo hehe

ara yang nggemesin :*

tiba di bandara soekarno hatta, aku berganti kostum, begitu juga dengan ara. pada bulan january suhu di belanda senang dingin-dinginnya. saya memakai dua lapis baju ditambah jaket hangat. begitu keluar pesawat, rasanya gerah bukan main hehe. bangunan bandara juga banyak berubah setelah renovasi dan penambahan gedung baru. biasanya cukup pindah ke lantai 1 dari gate kedatangan, sekarang harus berjalan lumayan jauh juga. untungnya mas cahyo masih bisa jadi asisten bagian bawa-bawa. cuma karena mas cahyo ambil penerbangan satu jam lebih lambat dari jam penerbanganku, jadinya aku kerepotan juga membawa tas dan jaket hangat sambil menggendong ara.

di dalam pesawat jakarta menuju jogja, ara kembali rewel. ia menangis sepanjang penerbangan. aku susui nggak mau. mungkin maunya digendong sambil ditepuk-tepuk. tapi, tidak memungkinkan untuk penerbangan domestik, selain karena beberapa kali ada goncangan dan penumpang harus duduk dengan sabuk pengaman. akhirnya aku biarkan saja ara menangis sampai kelelahan dan tertidur. tapi tidur ara tidak lama. apalagi waktu itu pesawat berputar-putar cukup lama, kira-kira hampir setengah jaman, tak juga mendarat. bukan karena cuaca, tapi landasan yang sibuk. duh rasanya kemrungsung, mana ara mulai rewel lagi. dua orang mas-mas dan seorang mbak-mbak coba ngledo ara supaya nggak nangis. tapi, begitu ledoan mereka berhenti, ara rewel lagi. duuuh, rasanya itu capek lahir batin hehe.

begitu pesawat mendarat dan kemi keluar pesawat, ara tampak lega. ia nggak ngak-ngik seperti sebelumnya. akhirnya, sampai juga, begitu mungkin pikir ara hehe. aku juga lega, bersyukur, berhasil menempuh perjalanan bersama ara dengan aman dan selamat sampai jogja.
Continue reading...

01 February, 2017

0 comments 2/01/2017 12:12:00 PM

Merawat Bayi di Belanda

Posted by isma - Filed under , ,

kelahiran baby ara memang menjadi pengalaman melahirkan yang ketiga bagi saya. tapi meskipun ketiganya lahir normal, setiap kelahiran ada kisahnya sendiri-sendiri. demikian juga dengan perawatan bayinya, apalagi karena kali ini melahirkannya di belanda. segala urusan perawatan bayinya tentu saja berbeda dari dua pengalaman saya sebelumnya merawat kak abiq dan kak dek atha.

ara lahir tengah malam setelah melewati perjuangan induksi sepanjang hampir dua hari sebelumnya. ketika akan memutus tali pusar, dokter mempersilakan salah satu di antara saya dan teman-teman yang menunggui persalinan untuk memotong. buatku ini hal baru. karena pengalaman bayi kak abiq dan kak dek atha, bidan yang melakukannya. semula dokter mempersilakan saya, tapi posisi saya tidak memungkinkan untuk memotong tali pusar. "coba desty, kamu yang potong," saya meminta seorang teman. meski agak ragu, desty pun memotong tali pusar ara.

sebelum melahirkan, saya sempat bertanya tentang ari-ari. saya bilang, kalau di Indonesia, ari-arinya kami masukkan wadah khusus yang terbuat dari tanah liat lalu dipendam di tanah. jawab bidan, di sini tidak ada tradisi itu. plasenta dibuang, tentu sesuai aturan medis yang berlaku. saya tidak bertanya detil lagi, bagaimana dan ke mana membuangnya. lagi pula, saya pikir, andai ari-ari mau dipendam di belakang apartement, bisa jadi malah menimbulkan masalah baru. karena tanahnya juga bukan milik saya, haha nanti malah kena pasal, repot!

ara dibiarkan di dada saya untuk beberapa lama. ia menangis dan saya mendekapnya. kulit kami bersentuhan. rasanya lega sekali. hilang semua penat dan lelah menggendong perut besar selama 9 bulan. kemudian perawat memindahkan ara dan meletakkan di meja ganti. ara tidak dimandikan. badannya dilap dengan kain untuk dikeringkan. perawat memakaikan popok celana, jamper, lalu setelan kaos lengan panjang dan celana, serta penutup kepala. setelah saya susui, ara ditidurkan di box berselimut hangat. tidak dipakein gurita atau dibedong. tidak juga memakai minyak telon, bedak, atau minyak wangi. ara tertidur lelap, sementara perawat yang lain mengganti sprei bed dan selimut. saya bisa tidur sampai sekitar pukul 5 pagi.

19 juli 2016

esok hari sekitar pukul 10.00 kami pulang ke apartement diantar teh meira pakai mobil. saya lupa apakah pada hari itu kraamzorg sudah datang, atau keesokan harinya. harus membuka buku laporan kraamzorg dulu ini hehe. tapi begitu ia datang, ia bertanya, apa saja yang bisa saya kerjakan? saya bilang, "saya tidak tahu. bagaimana biasanya saja." akhirnya ia sendiri yang menentukan dengan terlebih dahulu bertanya apa yang saya butuhkan. biasanya ia akan membuatkan air lemon hangat, jus buah, atau irisan buah untuk aku sarapan. lalu menyapu lantai dengan vakum, sambil memasukkan cucian ke mesin. atau kadang ia akan pegang ara, dan menyilakan aku untuk istirahat atau tidur.

kraamzorg akan melakukan pengecekan kondisi ibu, suhu badan dan bekas jahitan. lalu akan memeriksa juga suhu dan kondisi bayi. ia bertanya detil, seperti, berapa kali minum asi, berapa kali BAB dan pipis yang sempat bikin saya senewen. lha kan pakai diapers, gimana caranya tahu ia pipis berapa kali? haha. pokoknya detil. lalu akan ia catat dalam buku diary kraamzorg. ia tidak memandikan ara setiap hari. tapi dua hari sekali. kalau cuaca panas, ara malah cuma pakai jamper lengan pendek, tanpa celana atau kaos kaki. sementara penutup kepala, harus terus dipakai. katanya melindungi bagian ubun-ubun. cara ia menggendong ara juga enteng banget. tidak seperti di indonesia yang harus ditidurin cara gendongnya, kraamzorg menggendongnya dengan tangan satu, atau ditaruh di pundak.

selain kraamzorg yang datang selama satu minggu setiap harinya, pengecekan rutin juga dilakukan oleh bidan dan petugas centrum voor jeugd en gezin atau bagian tumbuh kembang anak. kita tidak usah bingung bagaimana menghubungi mereka. karena sistem data di belanda sudah terkoneksi satu sama lain. karena kita juga sudah register ke gementee, data kelahiran ini akan bisa dilihat juga oleh instanti-instansi terkait. jadi tinggal tunggu di rumah, mereka akan menelpon kita satu per satu. siapa, dari mana, kapan akan datang, dan akan melakukan apa. saya tidak tahu apakah semua ini gratis atau tidak. karena kalaupun bayar, sudah diurus langsung ke asuransi hehe.

catatan mbak kraamzorg untuk pesanan alat pompa asi

bidan akan mengobservasi terutama kondisi ibu. sementara petugas atau perawat dari centrum voor jeugd en gezin lebih banyak berhubungan dengan bayi. pertama, seorang petugas datang mengambil darah ara. tujuannya untuk deteksi dini kemungkinan ada penyakit bawaan. ini pun sebelumnya saya ditanya, apakah saya mengizinkan? saya bilang, silakan. dan nanti jika ada masalah mereka akan menghubungi saya. sampel darah yang sudah diambil harus kita kirimkan ke alamat tertentu yang ditunjukkan oleh petugas. ia juga melakukan test pendengaran dan penglihatan ara. ia membawa alat cek yang ditempelkan di telinga. alat itu akan mendeteksi apakah pendengarannya baik atau ada gangguan. ara dapat testnya sebanyak dua kali karena pada test pertama belum bisa terdeteksi. ini mungkin terjadi karena telinganya masih kotor barangkali sisa-sisa dari kotoran yang dibawa ketika lahir. tapi pada test kedua pada hari yang lain, hasilnya positif.

dari centrum voor jeugd en gezin juga akan menghubungi kita terkait imunisasi dan pemeriksaan rutin bayi. mereka akan memberikan buku sehat untuk selalu dibawa ketika kontrol, dan juga kartu imunisasi yang dikirimkan oleh pemerintah kota ke alamat apartement kita. setiap kali kontrol buat janji, dan harus ditepati. kalau tidak, akan kena denda :) untuk pemeriksaan awal, ada seorang perawat datang ke rumah, menjelaskan tentang konsep tumbuh kembang anak yang baik, mencakup aspek ekonomi, kesehatan, psikologis, dan sosial. kita bisa berkonsultasi apa pun berkaitan ketiga aspek itu.

setiap satu bulan sekali saya memeriksakan kesehatan ara ke centrum voor jeugd en gezin. berselang, jika bulan ini konsultasi sama perawat, besoknya sama dokter. kadang pas jadwalnya imunisasi, kadang tidak. BB, lingkar kepala, dan panjang ara diukur. dokter juga memeriksa semua aspek kesehatan bayi, misalnya, kecenderungan penglihatan, jika tidak center, maka arah meletakkan kepala ketiga tidur atau menyusui harus diseimbangkan. saya juga ditanya-tanya tentang keadaan di rumah, "are you happy?" "do you have enough sleep?" dll.

mereka tidak memberikan resep obat atau vitamin. malah pernah ara sedang flu berat, cuma dikasih cara tradisional dengan menggunakan bawang merah haha. waktu ara panas karena cacar dan saya telpon huisart untuk bikin janji, bukannya hari itu juga dikasih waktu tapi dikasih jadwal empat hari kemudian. dan ternyata tanpa obat apa pun, cacar ara bisa sembuh dengan sendirinya. paling banter obat andalan dokter di belanda adalah parasetamol. sama seperti ketika usai melahirkan, saya cuma dikasih parasetamol untuk menghilangkan keluhan nyeri apa pun. makanya jangan heran, kalau beberapa teman selalu membawa obat-obatan pasaran di indonesia untuk bekal di belanda hehe.

jadi sejauh pengalaman saya, merawat bayi di belanda itu mudah-mudah saja. segala hal sudah ditangani dengan baik dan sistematis.
Continue reading...

04 January, 2017

1 comments 1/04/2017 11:18:00 AM

Hamil di Belanda

Posted by isma - Filed under , ,

surprise kehamilan yang saya dapatkan memberikan pengalaman luar biasa soal hamil dan melahirkan di belanda. tentu ada bedanya, karena berbeda kebiasaan, sistem, juga budayanya.

pertama soal perawatan kehamilan. di indonesia begitu tahu hamil, kita bisa langsung datang ke bidan atau rumah sakit seperti umumnya orang sakit yang periksa ke dokter. tapi, tidak dengan di belanda. kita harus memastikan dulu soal asuransi, apakah mengcover biaya persalinan atau tidak. soal ini bisa dibaca di sini. karena biaya pemeriksaan rutin dan persalinan di belanda cukup mahal. begitu tulis beberapa blog yang saya baca. kalau asuransi kita mengcover, berarti semua aman :)

terkait perawatan, hal kedua yang harus dipastikan adalah huisart (dokter keluarga). soalnya pas saya daftar ke bidan atau rumah sakit, pasti ditanya siapa huisart-nya. tapi memang begitu kita tiba di belanda, kita harus mendaftar ke huisart terdekat sebagai rujukan saat kita mau periksa karena sakit. jadi kita tidak bisa sembarang periksa, kecuali emergency bisa langsung ke rumah sakit. tapi itu pun pasti akan ditaya siapa huisart kita dan akan ada report yang dikirim rumah sakit ke huisart.

kalau huisart sudah beres, kita mencari bidan yang akan menangani kehamilan kita. di belanda tenaga medis pertama yang kita rujuk untuk pemeriksaan kehamilan adalah bidan, midwife. mereka praktiknya di klinik. baru kalau misalnya ada masalah pada kehamilan kita, bidan akan membuat surat rujukan untuk kita melanjutkan pemeriksaan ke rumah sakit. sampai kemudian normal lagi, kita kembali kontrol ke bidan. tapi, kalau ada masalah lagi dan perlu penanganan dokter, ya kita dirujuk lagi ke dokter. seperti kasus saya, dari bidan kemudian dokter, lalu kembali kontrol ke bidan, tapi karena jelang lahir janin saya diketahui posisinya melintang, akhirnya kembali dirujuk ke rumah sakit.

informasi tentang bidan saya dapatkan dari pihak asuransi. ketika saya apply asuransi pertama kali, saya bilang kalau sedang hamil. kemudian mereka menghubungkan saya dengan bagian, apa ya namanya saya lupa, tapi ia memberikan saya informasi tentang nomor-nomor yang perlu saya hubungi, salah satunya bidan. ia membantu saya mencari klinik bidan mana yang paling dekat dengan lokasi saya tinggal. termasuk juga rumah sakit jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

salah satu sudut ruang tunggu klinik

setelah sukses mendaftar menjadi pasien di klinik bidan, kontak lain yang harus dihubungi adalah jasa kraamzorg (perawat maternitas). ini adalah perawat yang akan datang ke rumah kita pasca melahirkan. ia akan membantu merawat bayi, membersihkan rumah, memasak, juga mengajari kita tentang seluk beluk perawatan dan tumbuh kembang bayi sesuai sistem di belanda. usai menghubungi mereka, biasanya akan ada satu orang dari penyedia jasa ini yang datang ke rumah kita untuk observasi. ia akan melihat keadaan rumah dan fasilitas untuk memastikan alat-alat tambahan yang dibutuhkan.

pihak kraamzorg punya aturan misalnya tinggi tempat tidur harus sepersekian inchi untuk memudahkan kerja kraamzorg. jika bed-nya rendah, maka dibutuhkan alat untuk meninggikan bed yang kita sewa dari penyedia alat-alat tersebut. selain alat ini, diperlukan juga botol penghangat suhu yang diletakkan di dekat bed bayi. karena suhu tempat tidur bayi ada aturannya harus sepersekian derajat. jasa penyewaan ini juga menyediakan tempat duduk untuk mandi si ibu. nah untuk menyewa ini, kita harus kontak perusahaanya melalui website dan telpon. lalu barang-barang akan diantarkan dan dibantupasangkan di rumah oleh mereka.

selain membahas tentang alat-alat ini, kraamzorg yang datang ke rumah juga menjelaskan tentang tugas-tugas, jam kerja, juga biaya yang harus kita tanggung. seingat saya, mereka bekerja selama 50 sekian jam, dan 24 jamnya ditanggung oleh asuransi. sisanya kita bayar sendiri. per jamnya sekitar 4 euro. ia juga menjelaskan dalam satu hari kraamzorg akan bekerja selama berapa jam. sesuai pengalaman saya, kerja kraamzorg yang datang ke rumah waktu itu selama seminggu. tiga hari full dari jam 8 pagi sampai jam 5, kemudian dikurangi hingga hari terakhir cuma tiga jam-an.

kita juga diminta untuk mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan peralatan ibu dan bayi pasca-persalinan, seperti alas plastik, perban puser, termometer dll. kita bisa order ke website kraamzorg yang biasanya sudah dikemas satu paket peralatan maternitas. atau ada juga pihak asuransi yang menyediakan, jadi kita tinggal telpon dan bilang kita membutuhkan paket alat-alat tersebut. paket alat-alat ini juga dibedakan antara ibu yang akan melahirkan di RS dengan yang akan melahirkan di rumah. saya tidak tahu persis perbedaannya karena yang saya order waktu itu untuk persalinan di rumah sakit. kalau yang persalinan di rumah mungkin harus lebih lengkap lagi peralatannya.

ohya, melahirkan di rumah sudah biasa dilakukan oleh ibu-ibu di belanda. nanti begitu bidan ditelpon, ia akan datang ke rumah. saya sebelumnya ingin melahirkan di rumah. tapi karena kondisi bayi melintang dan suami belum tiba di belanda, saya putuskan untuk melahirkan di rumah sakit. selain itu, bidan atau dokter akan berusaha untuk membantu ibu melahirkan secara normal. misalnya kasus saya, meskipun bayi posisinya melintang, mereka melakukan cara untuk bisa melahirkan normal.

setelah semua pihak berwajib (hehe) sudah dihubungi, kita bisa melakukan kontrol rutin dengan tenang ke klinik bidan. pertama kali menghubungi biasanya kita diminta mengisi formulir, lalu akan dibuatkan janji kapan untuk mulai kontrol. usai kontrol pertama akan dibuatkan janji untuk kontrol selanjutnya. kita harus mengingat dan menepati janji ini. karena kalau lupa dan nggak datang akan kena denda hehe. kalau misalnya kontrol selanjutnya kita harus ke rumah sakit, nanti bidan yang akan menghubungi RS dan membuatkan janji. pokoknya di sini serba scheduling dan harus ditepati.

di ruang periksa RS waktu memutar posisi bayi

berbeda dengan di Indonesia, di belanda bidan atau dokter tidak akan memberikan vitamin atau obat untuk ibu hamil. mereka juga tidak pernah menganjurkan untuk minum susu hamil. waktu saya tanya tentang anjuran makanan dan minuman, jawaban bidan, banyak-banyak makan sayur dan buah. dalam memeriksa kandungan bidan tidak menggunakan USG. ia mendengarkan detak jatung dengan alat dengar detak jantung, meraba perut si ibu untuk memastikan posisi janin, dan mengambil darah untuk pemeriksaan jika dibutuhkan.

dari pemeriksaan darah itu kalau ditemukan misalnya kurang zat besi, bidan kemudian akan memberikan resep tablet zat besi untuk dibeli di apotik. jika ada masalah gula, kita akan dirujuk ke RS untuk bertemu ahli gizi yang akan membantu kita melakukan diet gula. waktu itu saya harus bolak-balik ke RS untuk masalah ini. padahal diagnosanya baru "potensi gula" karena ada turunan gula dari bapak saya. itu saja sudah diantisipasi sedemikian rupa dengan skema diet makanan bergula. saya bolak-balik untuk pengambilan darah, sebelum dan sesudah melakukan diet. sehari bisa diambil dua kali sesuai interval waktunya.

saya kontrol bidan satu kali sebulan. tapi kemudian menjadi dua minggu sekali, apalagi ketika menjelang hari perkiraan lahir dan kondisi janin masih melintang, saya jadi sering datang ke rumah sakit. kalau sudah hamil tua, yang harus dipegang adalah nomor telpon bidan atau gebortehuis (ruang bersalin) di RS, dan nomor kraamzorg untuk memberitahukan kalau sudah melahirkan. begitu ada tanda-tanda, segera hubungi nomor tersebut. untuk kasus saya karena tidak ada kontraksi dan akan dipacu, saya masih bisa menunggu. waktu saya telpon gebortehuis, mereka tidak ada kamar kosong yang tersedia dan meminta saya untuk telpon lagi esok harinya.

usai melahirkan, jika di rumah sakit dan tidak ada masalah, kita sudah dibolehkan pulang beberapa jam setelahnya. saya waktu itu melahirkan pukul 12 malam, esok harinya pukul 10 saya sudah pulang. lalu kraamzorg akan mulai bekerja pada hari pertama kita sampai di rumah. lain harinya lagi bidan akan melakukan pemeriksaan rutin kepada bayi juga ibunya. dan tak ketinggalan, huisart kita juga akan mengirimkan kartu ucapan selamat atas kelahiran bayi kita.

sepajang pengalaman saya merasakan hamil di belanda, entah ya, rasanya menyenangkan sekali. rasanya kehamilan itu suatu anugerah dan setiap orang yang saya jumpai ikut merasakan kebahagian mendapatkan anugerah ini. apalagi bidan dan para dokter. mereka bisa membuat saya yang hamil sendirian di negeri orang merasa tenang, aman, dan nyaman. sepertinya, mungkin karena semua sudah dipersiapkan dan dihandle oleh bagiannya masing-masing. saya tidak pusing dan was-was soal biaya, karena sudah diselesaikan oleh asuransi. saya tidak bingung soal keadaan saya, karena diagnosa dan tindakan mereka dilakukan berdasarkan pemeriksaan yang valid.

Continue reading...

18 July, 2016

15 comments 7/18/2016 06:11:00 PM

Melahirkan di Leiden

Posted by isma - Filed under , ,
bersama farabi, om siaga-nya ara

Secantik apa pun kita membuat rencana, Tuhan tetap yang menentukan.

Well, begitulah inti ceritanya. Sebelumnya saya tak membayangkan melahirkan tanpa ditemani suami atau keluarga. Tapi, justru Tuhan memberikan saya pengalaman yang tak terbayangkan itu di Leiden. Dimulai dengan persoalan dokumen akta nikah yang harus diterjemah karena ada perbedaan pendapat antara KUA Kecamatan dan Kemenag pusat soal tanggal pada tanda tangan yang tertera di buku nikah duplikat. Proses ini cukup makan waktu sehingga memperlambat aplikasi visa keluarga, ditambah lama proses menunggu, dan berbenturan juga dengan liburan hari raya. Saya bahkan harus resechedule tiket untuk suami dan anak-anak sampai tiga kali. Kali pertama dan kedua karena visa belum jadi, sementara kali ketiga karena ayah tiba-tiba sakit dan harus opname. Lengkap sudah.

Rencana yang lain adalah keinginan saya melahirkan normal di rumah saja. Karena dua persalinan sebelumnya juga di rumah dan normal. Tapi, ternyata scenario Tuhan berkata lain. Posisi adik bayi melintang, jadi saya dirujuk konsultasi ke gynecolog dan harus melahirkan di rumah sakit. “Biar sekalian, pengalamannya komplit,” gitu kata teman-teman. Itu pun diputuskan dengan jalan induksi, jika memang sampai HPL belum ada kontraksi alami. Pernah satu kali gynecolog berusaha memutar posisi bayi, namun hasilnya adik bayi kembali ke posisi semula yang melintang. Jadi, sepertinya percuma diputar lagi, kecuali sekalian dilahirkan.

Tanggal 4 July 2016, saya mulai check up di LUMC, dan setelah pemeriksaan, belum memungkinkan untuk dilakukan persalinan karena cervix masih tertutup kuat. Saya diminta datang kembali tanggal 8 July 2016. Hasil pemeriksaan masih sama, dan diminta datang lagi tanggal 11 July 2016. Kali ini sang bidan memberikan saya pilihan, hari apa akan melahirkan dengan induksi. Saya pilih hari Rabu, 13 July 2016. Ia juga menjelaskan prosedur induksi dan alat yang akan digunakan. Semua seperti sudah tergambar jelas. Namun, ketika hari Rabu saya telpon rumah sakit, bagian poliklinik persalinan menjawab kalau belum ada kamar kosong. Saya diminta telpon hari berikutnya, untuk memastikan kamar kosong.

Bersyukur, hari Kamis, 14 July 2016, ada kamar kosong. Saya berangkat ke LUMC diantar Mia dan Farabi. Masuk ke ruangan periksa, saya masih belum yakin apakah jadi akan melahirkan saat itu. Apalagi setelah pengecekan cervix, bidan memberikan saya dua opsi, melahirkan sekarang dengan induksi, atau menunggu sampai hari Minggu supaya cervix lebih matang atau kontraksi alami sewaktu-waktu. Namun jika tidak ada kontraksi, tetap akan dilakukan induksi pada hari Minggu. Daripada menunggu lagi, dan malah lebih berisiko jika ketuban pecah duluan dengan posisi bayi melintang, akhirnya saya putuskan untuk mulai induksi sore itu juga.

Sekitar pukul 6 sore, saya dipindahkan ke ruangan yang lebih luas. bidan bilang, "Kamu akan bermalam di sini sampai bayimu lahir." Ruangan baru ini jauh lebih lengkap peralatannya, juga dilengkapi sofa panjang yang bisa dipakai tidur untuk yang menemani. Selang beberapa menit, bidan memberi saya tablet induksi pertama, dan berlanjut setiap empat jam sekali hingga sore hari keesokan harinya. Kontraksi sudah mulai saya rasakan. Selama proses ini, detak jantung bayi dan ibu terus dimonitor dengan alat yang ditempelkan di perut saya dan rekamannya muncul di monitor yang ada di dalam ruangan dan di ruang jaga perawat.

Perasaan saya campur aduk, tapi cenderung nelangsa. Terbaring di kamar bersalin cuma ditemani kawan-kawan mahasiswa dari Indonesia. “Semangat mbak, semangat!” seru Mia. Tapi bukannya semangat, saya malah nambah nelangsa. Apalagi ketika seorang bidan masuk kamar, tangisan saya benar-benar pecah. “Apa yang membuat kamu menangis?” ia bertanya. “Karena sakit?” Saya menggeleng. Sakit kontraksi setelah induksi tablet atau ketika bidan memeriksa cervix, menurut saya sudah lakunya begitu dan saya masih bisa menikmatinya. Tapi, merasa sendiri dan jauh dari suami dan keluarga saat peristiwa besar begini, rasa-rasanya saya adalah orang paling nelangsa sedunia. Si bidan lalu meraih tangan saya sambil berkata, “Kami di sini akan bekerja dengan baik membantu persalinanmu. Kamu akan aman dan baik-baik saja di sini. Kamu percaya kami kan?” Saya mengangguk pelan.

Setelah habis 4 tablet, Jumat sore, 15 July 2016, dokter memeriksa pembukaan dan memutuskan untuk memulai proses persalinan. Ia ditemani seorang dokter lain, dokter intern, dan perawat. Mereka masih muda dan tampak cekatan bekerja. Dokter pertama, memecah ketuban secara manual, bersamaan dengan dokter yang kedua memutar posisi bayi agar kepala berada di bawah perut masuk ke rongga panggul. Sementara dokter intern dan perawat menyeka dan membersihkan air ketuban yang merembes di tempat tidur. Saya, hanya bisa menarik napas panjang berkali-kali. "Yeay, malam ini bayinya akan lahir," sorak dokter cantik berambut hitam sebahu dengan senang.

Setelah air ketuban habis dan sprei basah diganti, induksi diganti dengan infus. Saya sudah tidak bisa turun dari tempat tidur. Berbaring dengan alat detektor jantung bayi dan ibu juga ritme kontraksi yang menempel di perut. Kekuatan dan ritme kontraksi naik perlahan-lahan. Ini masa-masa yang paling berat, apalagi kata perawat, pembukaan hanya bertambah satu setiap jamnya. Pada cairan infus itu juga terkandung zat untuk relaksasi, rasanya seperti mengantuk, tapi tetap saja tidak bisa tidur karena menahan rasa tidak karuan di jalan lahir. Di sini bedanya melahirkan dengan kontraksi alami. Ketuban akan pecah dengan sendirinya dan disusul dengan pembukaan dan kontraksi hebat yang mengajak ibu untuk mengejan. Bisa jadi dalam satu jam berikutnya bayi sudah bisa lahir.

Tapi, saya musti menunggu dari sekitar pukul 6 sore hingga pukul 10 malam. Beberapa kali memanggil perawat dan bertanya, "Sampai kapan ini akan makan waktu? Kapan dokter akan mengecek lagi?" dan berkali-kali perawat coba menenangkan. Ketika kontraksi kuat datang, saya merasakan tekanan luar biasa di perut bagian bawah, seperti ada batu sebesar kepala bergerak meregangkan jalan lahir, panas dan kuat menekan. Saya cuma bisa menarik napas dan menggenggam erat tangan dua orang teman di sebelah kanan dan kiri saya. Saya terbiasa menahan sakit, dan itu menjadi latihan untuk saya merasakan sakit jelang melahirkan ini.

Kemudian sekitar pukul 10 malam ketika kontraksi menjadi lebih keras dan kuat, saya sudah tidak kuat lagi untuk menahan keinginan mengejan. Akhirnya dokter kandungan datang, memeriksa serviks dan mengatakan kalau sudah ada pembukaan 8 dan sudah mungkin untuk mendorong. Mereka lalu bersiap untuk persalinan. Ada seorang ginekolog, dokter magang, dan seorang perawat dan 3 teman-teman saya. Ada juga monitor yang menampilkan detak jantung saya dan bayi juga kontraksi. sehingga semua orang tahu apakah saya memiliki kontraksi atau tidak. Mereka menyemangati saya untuk mengejan, dan saya beberapa kali coba mengejan meskipun itu tidak mudah. Di tengah proses itu, detak jantung bayi tampak menurun dan itu membuat ginekolog khawatir. Ia coba menarik bayi tapi masih belum keluar. Dari video, saya bisa lihat, ia mau menggunakan alat seperti sendok untuk mengambil bayi, tapi kemudian diurungkan karena akhirnya saya berhasil mengejan, mendorong bayi keluar.

Rasanya lega. Saya menangis sambil memeluk bayi yang diletakkan di dada saya. Bayi perempuan lahir dengan berat 3,7kg. Teman saya, Desty, saya minta untuk mengazani Ara, panggilan untuk Iolana Narashansha, yang kemudian diulang oleh ayah melalui telpon. Ini benar-benar heroic dan epic. Ayah juga melantunkan iqamah lewat telpon. Sebelum tidur, saya mandi dan berganti baju. Baby Ara tidak rewel. Setelah menyusu, ia terlelap sampai pukul 5 pagi. Saya bisa beristirahat dengan baik. Saya meninggalkan rumah sakit sekitar pukul 10 pagi, dijemput oleh Teh Meira dengan mobil.

Saya bersyukur, semua berjalan lancar. Tidak ada komplikasi dan semuanya sehat juga selamat. Saya bersyukur memiliki banyak teman yang baik dan penuh perhatian di sini. Kebaikan mereka membuat saya merasa mudah walaupun saya jauh dari keluarga. Saya juga bersyukur, semua telah dimudahkan oleh Tuhan. Mendapatkan pengalaman ajaib yang tak terbayangkan sebelumnya.

Continue reading...