Dia jawab, "Ngomah..."

Masih tentang pertambahan kosakata Shinfa.
Semalam, sambil nonton TV, Shinfa menekan-nekan keypad Hp, lalu mendekatkannya ke telinga dan berkata, “Halo, Ibu.”
Iya. Dek Shinfa di mana ini?” jawabku sambil senyum-senyum di dekatnya. Aku sudah mengira kalau dia bakalan diam, tidak meneruskan obrolan, seperti biasanya. Karena dia belum punya banyak kosakata untuk diobrolkan.

Tapi ternyata perkiraanku salah. Karena dengan tegas dan mantap Shinfa bisa menjawab, “Ngomah.”
Hahaha. Aku kontan tertawa. Ngomah? Kayaknya ini kali pertama dia mengucapkan kosakata ini. Btw, kapan ya dia dengar salah satu dari kami mengucapkan kata ‘ngomah’?
Hm, kapan ya, Shin? ;)

Continue reading...

Shinfa dan Tetangga Kecilnya

Pagi tadi, Shinfa jalan-jalan ke tetangga sebelah yang juga punya dedek kecil usia 20-an bulan. Lebih tua satu bulan dari Shinfa. Naja namanya. Halaman rumahnya lumayan luas, jadi enak buat lari-larian dua anak kecil itu.

Tapi, temennya Sinfa itu, owel banget sama mobil-mobilannya. Setiap Shinfa bergerak mendekati mainan itu, ia langsung berteriak-teriak, “Ojo-ojo.” Shinfa tetep mendekat, “Pinjam…pinjam!” ucapnya memelas.

Hihihi. Aku terkikik, campur bangga. Ternyata dia sudah bisa menerapkan kosakata ‘pinjam’. Mudah-mudahan ia juga tahu kalau ‘pinjam’ tidak berarti mengambil hak kepemilikan. Cuma hak pakai aja. Kalau sudah, ya dikembalikan.
Aku seneng banget. Apalagi ketika temen Shinfa itu lari-lari menyelamatkan mainannya, dan nabrak Shinfa. Anakku yang lucu itu ndak nangis, malah bilang, “Naja nakal!” Hahaha...

Continue reading...

Sahur Pertama ...

Semalam Shinfa ikut sahur. Padahal aku tahu betul, dia masih pingin tidur. Duduk diam di pangkuanku, melihat gerak tanganku menyuap makan. Untung aku sudah masak dari abis Tarawih.

Wah, ternyata ya, tinggal di ‘rumah sendiri’, jadi harus pinter manfaatin waktu. Peka waktu. Terutama biar enggak diacak-adut gara-gara saking kreatifnya Shinfa.

Untungnya aku juga sudah bikin rendang abon ayam, yang awet buat berhari-hari dan praktis. Rasanya enak, seperti yang dipujikan Ayah Shinfa. Meski itu bumbu rumit pertama yang aku racik selama masak di ‘my little house’. Ihik!

Continue reading...

"Iwit, Bu. Iwit."

Waktu itu, aku dan Shinfa lagi glelengan, alias tidur-tiduran di kasur. Tiba-tiba Shinfa berteriak, “Yuuuung….yuuuung….yuuuung!”
“Kenapa, Dik?”
“Iwit, Bu. Iwit.”
“Apa iwit?” tanyaku nggak paham.
Dia malah memamerkan barisan gigi kecilnya. Karena kupikir tak ada apa-apa, aku pun kembali ke posisi semula. Tapi tak berapa lama, dia berteriak lagi, “Yuuuuung….yuuuung…yuuuung!”
“Ada apa sih, Dik?”
“Iwit, Bu. Iwit,” jawabnya sambil memeragakannya dengan tangan. Ia mencubit lengannya sendiri sambil meringis.

Eeealah! Jiwit to. Jadi, dia merasa kesakitan karena cubitannya itu, dan berteriak, “Yuuuung…yuuuung!” Seperti yang biasa dilakukan oleh kakak-kakak sepupu dan buleknya. Ternyata, anak kecil tuh ‘plagiat’ banget ya!

Continue reading...

our little house, Shinfa.

welcome to our little house, Shinfa.
let make it like a paradise

from here,
we build and get our dream

amiiin

Continue reading...

Dedek, Sariawan yah?"

Shinfa kena sariawan lagi to. Pantesan nagis terus kalo pas maem apa minum. Jadilah seharian mintanya digendong terus, sampai bikin pundak lecet n pegel. Syukurlah setelah dikasih obat, sudah mau diturunin. Maen-maen dan gak rewel lagi.

Tapi, sekarang malah gantian. Ibu Shinfa yang lagi rewel, gara-gara ketiban masalah klasik...biasa soal miskomunikasi yang berbuntut jadi misunderstanding... Duh, plis deh! ;((

Continue reading...

"Cepet sembuh ya, Dik..."

Pas Ayah Shinfa telpon kemarin, duh... tiba-tiba perasaan sudah kebawa nggak enak. Pasti ada apa-apa. Ternyata benar. "Pulang sekarang ya. Abis bobo siang badan Shinfa panas trus muntah-muntah. Seharian ini dia rewel terus."

Saat itu aku bener-bener panik campur pingin nangis. Jadi nggak sabar pingin cepet sampe rumah. Menggendong si kecil yang manis dan lucunya minta ampun itu.

Aku paling tidak bisa kalau melihat Shinfa sakit. Semalaman tidak tidur pun aku rela. Seharian capek menggendong pun tak apa. Kalaupun bisa dialihkan, aku siap merasakan sakitnya. Pokoknya, gimana biar Shinfa bisa cepet sehat dan baik-baik saja.

Sorenya Shinfa langsung aku bawa ke BKIA. Soalnya pas cadangan otopan-nya abis. Dan, semalam panasnya yang semula 38,4 sudah turun jadi 36,4.

Cepet sembuh ya, Dik... Jangan nangis lagi, ibu cepet pulang kok!

Continue reading...

"Bu, totat!"

Aku suka brownies ... rasanya manis dan legit. apalagi, kalo dapat gratisan. misalnya, pas ada temen yang ulang taun, tunangan, atau ... naik jabatan. alah!

Tapi, bukan berarti aku pintar bikin brownies lho. jujur saja ya, kemarin minggu aku baru kali pertama bikin brownies. hasilnya, tidak terlalu mengecewakan. terbukti, empat orang temanku yang mencicipi, jadi ketagihan. soalnya aku ngasihnya cuma seukuran kotak korek api ‘jres’, dikurangi dikit. hihihi.

Dan, yang bikin aku nggak kalah seneng, gara-gara bikin brownies Shinfa tambah fasih dengan kosakata barunya: "Bu, totat!" teriaknya dengan mulut belepotan noda dark chocolate. Hihihi. Lucu banget! ;))

Continue reading...