Aku menyebutnya perempuan cantik. Ia memang sudah tidak muda lagi, tapi gurat kecantikannya masih tergambar jelas pada bidang wajahnya yang putih bersih. Diam-diam aku suka sekali memperhatikan rambut hitamnya yang panjang sebahu. Diikat oleh jepit plastik sederhana. Saat ia tengah membelakangiku, saat ia sibuk membereskan wajan dan panci pressure cooker, saat aku sedang duduk menunggu di meja makan bersama anaknya, saat aku merasa seperti menjadi anak perempuan lagi.
Dengan tangannya yang cantik, bergelang hijau dan berjam tangan kecil, aku lihat kuku-kukunya terpotong rapi dengan kutek warna pink lembut, ia terlebih dahulu membasuh piring tembaga besar untuk anaknya dan piring melamine kecil untukku, dengan cipratan air. Begitulah aturannya, sebelum ia menyendokkan nasi ke atas piring kami masing-masing. Tentu saja bagianku tak sebanyak bagian untuk piring tembaga besar, meskipun demikian aku sering kali musti berseru, “Cukup, cukup. Ini terlalu banyak.” Dan, ia akan tersenyum dengan binar bahagia.
Biasanya aku yang menjadi dirinya, melayani anak-anakku, dan sesekali suamiku. Sekarang, aku dilayani. Bahkan, sampai urusan sayur, lauk-pauk, dan air minum. Ia akan meletakkan sesendok dua sendok sayur ataupun daging ke dalam mangkok-mangkok kecil untuk kami berdua. Mengisi gelas-gelas kami dengan air panas separo, lalu ditambah dengan air dingin tak sampai penuh. Ia lalu akan berbicara dengan bahasanya, memastikan segala sesuatunya, dan aku akan bertanya pada anaknya, tentang maksud dari pembicaraannya dan barulah aku mengerti. “Ibu bilang, makanlah pelan-pelan. Jika ada yang kurang, panggil saja, ia akan datang.”
Aku benar-benar tersanjung. Seumur-umur aku menjadi anak perempuan di dalam keluargaku, aku belum pernah dilayani sedemikian patuhnya. Dan ia melakukannya dengan sepenuh hati, sepenuh cinta, sepenuh pengabdian untuk keluarganya. Aku bilang pada anaknya bahwa aku bosan dengan makanan serba ayam dan kari yang disediakan dining room selama satu bulan ini. Aku lalu ditawari daging kambing dan kerbau, dan akan dimasak dengan mengurangi kunyit oleh perempuan cantik itu. Tentu saja aku girang bukan main. Pernah juga aku bilang pada anaknya bahwa aku perlu air panas untuk merendam kakiku yang pegal karena banyak berjalan, dan biarkan aku memasaknya sendiri. Ternyata, perempuan cantik itu justru yang melakukan. Memasak air panas untukku, menyiapkannya dalam baskom biru, dan meminta anaknya mengantarkannya untukku.
Menurutmu, adakah ia seorang malaikat yang menyamar menjadi perempuan cantik dan membuat hatiku berbunga-bunga selama tiga hari menjadi anak perempuan lagi?
Sayangnya tiga hari sudah selesai. Saatnya aku meninggalkan rumah surganya. Pagi itu, ia membuatkan roti untuk aku bawa selama di perjalanan. Kami sempat berfoto bersama, di dapur dan di ruangan tempatku menginap. Ia berdandan lebih cantik dari biasanya. Memakai kurta dan celana kombinasi warna merah dan hijau, dengan selendang, kalung dan gelang berwarna senada. Bibirnya tampak merah cerah oleh lipstick. Di antara dua alisnya, ia sematkan tika merah bulat. Aku sempat memperhatikan kuku-kuku kakinya, yang juga terpotong rapi dan berkutek pink lembut. Oh, aku yang lebih muda saja masih kalah jauh dengan perempuan cantik ini. Aku tampil polos, tidak fashionable, bahkan bermata bantal dan bermuka selimut. Aha! Ia benar-benar cantik.
Waktu aku akan berpamitan, ia tiba-tiba berbicara dalam bahasanya bahwa ada sesuatu untukku. Tak berapa lama ia kembali membawa syal merah bertuliskan abjad tibet, apel dan pisang. Ia tersenyum sambil menyematkan syal merah ke leherku, dan berkata, “Hati-hati di jalan.” Aku benar-benar terkejut, mendengar ia berbicara dalam bahasaku. “Ini symbol doa untuk seseorang yang akan bepergian, semoga selamat sampai tujuan,” jelas anaknya. Aku tersenyum dan mengamini doa mereka penuh takzim.
Aku lalu melangkah meninggalkan rumahnya, sementara ia mengiringi di belakangku. Ada rasa berat tiba-tiba menahan hatiku untuk beranjak. Ia seperti sudah menjadi ibuku, dan aku tiba-tiba berharap, bahwa aku akan bisa kembali lagi mengunjunginya suatu saat. Ya suatu saat. Lebih-lebih ketika aku mendengar bahwa perempuan cantik itu menyukaiku, dan menyimpan kedekatan denganku. “Kamu berhati baik, dan wajahmu selalu dipenuhi senyum dan kebahagiaan. Ia menyukaimu.”
7 comments:
Perempuan Cantik, malaikat yang dikirim untuk melayani malaikat lainnya =)
@ ---> anonymous
ohh, kalimat Anda cantik sekali ... terima kasih :)
pecinya buatan Gresik deh...
ikut merasakan kebahagiaannya :)
iyaah Mbak, emang Ibu ini cantik yaah. India banget yah Mbak, hehehh.
maaf lahir bathin yah Mbak ku sayaang :*
asyik banget siih yg jalan2 muluuu
dua perempuan cantik ya mbak. Mohon maaf lahir batin ya
perempuan cantik tsb benar2 tuan ruma yang baik, Mbak :)
Post a Comment