Megah dan kokoh. Bangunannya seperti korek api raksasa, tersusun dari tumpukan korekapi-korekapi besar yang memanjang dan meninggi, berdiri menghadap ke arah timur, demikian seturut pemahamanku. Ini adalah gedung kedua yang aku masuki, setelah bandara, setibaku pertama kali di Hawaii. Sebuah taksi mengantarkanku, melewati jalanan yang serupa jembatan layang, membelah piggiran kota, dole street, berbelok ke east west road, dan sekitar pukul 10am waktu Hawaii, sampailah aku di depan gedung ini. Hale Manoa.
the hale manoa
the entrance from east west road
Hale menurut bahasa Hawaii berarti rumah, mirip-mirip dengan 'bale' dalam bahasa Jawa. Sementara Manoa adalah nama tempat di mana gedung ini berlokasi. Hale Manoa sejatinya adalah dormitory yang dibangun pada tahun 1962 oleh East–West Center (EWC). Lewat besutan tangan Ieoh Ming Pei, arsitek Chinese American, yang termasyhur dengan karyanya seperti Miami World Trade Center dan Gateway Towers, Singapore, tak heran jika Hale Manoa menjadi gedung yang unik dan menarik.
Ia tersusun dari 13 lantai dan tidak setiap lantai memiliki beranda. Di lantai 1 terdapat lobby dan reading room. Lantai 2 dan 4 diantarai oleh lantai 3 yang memiliki beranda. Lantai 2 dan 4 berisi unit-unit dengan 10 kamar tiap unitnya dan dipisahkan dengan pintu yang tidak terkunci. Dua lantai ini tidak memiliki beranda, melainkan jendela-jendela kamar menghadap ke luar gedung. Akses menuju unit memakai tangga naik menuju lantai 4 dan turun menuju lantai 2 dari lantai 3, tempat di mana ada dapur, lounge, ruangan untuk kulkas pribadi, loundry, dan parkiran sepeda. Demikian juga untuk lantai 5 dan 7, diantarai oleh lantai 6 yang merupakan dapur dan segalanya. Lalu, lantai 8 dan 10 diantarai oleh lantai 9 sebagai dapurnya, dan lantai 11 dan 13 diantarai oleh lantai 12. Itulah kemudian, lift yang mengantarkan para penghuni untuk naik ke atas cuma berhenti di lantai 3, 6, 9, dan 12.
beranda lantai 6
tangga menuju unit
kamar dan storage di dalam unit
the bathroom di dalam unit
my room
pemandangan dari jendela lantai 6
Lokasinya yang berada di dalam kampus, memang sangat strategis untuk tempat tinggal mahasiswa. Tapi, tidak semua mahasiswa bisa tinggal di Hale Manoa. Mahasiswa yang beruntung untuk tinggal adalah mereka yang aplikasinya disetujui, atau mendapatkan beasiswa EWC, dan funding yang berafiliasi dengan EWC. Dan di antaranya adalah aku, dan kawan-kawan penerima beasiswa IFP yang lain. Dengan membayar $14 per hari, kami sudah bebas dari biaya listrik, air, internet, dan cleaning service. Mendapat fasilitas kamar seukuran satu orang, dua kabinet di dapur, storage, kulkas bersama, kompor dan oven listri, mesin es, dan loundry dan dryer dengan membayar sekitar $2.
Sebagai mahasiswa yang datang dari kampung, Hale Manoa menurutku lumayan sempurna sebagai tempat tinggal. Semua fasilitas lengkap tersedia. Terutama dapur, tempat favoritku di saat lapar. Hale Manoa juga memiliki reading room, bertempat di lantai dasar berseberangan dengan lobby. Selain untuk belajar, reading room berfungsi sebagai bioskop mini tiap sabtu dan minggu dan tempat diskusi. Lounge juga bisa berfungsi sebagai tempat belajar dan pertemuan. Jika ingin menggunakan, kami tinggal menuju ke lobby, reserve, dengan menyerahkan id.
Lalu, bagaimanakah untuk mail address? Ini juga menarik. Jadi setiap warga memiliki satu kotak pos dengan nomor masing-masing. Biasanya ketika kami menulis alamat, kami juga akan menuliskan nomor box tersebut dan otomatis setiap ada surat atau paket atas nama kami, pihak pengelola tinggal memasukkannya ke dalam box. Untuk membuka, kami memiliki kode rahasia masing-masing. Terus terang untuk urusan buka membuka box ini, aku harus mencoba berkali-kali dengan selalu membawa rumus cara membukanya. Terlalu!
lobby dan kotak-kotak surat
menuju reading room
dapur bersama
laundry room and fire exit
Selain fasilitasnya yang lengkap, aku suka sekali dengan suasananya. Ramai dan multikultur. Bagaimana tidak, dorm ini bisa memuat sampai 400 orang, hampir semuanya international students dari kawasan Asia Pacific seperti China, Japan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia, South Asian countries, Amerika juga Eropa. Campur-campur ini terasa sekali begitu kami semua berlomba memasak di dapur. Berbagai obrolan dengan bahasa masing-masing bersahutan dengan aroma masakan, dari sebangsa India, Indonesia, China, atau hanya memanaskan sandwich. Tentu saja, kami harus memahami, ketika misalnya ada teman yang memasak pork. Biar lebih aman dari aromanya, biasanya aku memilih antri dapur saja.
Hale Manoa memang seperti pesantren. Bedanya tidak ada kiai, pengajian atau takziran. Di sini kehidupan berjalan masing-masing, meski ada juga bumbu-bumbu akrabnya persahabatan dan kebersamaan. Dan, sekarang adalah tahun terakhirku di Hale Manoa. Kurang dari setengah tahun lagi, aku sudah akan menjadikannya sebagai bagian dari kenangan indahku. Ia menjadi catatan sekaligus saksi bagaimana si Isma kecil melawan rasa takut, khawatir, dan putus asa. Bertarung dengan putaran cepat detik-detik jam sebelum deadline untuk submit tugas. Menangis karena rindu kampung halaman atau bahagia karena toh akhirnya bisa juga menyelesaikan. Hale Manoa, aku pasti akan merindukanmu.
Hale menurut bahasa Hawaii berarti rumah, mirip-mirip dengan 'bale' dalam bahasa Jawa. Sementara Manoa adalah nama tempat di mana gedung ini berlokasi. Hale Manoa sejatinya adalah dormitory yang dibangun pada tahun 1962 oleh East–West Center (EWC). Lewat besutan tangan Ieoh Ming Pei, arsitek Chinese American, yang termasyhur dengan karyanya seperti Miami World Trade Center dan Gateway Towers, Singapore, tak heran jika Hale Manoa menjadi gedung yang unik dan menarik.
Ia tersusun dari 13 lantai dan tidak setiap lantai memiliki beranda. Di lantai 1 terdapat lobby dan reading room. Lantai 2 dan 4 diantarai oleh lantai 3 yang memiliki beranda. Lantai 2 dan 4 berisi unit-unit dengan 10 kamar tiap unitnya dan dipisahkan dengan pintu yang tidak terkunci. Dua lantai ini tidak memiliki beranda, melainkan jendela-jendela kamar menghadap ke luar gedung. Akses menuju unit memakai tangga naik menuju lantai 4 dan turun menuju lantai 2 dari lantai 3, tempat di mana ada dapur, lounge, ruangan untuk kulkas pribadi, loundry, dan parkiran sepeda. Demikian juga untuk lantai 5 dan 7, diantarai oleh lantai 6 yang merupakan dapur dan segalanya. Lalu, lantai 8 dan 10 diantarai oleh lantai 9 sebagai dapurnya, dan lantai 11 dan 13 diantarai oleh lantai 12. Itulah kemudian, lift yang mengantarkan para penghuni untuk naik ke atas cuma berhenti di lantai 3, 6, 9, dan 12.
Lokasinya yang berada di dalam kampus, memang sangat strategis untuk tempat tinggal mahasiswa. Tapi, tidak semua mahasiswa bisa tinggal di Hale Manoa. Mahasiswa yang beruntung untuk tinggal adalah mereka yang aplikasinya disetujui, atau mendapatkan beasiswa EWC, dan funding yang berafiliasi dengan EWC. Dan di antaranya adalah aku, dan kawan-kawan penerima beasiswa IFP yang lain. Dengan membayar $14 per hari, kami sudah bebas dari biaya listrik, air, internet, dan cleaning service. Mendapat fasilitas kamar seukuran satu orang, dua kabinet di dapur, storage, kulkas bersama, kompor dan oven listri, mesin es, dan loundry dan dryer dengan membayar sekitar $2.
Sebagai mahasiswa yang datang dari kampung, Hale Manoa menurutku lumayan sempurna sebagai tempat tinggal. Semua fasilitas lengkap tersedia. Terutama dapur, tempat favoritku di saat lapar. Hale Manoa juga memiliki reading room, bertempat di lantai dasar berseberangan dengan lobby. Selain untuk belajar, reading room berfungsi sebagai bioskop mini tiap sabtu dan minggu dan tempat diskusi. Lounge juga bisa berfungsi sebagai tempat belajar dan pertemuan. Jika ingin menggunakan, kami tinggal menuju ke lobby, reserve, dengan menyerahkan id.
Lalu, bagaimanakah untuk mail address? Ini juga menarik. Jadi setiap warga memiliki satu kotak pos dengan nomor masing-masing. Biasanya ketika kami menulis alamat, kami juga akan menuliskan nomor box tersebut dan otomatis setiap ada surat atau paket atas nama kami, pihak pengelola tinggal memasukkannya ke dalam box. Untuk membuka, kami memiliki kode rahasia masing-masing. Terus terang untuk urusan buka membuka box ini, aku harus mencoba berkali-kali dengan selalu membawa rumus cara membukanya. Terlalu!
Selain fasilitasnya yang lengkap, aku suka sekali dengan suasananya. Ramai dan multikultur. Bagaimana tidak, dorm ini bisa memuat sampai 400 orang, hampir semuanya international students dari kawasan Asia Pacific seperti China, Japan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia, South Asian countries, Amerika juga Eropa. Campur-campur ini terasa sekali begitu kami semua berlomba memasak di dapur. Berbagai obrolan dengan bahasa masing-masing bersahutan dengan aroma masakan, dari sebangsa India, Indonesia, China, atau hanya memanaskan sandwich. Tentu saja, kami harus memahami, ketika misalnya ada teman yang memasak pork. Biar lebih aman dari aromanya, biasanya aku memilih antri dapur saja.
Hale Manoa memang seperti pesantren. Bedanya tidak ada kiai, pengajian atau takziran. Di sini kehidupan berjalan masing-masing, meski ada juga bumbu-bumbu akrabnya persahabatan dan kebersamaan. Dan, sekarang adalah tahun terakhirku di Hale Manoa. Kurang dari setengah tahun lagi, aku sudah akan menjadikannya sebagai bagian dari kenangan indahku. Ia menjadi catatan sekaligus saksi bagaimana si Isma kecil melawan rasa takut, khawatir, dan putus asa. Bertarung dengan putaran cepat detik-detik jam sebelum deadline untuk submit tugas. Menangis karena rindu kampung halaman atau bahagia karena toh akhirnya bisa juga menyelesaikan. Hale Manoa, aku pasti akan merindukanmu.
12 comments:
woooot?? biaya sehari itu kurleb 145rb Rupiah ya Mbak utk tinggal di tempat itu. kereeen
btw itu dapurnya masak bareng gitu ya Mbak, aihhh seru banget pasti yaa.. keknya dapur jadi tempat mangkal paling disenangi niih utk berkumpul bersama ya Mbak :D
bersih ya mbak tempatnya. aku suka ruangan yg ada kotak suratnya :)
mbak maaf kemarin ini bloglistku hilang semua ternyata linknya mbakisma belum aku masukkan ulang :)
Cuma satu kata "Kereeeeenn...."
DC ke Atlanta skitar 2 jam naik pesawat, mongggo mampir kalo ada waktu ^_^
Oh ya mbak, please namaku jangan ditulis nama lengkap di blogroll, biar ga di bisa trace hehehe
wah ngiler aku liatnya. . .. . dibungkus kirim kesini mbak. . .
Seru ya Mba... 400 orang dalam satu gedung. tapi sueer ga berani lewat lorong tangga itu sendirian. hiiii
bikin betah yaa tempatnya, mauuuuu!
kayak apartemen ya jeng? bersih gitu...
Mba Isma...kapan hari aku pernah 2 beberapa kali main kesini, seru baca ceritanya di Hale Manoa, tapi giliran mau komen ga bisa terus:( knpa ya...
Ih hebat ya dirimu, bisa masuk salah satu mahasiswa yang deserve tinggal disana, fasilitasnya boooo, so complete...beruntung banget dirimu Mba...
Tapi aku takut pas lihat lorongnya Mba, ngeri ga sih, hehehe
maaaaaakkkkk....bikin nganga nih .berarti lu pinter bener yak sampe bs kuliah dg fasilitas sekeren ini,,,bagi2 dong mak pinternya heheheheh, bener2 bikin iri huhuhu
---> diah
iya kl dirupiahkan. itu trmasuk paling murah diah, krn kl tinggal di luar kampus bisa $30an / hari. dapurnya share bersama2, rame tapi seru hehe
---> Lidya
emang bersih mbak, tapi di sini gak hemat tissue :( nyantai saja mbak, yg penting tetep inget sm aku hehe
---> Lala
wah, maunya mampir. tapi kyknya bsk cuma ke boston, NY sm DC. lain kesempatan smga bs sampe atlanta ya amin. okay, segera aku ganti hehe
---> susu segar
wah, ini pekerjaan lebih berat dari menjadi presiden :))
---> @yankmira
rame pastinya. tapi itu lorong gak menakutkan kok, dan terang benderang hehe
---> elvan
yuk ke sini ... ;)
---> entik
iya, kyk apartemen. asyik deh pokoknya hehe
---> mrs Nuki
nah skrg sdh bisa kan hehe. iya, ini memang keberuntungan, ndilalah kalo org jawa bilang. makasih ya
---> mimi radial
ups nganganya jgn lebar2 mak, ada lalat hehe. mimi juga hebat!
subhanallah. salut mba. aku liat hawaii cm di tipi...
aih salam kenal yak...
bagus bagus ya.....
Post a Comment