Yeaaay, akhirnya bisa juga berangkat ke Toronto untuk presentasi paperku yang berjudul "Not just an ordinary young moslem woman: reading contemporary indonesian and malaysian young adult literature". Apalagi ini perjalanan yang bener-bener sendiri, tanpa teman. Beberapa hari sebelum berangkat sempat nervous, karena harus presentasi dan jalan sendirian. Bisa nggak ya? Kesasar nggak ya? Tapi, alhamdulillah, semua berjalan dengan baik.
Berangkat dari Hawaii pukul 1 siang tanggal 12 Oktober, transit dua kali, di LA dan Cheveland, perjalanan ke Toronto menjadi perjalanan yang amat melelahkan. Tiba di Toronto tanggal 13 Oktober jam 10 pagi. Sempat bingung ketika mau naik bis, tapi ada seorang petugas bandara yang dengan senang hati mau menjelaskan, menuliskan route yang harus aku tempuh. Yap, orang Toronto/Canada memang terkenal nice. Terbukti juga waktu aku menukar uang, petugasnya rela berlari-lari mengejarku yang sudah di luar bandara, untuk mengantarkan uang 20 dollar yang tertinggal di counter. Juga, seorang bapak-bapak pegawai kantor pemerintahan di Toronto, ketika aku tanya di manakah King street, sempat-sempatnya dia menyodorkan pin bertuliskan Toronto sambil mengucapkan: This is from my heart, put it in your heart. Hehe so sweet ya.
Tapi udara di Toronto bener-bener menampar dinginnya, dan sukses membuat bibir dan kulitku langsung perih dan kering meskipun baru sehari. Selama di Toronto aku tinggal di hostel, menggunakan transportasi trem atau city car untuk route hostel ke University of Toronto. Jarang beli makan di luar, sengaja karena katanya lumayan mahal hehe. Aku bawa indomie dari Hawaii, ketupat instant dan lauk ikan, selain setiap pagi hostelnya menyediakan free pancake dan kopi atau teh panas. Siang hari, disediakan lunch dari panitia. Dan satu lagi orang baik yang aku temui di Toronto adalah Pak Abul, pegawai konsulat jendral kedutaan Indonesia di Toronto. Benar-benar melayani dan sangat membantu, tak pandang bahwa aku dan temen-temen yang lain cuma mahasiswa dan bukannya pejabat. Ditemeni keliling kota juga ke Niagara Fall. Banyak doa buat Pak Abul, semoga banyak rezeki dan selalu dilindungi-Nya, amiin.
Selesai urusan di Toronto, aku mampir ke Montreal, ke rumah Mbak Widi Halim. Sekalian, mumpung ke Canada. Dua hari bermalam, aku diantar keliling kota, ke mcgill university, ke mountroyal (semoga bener nulisnya) tempat melihat Montreal dari ketinggian, juga ke kota etniknya montreal, namanya aku lupa. Nggak bisa ketemu di Yogya, alhamdulillah ketemu Mbak Widi di Canada. Seperti juga Toronto, dingin di montreal juga menampar-nampar hehe membuat wajahku semakin lebam kemerah-merahan, ditambah biduran dan batuk-batuk. Ooooh, rasanya tinggal di Hawaii itu adalah surga kalau begini hehe.
Dua hari di Montreal, pada hari ketiga aku pamitan. Sebenarnya ingin sekalian jalan-jalan ke mainland yang kata Mbak Widi tidak ada satu jam, dan bisa ikut tour untuk keliling. Tapi, aku harus kuliah je, ini saja mbolos satu minggu. Ya, terpaksa aku harus melanjutkan perjalanan kembali ke Hawaii. Pagi-pagi sebelum subuh diantar ke bandara, melewati pemeriksaan imigrasi yang superketat, sampai-sampai aku kuatir akan ketinggalan pesawat. Ternyata, Air Canadanya delay hampir dua jam, dan ini membuat urusan connecting flightnya jadi ribet karena jadwalnya juga ikutan mundur. Ini sangat merepotkan karena untuk flight LA ke Honolulu aku dioper ke Delta airlines. Mana harus mengurus boarding pass pula. Jadilah aku lari-lari ganti terminal menggunakan shuttle, antri lama, dan hanya punya waktu 10 menit untuk melewati pemeriksaan dan berlari menuju gate. Tuhaaaan, napasku bener-bener habis untuk lari-lari. Dan alhamdulillah, aku tak ketinggalan pesawat.
Tapi, mungkin karena kelelahan, di pesawat aku tak bisa tidur sama sekali. Ramai. Banyak suara anak-anak yang menjerit, menangis, atau bersenda gurau. Belum lagi orang yang duduk di sebelahku selalu menggoyang-goyangkan kakinya, tak henti-henti. Pusing. Tapi, bapak-bapak yang duduk di dekat jendela baik sekali. Dia bekerja di perusahaan suplemen kesehatan di Hawaii. Kami sempat ngobrol satu jam sebelum mendarat. Sempat menawari suplemen karena tahu aku sedang flu berat. Tiba di bandara honolulu, sekitar pukul 7 malam, seluruh badan jadi semakin penat. Capek bukan main. "Take two tablets everyday," kata si Bapak. Aku menerima 12 kapsul, suplemen buah-buahan dan sayuran. Sebagai timbal balik, aku sodorkan sekotak maple cookies berlapis coklat. Dia bilang, "Wow, I like coklat. Thank you." Dan, kami pun berpisah. Seperti juga dengan orang-orang yang aku temui di Toronto atau di setiap perjalananku, mereka adalah orang-orang baik yang hanya mampir sesaat dalam perjalananku dan berpisah untuk melanjutkan perjalanan kami masing-masing.
Perjalanan ke Canada benar-benar menjadi pengalaman berharga, menjadi backpacker yang sendirian. Di negeri yang mengharuskan aku ngomong pakai Inggris. Keder, bagaimana coba kalau mereka tak paham bahasaku haha. Makanya begitu tiba di Hawaii, seorang temen bilang: you are great, Isma. You are brave. You travel alone to Canada ... So, jangan takut lagi untuk menjelajah ke tempat-tempat lain ya ...
5 comments:
wah salut dewh buat jeng isma yang sendirian jalan sampai canada plus kopdar sama mba widi.
semoga lancar kuliahnya dan cepet balik ke yogya ;)
kapan mbak saya diajak jalan2 ke sini ... hehehe.....
Aslm. Halo Mba Isma, salam kenal juga ya, makasih sudah berkunjung ke rumah kami...
Wah hebat nih perjalanan panjang sendirian. Sukses terus ya Mba, moga studynya cepet beres...amin...
waduh mbak, kerennya... heheheh daun daun itu cantik banget ya, daun maple ya?? kayak palsu ya mbak???
hehehehe kalo Ara pergi kesitu, udah pasti dikumpulin daunnya mbak, dia suka ngumpulin daun...
mbak, aku tuh pengen banget bisa liat langsung daun maple ... norak ya, hehehe ...
Post a Comment