Suatu pagi seseorang mengetuk pintu kamarku, dan sebuah senyuman menyapa ketika aku membukakan pintu. “Isma, this is for you,” kurang lebih begitu ia menyapa sambil menyodorkan muffin blueberry ukuran medium. “Kamu pasti lapar karena sudah kerja keras semalaman.” Saat itu, aku memang merasa lapar, dan tiba-tiba Tuhan mengirim tetangga unitku yang baik hati itu untuk mengatasi laparku. Aku tersenyum sumringah, “You’r so kind. But, don’t you think you need the muffin?” Dia lalu menjelaskan kalau dia punya stock banyak muffin dan tak yakin akan bisa menghabiskannya sendiri. Dan, dengan senang hati aku pun menerimanya sambil mengucapkan banyak terima kasih.
Sahabat, teman, kawan, friend, atau apa pun sebutannya, menurutku adalah seseorang yang berada di level kedua setelah keluarga. Apalagi kalau kita sedang jauh di perantauan, mereka mungkin bisa menduduki posisi pertama sebagai seseorang yang dekat, saling berbagi perhatian dan pertolongan. Sepanjang umurku yang sudah kepala tiga, aku punya beberapa teman baik yang sudah seperti keluarga. Tapi, mungkin karena jarak, waktu, dan kesibukan secara tak sadar kami menjadi jauh, menjauh, dan tak ada kontak sama sekali.
Lalu, aku berpikir bahwa bertemu sahabat, teman, kawan, friend atau apa pun itu seperti kita bertemu dengan penumpang di sebuah bus atau kereta api, bercakap-cakap, kadang gayeng kadang basa-basi, lalu ketika sudah sampai di terminal atau stasiun yang kita maksud, kita akan terpisah untuk melanjutkan hidup masing-masing. Terus seperti itu, ketemu orang baru, menjadi baik, lalu berpisah. Bertemu orang baru lagi, menjadi akrab, lalu terpencar. Datang silih berganti, sampai berakhir kehidupan kita. Masih bagus jika setelah terpisah dan terpencar, kita masih menjaga pertemanan dan persahabatan, dan sepanjang pengalamanku bisa dihitung dengan jari. Malah, ironisnya kadang kita terpisah seperti dua orang yang bermusuhan. Aku kadang tak habis pikir, bagaimana bisa seperti itu.
Tapi, mungkin ada benarnya orang yang mengatakan bahwa “cinta dan benci itu berjarak tipis sekali”. Waktu berteman, mereka adalah sabahat sejati dan ketika terpisah mereka jauh lebih berjarak dibanding dua orang yang awalnya memang sudah bermusuhan.Bisa jadi perpisahan mereka karena ada konflik atau semacamnya. Ada yang memarahi dan dimarahi, ada tersakiti dan menyakiti, sementara tak ada yang mau memaafkan atau bisa dimaafkan. Tapi, menurutku kita bisa marah, merasa tersakiti, dan mau memaafkan tentu karena kita merasa dekat dengan orang tertentu bukan. Dan, karena itu kita merasa bahwa pertemanan kita jauh lebih berharga daripada keangkuhan kita untuk merawat rasa-rasa negatif dalam diri kita.
“Isma, I am gonna miss you a lot,” ucap temenku itu pelan, desember ini dia akan kembali ke negaranya karena program researchnya di UHM sudah selesai. Aku juga pasti akan merindukannya karena tak banyak kawan baik seperti dirinya. Pernah suatu hari ia mengajakku kalau-kalau bisa menemaninya ke long drugs. Sayang, aku belum submit response reading. “It’s okay, Isma. Do you need something that I can buy for you?” balasnya. Atau di kesempatan lain, dia menelponku karena waktu bertemu di dapur aku kelihatan capek katanya. “Are you okay? Do you want pop corn?” Atau pada hari yang lain dia mengetuk pintu kamarku dan mengantarkan dua biji apel …
Aku sebenarnya kadang berpikiran bahwa kebaikan dan kedekatan kami juga akan bernasib seperti pertemananku dengan kawan-kawanku sebelumnya. Bertemu, dekat, lalu terpisah seperti biasanya. Meski saat ini mungkin hati, pikiran, dan keinginan kita selalu mengatakan bahwa kita akan tetap keep in touch selamanya. Pada saatnya, cerita akan berulang, pada saatnya kita harus turun dari kendaraan dan melanjutkan perjalanan hidup masing-masing … But, anyway, terima kasih untuk setiap nama yang sudah sempat menjadi sahabatku … menjadi bagian dari warna-warna yang membuat indah cerita hidupku …
_____________
Thanks Mont …
4 comments:
ya, teman memang punya makna tersendiri bagi kita..
semoga aku juga bisa bermakna teman bagimu ya jeng ...
tentu jeng entik, hope someday kita bisa kopdaran yaaa ...
safir tajid iwadhan amman tufariquhu ... kata imam syafii. teman yang kau tinggalkan pasti ada yang baru yang menggantikan. be happy friend ...
makasih pewe ... tapi sedih juga kan kalau harus kehilangan teman ... meski ada yang menggantikan ...
Post a Comment