21 July, 2009

2 comments 7/21/2009 10:03:00 AM

Ungkapan Sayang dari Shinfa

Posted by isma - Filed under ,
Long weekend aku sempatin bawa majalah Parenting dari rak buku Matapena. Nggak tahu, dapat dari mana majalah itu. Aku pikir, asyik juga untuk mengisi liburan di rumah. Edisi Maret 2009, dan yang jelas aku tertarik dengan topik tentang sharing ungkapan sayang buat papa. Di bagian ini, ada banyak testimoni dari pembaca tentang bagaimana mereka mengungkapkan kasih sayang pada papa, oleh mama juga putera-puterinya. Membaca bagian ini aku jadi terharu.

Diakui atau tidak, kalau dihitung-hitung sering kali papa menjadi “tiri” dibanding mama di depan anak. Mungkin karena anak lebih dekat sama mama daripada papa. Begitupun, papa menjadi “tiri” dibanding anak di depan mama. Papa harus rela berbagi. Misalnya, mama jadi lebih perhatian sama anak daripada papa, mama jadi lebih sering mencium anak daripada papa, papa harus rela begadang dan kurang tidur, dan banyak lagi yang lain.

Padahal, peran papa juga nggak kecil. Papa harus bekerja, apalagi kalau sampai rumah sering kali larut, harus keluar kota dan jauh dari kehangatan keluarga. Asyik sekali kalau mama dan anak bisa kompak mengungkapkan kasih sayang mereka buat sang papa. Dan, aku pikir begitupun sebaliknya, jika papa dan anak bisa kompak mengungkapkan kasih sayang buat mama saat tak ada di dekat mereka.

Kalau menurut majalah tersebut, nggak susah sebenarnya untuk mengungkapkan kasih sayang itu. Hal yang paling sederhana adalah memberi papa pelukan. Berdasar survey yang sudah dilakukan, 26% papa mengatakan bahwa hadiah paling spesial adalah pelukan, 24% kerajinan tangan dari si kecil atau mama, 23% memberi papa waktu untuk diri sendiri, 15% memberi papa kartu ucapan, dan 12% berupa benda elektronika. Ucapan terima kasih setiap kali papa usai melakukan sesuatu, entah untuk si kecil, mama, atau keluarga juga aku pikir bisa memberikan kesan kalau apa yang sudah dilakukan papa adalah sesuatu yang berharga dan buah dari kasih sayangnya.

Hmmm, dan aku jadi terinspirasi. Mengingat siangnya ayah sudah bersusah payah membuatkan white board untuk Shinfa belajar menulis. Ayah juga selalu membuatkan Shinfa susu, malam-malam juga dilakukan. Ayah juga yang selalu mandiin Shinfa tiap sore, sebelum menjemputku kalau pas aku nggak bawa motor sendiri. Padahal ayah selalu berangkat mruput juga untuk nguli. Kadang ayah mengeluh, “Capek, seharian di atas motor terus.”

Malamnya sebelum tidur, aku bilang sama puteri kuningku (Shinfa memakai piyama warna kuning ngejreng). “Selamat tidur ya sayang,” lalu aku cium kening, kedua pipi, hidung dan mulut Shinfa. “Nah, sekarang giliran ibu doooong,” pintaku. Lalu Shinfa tertawa lucu dan berucap, “Selamat tidur, Ibu,” dan mencium kening, kedua pipiku, hidung dan mulut. “Ntar, Dik Abik juga bilang gitu ya sama ayah,” usulku. “Tapi Dik Abik nggak mau cium pipi ayah.” “Lho, kenapa?” “Soalnya pipi ayah landep,” jawab Shinfa. Aku tertawa, landep oleh sisa cukuran rambut ya.

Dan, ternyata benar. Ketika ayah datang dari nganterin Pak Dhe pijet, Shinfa sontak bilang, “Selamat tidur, ayah.” Padahal ayah masih berdiri dan belum mau tidur. “Ciumannya mana?” ingatku. Lalu, ayah mendekat sambil tersenyum dan siap2 mendapatkan ciuman dari Shinfa, meskipun cuma cium kening dan hidung. Hehe, soalnya landep.

2 comments:

M. Faizi said...

sepertinya,

bahagia sekali keluarga ini. semoga demikian selamanya dan tambah barokah. Amin ya rabbal 'alamin.

semaisemai said...

mudah saja sebenarnya, asal hati kita saling terbuka dan mau berbagi juga saling menginspirasi... tidak atos dan keras kepala, merasa paling benar dan sudah benar. iya kan buk? bahagia selalu ya... amiiin.