27 February, 2008

13 comments 2/27/2008 01:45:00 PM

Blogger Mantu

Posted by isma - Filed under
Minggu, 17 Februari 2008, Blogger Jogja mantu. Hayah! Hiperbola banget. Yah, secara yang menikah adalah temen blogger sekaligus teman arisan Blogger Jogja, siapa lagi kalau bukan Hilda. Bertempat di gedung Trimurti Prambanan, pukul 13.30 waktu Jogja hujan. Rame-rame berboncengan dengan kecepatan penuh. Aku sama Wiedy, Unai sama si Abang dan Alif. Mengejar Fa dan Isna yang sudah lebih dulu sampai di lokasi.


Hilda mangklingi kan. Dengan make up yang bikin cantik itu kita dibikin susah mencari sisa-sisa Hilda kalau tanpa make up. Hehe. Semoga berkah ya Jeng. Mawadah warahmah, dikaruniai putera-puteri yang saleh dan salehah, rukun-langgeng selalu sampai akhir hayat. Amiin.


Tamunya banyak banget deh. Sampai-sampai kita harus curi-curi kesempatan buat foto bersama. Untung kita bawa dua fotografer handal, Mas Fa dan Bang Unai. Dan, klap! Senyum kita pun terabadikan bersama temanten kekaleh.


Di luar gedung kita menjarah pisang raja yang dipakai buat hiasan pintu masuk. Hihi. Ketahuan nih kalau masih lapar. Kayaknya ada yang salah nakar porsi ya… Sok ambil sedikit eeh, tahunya masih kurang. Hehe. Hayo ngakuuu!


Setelah menjarah pisang, disaksikan patung gede selamat datang gedung Trimurti kita pasok-memasok arisan. Endingnya, foto juga dong.


Dan, obrol punya obrol kita kemudian bersepakat nyebelah ke candi prambanan karena lokasinya memang dekat banget. Kita mau nyambangi Mbak Rorojonggrang yang lagi berduka. Kenapa berduka? Karena ternyata candinya belum selesai dipugar pasca gempa Jogja Mei 2006 yang lalu. Jadi, para pengunjung belum boleh masuk pelataran candi. Dibatasi pake pagar besi. Tapi, mayan juga sih masih bisa buat bergaya. Tiga ibu-ibu narsis. Hehe.


Jadi, yang datang pada Arisan Mbok Darmi kemarin ada enam orang. Hilda, Unai, Fa, Isna, Wiedy, dan aku. Tanpa Mama Firza, Anna, Inna, Nana, Lulu, dan Ndah. Loh, imbang to, 6:6 hehe. Besok giliran Fa yang jadi tuan rumah.

Ngomong-ngomong soal mantu dan manten, aku juga dapat undangan lagi nih dari Jeng Indhy yang akan menikah pada tanggal 29 Februari 2008 di Masjid Raya Fatimah Surakarta. Tapi, karena hari Jumat, masih harus nguli, jadi aku absen duluan ya Jeng. Aku hanya bisa mengirimkan doa semoga pernikahanmu membawa berkah, mawadah warahmah, dikaruniai putera-puteri yang saleh dan salehah, dan selalu rukun-langgeng sampai akhir hayat. Amiin.
Continue reading...

25 February, 2008

11 comments 2/25/2008 12:29:00 PM

Anakku Lagi Jutek!

Posted by isma - Filed under


Tuh kan Shin, kalau saja kamu mau tersenyum gitu, jauh lebih manis dan cantik. Suer, Nak! Nggak seperti akhir-akhir ini, wajahmu sering kelihatan jutek. Mata tajam menatap. Ngomong sambil membentak. Kalau kamu sudah remaja, ibu bisa saja menyangka kamu sedang PMS. Lha tapi, dirimu? Belum juga masuk Taman Anak kan? Masak sudah PMS.

Lebih-lebih kalau lagi berhadapan sama Mbah Uyut. Duuuh, mata kamu itu lho, galak banget. Lalu dengan mulut mecucu kamu akan berteriak, "Nakal. Hu nakal!" Ibu sudah berkali-kali bilang, "Adik, nggak bagus itu!" Eh, kamu malah jawab dengan cuek, "Ha yo luwih kok!" dengan mata tajam dan mecucu. Hwaaaa....

Ada apa sih Nak, dengan dirimu?

Kemarin untuk pertama kalinya kamu memukul wajah ibu. Dengan mata tajam dan jutek. "Adik, ini nggak bagus!" tegasku sambil memegang tangannya. "Adik marah ya sama Ibu?" "Iya," kamu menjawab. "Ibu mang kenapa?" "Ibu nakal," jawab kamu pelan. "Nakal gimana? Ibu mukul Dik Abit po?" Dia diam. "Kalo gitu Ibu minta maaf ya," lanjutku. "Dik Abit nggak sayang Ibu ya?" tanyaku pelan. Kali ini kamu mulau membik-membik. "Padahal Ibu sayang banget lho sama Dik Abit," ucapku sambil memeluknya, dan kamu pun menangis. "Besok lagi Dik Abit nggak boleh mukul Ibu. Dik abit boleh marah, tapi nggak boleh mukul. Janji ya!" Shinfa pun mengangguk.

Tapi, ternyata hari Minggu kamu kembali melampiaskan kejengkelan dengan memukul. Seingatku gara-gara kamu aku cegah ngamuk-ngamuk sama Mbah Uyut. Owalaaah... Kok sebegitunya sih Nak kamu sama uyut. "Adik lupa ya kalau nggak boleh mukul?" Shinfa diam saja. "Ibu nggak suka kalau Dik Abit suka mukul gitu. Itu nggak bagus. Nggak jempol," tegasku lagi. Dan memang harus tegas sebelum jadi kebiasaan, setiap marah-marah harus memukul.

"Yah, mungkin lagi masanya Shinfa seperti itu," kata ayah ngayem-ayem. "Ditanya ini itu juga dia nggak bisa jawab," lanjutnya. Memang ada benarnya kamu lagi masanya marah-marah seperti itu. Tapi, bisa jadi memang benar kamu sedang merasakan kemarahan. Dan, tidak bagus kalau membiarkan kamu dalam kemarahan tanpa diajak berbicara. Paling tidak, seperti itulah yang aku tangkap dari tayangan The Nany 911 di sebuah stasiun TV swasta.

Shinfa…Shinfa. Jangan-jangan kamu cuma mau meniru Shane, temanmu di Salam, yang sedang minta sesuatu ke ibunya sambil membentak-bentak. Atau, sekali waktu kamu mungkin menangkap keluhan orang rumah sama Mbah Uyut, dan kamu pun jadi ikut tidak bersahabat sama Mbah Uyut.

Hm, semoga ini cuma sesaat ya Nak. Setelah kemarin ibu bilang ke bulek teti soal kecurigaan ibu itu, mengajak kamu untuk bersikap manis sama uyut, dan mengajak kamu berbagi perasaan. “Uyut emang mukul Dik Abit?” Kamu menggeleng. “Tuh kan. Uyut malah nggak pernah marah sama Dik Abit, biarpun pentilnya sering dibuat mainan sama Dik Abit. Iya kan?” Kamu mengangguk. “Yuk ke tempat Uyut yuk.” “Ayuk.”

Lalu, kamu berlari ke kamar uyut, naik ke atas tempat tidurnya dan merogoh kutang uyut. “Encing..encing,” teriakmu kesenengan. “Lak yo ngene Noook,” kata Uyut senang dapat salam perdamaian dari kamu. “Uyut disayang, Dik,” ucapku. Dan, kamu mencium kening uyut sumringah.

Dweeh, rasanya senang banget kamu sudah mau berdamai sama Uyut. Biarpun setelah itu kamu kembali marahan lagi sama Uyut, juga sama ibu. Mungkin butuh waktu ya, Nak. Sekarang, biar saja kamu belajar tentang perasaan. Mengekspresikan perasaan. Asal, jangan dengan kekerasan fisik ya. Sini, luapkan saja perasaanmu dengan bicara dan cerita…
Love u, Shinfa.
Continue reading...

21 February, 2008

12 comments 2/21/2008 12:25:00 PM

Proyek Narsis

Posted by isma - Filed under ,
Aku pikir kebiasaan aku dan teman-temanku di pesantren dulu itu sudah mbahnya narsis. Meskipun hanya dengan fasilitas kamera manual, pinjaman lagi, kami biasanya beriuran membeli roll film bareng-bareng untuk memfasilitasi bakat kenarsisan kami. Lalu berjeprat-jepret di setiap sudut pesantren yang menarik dengan gaya dan pose ala foto model amatir. Makanya nggak heran kalau pulang dari pesantren bukannya bawa tumpukan karya tulis, misalnya, melainkan tumpukan album foto. Hehe.

Lah, ternyata pada periode kehidupanku selanjutnya, ada juga dunia narsis yang lain. Dunia blog. Nggak cuma narsis lewat foto, tulisan juga iya. Apa pun deh, silakan ditulis dan dipajang di blog. Sejauh tidak menjiplak murni karya orang atau memaki-maki, silakan bernarsis-narsis.

Tapi, senarsis-narsisnya aku, ternyata masih ada yang lebih narsis. Yaitu, teman seperjalananku ke Demak kemarin. Sapa lagi kalo bukan Hilma. Bayangkan saja, perjalanan dua hari menghasilkan dua cd foto yang isinya didominasi oleh wajah dan gayanya. Ck..ck..ck. Sepertinya bakat narsisnya lebih mendarah daging daripada aku. Dan, karena aku juga terlibat dalam perjalanan itu, akhirnya mau tidak mau bakat narsisku juga ikut terasah. Hayah!


Ini lokasi pertama. Pesantren Ki Ageng Giri di Mranggen mentok atau istilahnya kampung buntu karena setelah kampung ini adalah hamparan sungai dan gunung. Anginnya jangan ditanya, kenceng dan dingin. Cocok banget buat berbulan madu...hihi.


Lokasi kedua, Kalicilik Demak. Ini rumah teman lamaku. Ada hampir delapan tahun tidak ketemu. Dan, begitu ketemu masing-masing sudah punya suami dan momongan. Ada perubahan. Kecuali, semangat untuk tetap narsis. Hehe.


Malam hari, ke Pesantren Al-Amin Mranggen. Kata temenku yang supernarsis itu, ”Selama ini saya cuma mendengar nama Futuhiyyah, dan baru sekarang saya benar-benar menginjakkan kaki di Futuhiyyah ini. Andai saja saya tidak menulis...” Hm... ini narsis juga nggak ya?


Pagi hari kedua, lokasi narsis dilanjutkan ke SMA Ma’arif Nggablog. Lokasinya eksotis, jadi agak malu untuk bernarsis-narsis. Kalah eksotis soalnya. Jalanan tanah berdebu yang akan becek kalau terkena air hujan, ini eksotis. Pasar yang banyak dipenuhi oleh para ibu bakul, juga eksotis. Dan, rumah ala Joglo yang katanya milik seorang bule yang menikah kontrak dengan perempuan kampung setempat, sangat eksotis.


Baru ketika sampai di SMA Mambaul Ulum, welcome back to narsis. Alamnya bagus. Kebetulan lokasi sekolah memang di dataran tinggi. Jadi serasa mendaki ke bukit mana gitu. Terbang dan menari... di rerimbunan pohon. Hehe.


Malam harinya narsis juga must go on. Apalagi arsitektur bangunan di Pesantren Mansya’ul Huda benar-benar unik dan antik. Seperti bangunan lama... Kalau kata teman narsisku, ”Nih kayak di makan siapa gitu ya...” Padahal, itu pintu masjid. Nah, di ending perjalanan ini ternyata banyak juga yang sudah tertular virus narsis...

Lalu, sampailah aku pada momen gongnya. Mampir ke Semarang. Ketemu ibu blogger yang ternyata aslinya lebih cantik dan muda. Kalau tidak percaya, silakan datang ke Semarang. Aku datang diantar para brownis alias brondong manis dari Mranggen. Secara mereka kuliah di Semarang jadi aku yakin tidak bakal nyasar sampai ke rumah Bune. Di pesantren saja bisa narsis, apalagi waktu ketemu ibu blogger yang satu ini. Biar saja Bune terheran-heran dan berkali-kali bilang amit-amit jabang bayi hehe. Selagi batre tidak ngedrop dan ada setting yang bisa dipakai, proyek narsis tetap lanjuuut.


Di Semarang ini aku banyak berhutang nih sama Bune. Hutang belum banyak ngobrol sama Salma yang kata teman narsisku, ”Wajahnya ningrat banget ya,” dan tentu menyamakan wajah ningratku dengan berfoto-foto hihi. Hutang belum ke martabak es. Hutang belum ke lawang sewu. Hutang belum melekan begadang sambil ngrumpi... Semoga lain waktu dan kesempatan, Allah memudahkan aku untuk melunasi hutang-hutang itu. Jadi, nggak saknyuan lagi ya. Terima kasih Bune sudah mau takentek-entekke, sudah mau nganterin, sudah mau meluangkan waktu, sudah mau melayani kenarsisan, njepret-njepret secara aku dan teman narsisku itu memang tidak modal kamera hehe... wis pokoe semua-muanya...terima kasih.
Continue reading...

20 February, 2008

1 comments 2/20/2008 12:54:00 PM

The Friendship Link

Posted by isma - Filed under
Pertama dapat The Friendship Link dari Mbu Azka. Makasih ya, Mbu'. Dengan link ini semoga pertemanan kita terjaga selalu.

Dear Friends and co-bloggers lets play-game-tag to tag- “pass it to the front”
Heres the Rules :
* First copy and paste it.
* Do not remove any content.
* Just add One word related to your blogs.
* If you don’t like the concept Pls! say no?
* Our main goal is we are going to circulate our number of friends.
* The more people join the “pass it to the front” the more links we generate.
* Lastly write only one word “short” for your blogs…
* Keep it simple and short,i know some of you have more than one blogs.
* The color is only black,gray, or white plssss avoid using any color okies.

Let me show you :1.-Filipina,2.-Stories,3.-Abroad,
4.-Husband,5.Gagiers, 6. Life 7. Everything, 8. Offer, 9. Moments,
10. Journey, 11. Simple 12. ABaLe 13. Isma 14. Type your link here.

Yang kedua dapat gift, link persahabatan juga dengan silsilah yang berbeda..., dari Bune, Nihayah, Bunda Najwa... Makasih. Berteman selalu deh pokoknya!


Anger is only one letter short of dangerIf someone betrays you once, it is his fault;If he betrays you twice, it is your fault. Great minds discuss ideas;Average minds discuss events;Small minds discuss people.He, who loses money, loses much; He, who loses a friend, loses much more; He, who loses faith, loses all. Beautiful young people are accidents of nature,But beautiful old people are works of art. Learn from the mistakes of othersYou can’t live long enough to make them all yourself. Friends, you and me…You brought another friend…And then there were 3…We started our group…Our circle of friends…And like that circle…There is no beginning or end…Yesterday is history.Tomorrow is mystery.Today is a gift. So now, let’s see how many circle’s of friends we can makeby simply adding your link on this Friendship Meme!

1. Catsy Carpe Diem2. Catsy Download3. Out of the Blue4. A Day to Savor and Relish5. A Piece of Idea.6. Write Shy7. Stupid Wise8. Online Memorylane9. See Me For What You Will10. Michelle’s Small World11. Chez Francine12. Cronaca.13. Le bric à bric de Cherie14. Life15. Hanna16. Angriani17. Farah18. Anoushka19. Noushy Syah20. Eagle21. Dasir.22. Shirei.23. Abibakar24. Novee25. Kopi Susu26. IndahOke27. Mygreatesthappiness28. Eling-nduk29. Ninda 30. Bunda Najwa 31. Isma 32. Type your link here.

Dan, The Friendship Link ini aku dedikasikan untuk semua link di Topibundar. I love u all. Ummmmuah!
Continue reading...

18 February, 2008

18 comments 2/18/2008 03:41:00 PM

“Percayakan Shinfa sama Ayah ya…”

Posted by isma - Filed under ,
Hampir setengah bulan aku absen menulis blog. Berarti aku telah melewatkan banyak momen tanpa sempat aku catatkan di sini. Entah tentang Shinfa, tentang temuan-temuan kecil dalam hidup, atau apa sajalah, termasuk tentang our fourth anniversary! Kangen juga ternyata. Mungkin karena sudah terbiasa. Tapi, berhubung aku nggak lagi bisa mencuri waktu, jadilah absen dulu sejenak.

Minggu lalu aku berkesempatan jalan-jalan di pelosokan Demak. Masih dekat-dekat Semarang sebenarnya, hanya 30-an menit perjalanan. Yang kemudian membawaku ketemuan sama Bune... (sesok giliranku yang bercerita bune! hehe). Kalau dihitung-hitung ini pengalaman pertamaku ninggalin Shinfa, setelah sekian bulan tidak keluar-keluar. Syukurnya, Shinfa sudah biasa ber-dada ke ibunya alias sudah tidak klayu lagi. Tapi, biarpun begitu, aku nggak bilang akan pergi beberapa hari. Soalnya bisa bener-bener klayu dia. Shinfa cuma sempat bertanya malam harinya sama ayah, “Ibu mana?” Trus dijawab, “Ibu kerja.” Sudah, dan Shinfa tidak lagi bertanya-tanya.

Kata Uti, selama tidak ada aku, Shinfa bisa mandiri. Tiap pagi dia bangun sendiri, turun dari tempat tidur, dan langsung ke dapur atau ke kamar Mbak atau Buleknya. “Nek ono Ibune dadi manja,” gitu kata Uti. Yah, aku sih maklum. Apalagi kemarin sepulangku dari Demak, Shinfa seperti nggak mau lepas dari aku. Dweeh, kangen pastinya.

Pinternya lagi, Shinfa sudah mau ngomong banyak lewat telpon. Tidak seperti ketika aku keluar kota beberapa bulan yang lalu. Tiap aku telpon dan mendengar suaraku, dia bakal nangis. Tapi kemarin, dia mau bilang, “Ibu lagi ngapain?” atau “Dik Abit kangen…” Atau kalau aku bilang, “Ummmuah!” Dia juga niruin bilang, “Ummmuah!” Lucuuu deh!

Yah, tentu saja semua itu membuat aku seneng, bangga, sekaligus bersemangat. Lihat saja, ayah, Shinfa, juga keluarga besar di Jogja begitu mendukung aku. Mereka memberi aku kesempatan untuk juga melakukan sesuatu yang lain. Berbagi ilmu dan pengalaman untuk teman-teman kecil di pelosok pesantren. Meskipun, bagi beberapa orang, terlihat aneh dan ngoyo karena aku harus meninggalkan suami dan anak.

“Mbak, kalo Mbak pergi kayak gini apa nggak dapat komplen dari suami?” seorang mas ketua organisasi pemuda di Mranggen bertanya ke aku.
“Alhamdulillah nggak. Dia selalu kasih support malah,” jawabku bangga. Detik itu aku jadi teringat semua-mua tentang ayah… Si mas itu tersenyum sambil mengangguk-angguk. Aku nggak tahu apakah dia ikut sependapat dengan suamiku, atau malah punya pilihan, pokoknya besok istriku harus selalu ada di rumah hehe. Yang jelas, aku balas tersenyum.

Tapi, yang bertanya soal “aku meninggalkan suami-anak” ternyata tidak cuma si mas panitia itu. Ketika aku mampir ke tempat teman lamaku, aku kembali ditanya oleh temenku itu, juga oleh abah-ibunya, “Kalo ditinggal gini, anaknya sama siapa di rumah?” Bahkan oleh salah seorang Pengasuh yang aku sowani, “Anaknya di rumah sama siapa?”
Lalu dengan senyum terkembang aku menjawab, “Anakku pinter. Dia tidak klayu kalau ditinggal ibunya. Di rumah dia bersama banyak orang. Ada ayah, Uti, Ato, Mbak Uyung, Mbak Uwik, Bulek Teti, Uyut, Pakde Gentur, Mama Watik, Papa Iim...”

Hm, nggak ada yang salah memang dengan pertanyan itu. Meskipun di telingaku jadi terdengar menjustifikasi kalau aku telah tega meninggalkan anakku di rumah. Kalau seolah-oleh ayah juga anggota keluarga besarku tidak sebaik ibunya dalam merawat anakku. Padahal, dengan kepergianku, aku mengajak Shinfa untuk tidak tergantung hanya pada ibunya. Belajarlah berdiri dengan dua kakimu, Anakku…

Mungkin seandainya yang bepergian itu ayahnya Shinfa, apakah iya dia akan mendapat pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan ke aku? Hehe, besar kemungkinan sih tidak. Karena sudah biasa bagi bapak untuk berkegiatan apa pun di luar rumah meninggalkan anak dan istri. Sudah lumrah dan wajar. Sementara ibu atau perempuan, ke mana pun ia berkegiatan, kakinya harus selalu berpijak di dalam rumah. Dia boleh berkegiatan apa pun asalkan tetap mengontrol apakah anaknya sudah makan atau belum. Apakah anaknya sudah mengerjakan PR atau belum. Dan, inilah stereotype buat perempuan!

Alhamdulillah aku dipertemukan dengan ayah. Semua kesempatan, peran, dan pekerjaan rumah tangga termasuk yang berkaitan dengan Shinfa, selalu bisa kami bagi dan kompromikan. Jika memang aku harus keluar rumah, bahkan dalam beberapa hari, maka ayah akan berkata, “Percayakan Shinfa sama Ayah ya…” Atau ketika aku pulang telat maka ayah yang memang bisa pulang lebih cepat akan dengan cekatan menyuapi atau mendiin puteri manisku itu. Siapa yang ada di rumah, maka dia bertanggung jawab penuh atas Shinfa.

Dan pada 11 Februari 2008 yang lalu, aku sms ayah,
“Yah, ingat nggak hari ini tanggal berapa dan ada apa?”
Lamaaa tidak dibalas. Lalu ada telpon, dia tertawa. “Iya ingat aku.”
“Apa coba?”
“Tanggal married kan?”
“Hehe.”
“Selamat ya…”
Maaak! Cuma itu! Dasar ayah! But… I love him.
Continue reading...

05 February, 2008

13 comments 2/05/2008 12:52:00 PM

Dari Sepanjang Jalan Adi Sucipto

Posted by isma - Filed under ,
Beberapa hari terakhir ini aku jadi sering mobiling di sepanjang jalan Adi Sucipto gara-gara diminta kerja sama dengan tempat sekolahku dulu untuk mengadakan suatu acara. Berangkat dari rumah aku langsung menuju Institute Tikungan Sapen itu. Siang hari barulah aku melanjutkan perjalanan ke kantor yang jaraknya memang terbilang tidak dekat. Alhasil menyisakan kantuk, gerah, pening, dan capek. Dan, bisa dipastikan sisa waktu itu benar-benar tidak efektif untuk mikir “dolanan lain” yang masih ngawe-ngawe.

Tapi, paling tidak aku jadi merasa kalau perjalanan dari rumah menuju kantor yang selama ini aku jalani ternyata cukup nyaman dan enak. Apa sebab? Karena jalur yang aku ambil biasanya lewat ringroad yang relatif sepi dan nggak bising. Malah kalau berangkat jam 09.00, serasa jadi yang punya jalan deh. Hehe. Melenggang sendirian, atau paling tidak balapan sama dua tiga pengguna motor yang lain. Sangat berbeda dengan jalur Jalan Godean sampai Jalan Adi Sucipto yang rameeeeenya minta ampuuuun.

Dan, alhamdulillah hari ini soal konsep-mengonsep bareng Demung dari Sanggar Nuun sudah kelar. Bisa bernapas lega… untuk sementara. Dan, kalau kemarin sempat nyebelah ke Amplaz, hari ini aku nyebelah ke Gedung Mandala Bhakti Wanitatama yang lagi ada pameran buku IKAPI. Buat teman-teman yang di Jogja, sudah pada book shopping belum? Acaranya digelar sampai tanggal 10 Februari 2008. Jangan sampai ketinggalan yak…


Ini tema pamerannya...
Tak Baca Apa Kata Dunia.

Pas jalan-jalan, eh ketemu sama Zaki,
dulu pernah meneledorkan oleh-oleh sandal Hawai
dari Ninik. Hihi. Masih ingat nggak?
Ah, nggak penting.

Jadilah aku sama Zaki mborong buku katalog
naskah-naskah lama untuk penelitian.
Murmer boo' harganya.
Ada yang 10rb, 20rb, paling mahal 25rb.

Nah, kalo ini jejeran novel Matapena.
Novelku juga ada tuh hihi...
Standnya jadi satu sama LKiS,
di Gedung Mandalabakti Wanitatama.

Ini stand LKiS yang aku maksud.

Seperti biasa, halaman depan buat pujasera.
Tapi, aku belum sempat mampir.
Habis Zaki takut ditakzir...

Setelah blonjo buku, mencoba peruntungan.
Setiap 25rb dapat satu kupon.
Siapa tahu dapat smash. Dan, peraturannya,
akan kita jual dulu terus uangnya dibagi dua. Hore!
Trus, katanya hari-hari ini Zaki lagi hoki.
Semoga deh, aku ikut berdoa. Amiin

Ah, kalo yang ini sih oleh-oleh dari Amplaz...
aku suka banget sama roti yang satu ini...
yummmmmmy.


Sekian deh laporan jalan-jalannya. Mohon maaf buat teman-teman kalau aku belum sempat jalan-jalan di dunia maya... Untuk beberapa hari ke depan, absen dulu ya. Mohon doa restu, semoga semua berjalan dengan baik dan sukses. Amiiin.
Continue reading...

01 February, 2008

8 comments 2/01/2008 07:01:00 AM

2008 Friendship Contract

Posted by isma - Filed under
Awal tahun, ada friendship contract yang mesti aku tandatangani, dari Mama Nayla dan Mbak Lina. Persis pada tanggal satu, tanggal gajian... Biar serasa menandatangani kontrak bernilai milyaran yak. Eh, tapi buat aku friendship contract justru lebih bernilai dari milyaran apa pun. Karena, dalam kontrak ini ada doa dan cinta... Terima kasih...


And here's the contract!
After serious and cautious consideration...your contract of friendship has been renewed for the New Year 2008! It was a very hard decision to make. So try not to screw it up!!!

My Wish for You in 2008:
May peace break into your house and may thieves come to steal your debts. May the pockets of your jeans become a magnet of $100 bills. May love stick to your face like Vaseline and may laughter assault your lips! May your clothes smell of success like smoking tires! May happiness slap you across the face and may your tears be that of joy. May the problems you had forget your home address! In simple words ...May 2008 be the best year of your life!


Dan, untuk menebar doa dan cinta,
aku kirimkan friendship contract ini ke alamat:
Bune Salma, Mama Farell, Mama Rayga, Mama Arya, Ibu Akbar,
Umi Rayhan, Bune Anak Lanang, Anna...
semaikanlah doa dan cinta ini untuk semua... ;)
Continue reading...