.jpg)
Sampai, pada tanggl 22-23 kemarin, ketika ada undangan untuk mengikuti acara Halaqah Kebudayaan Pesantren di Tebuireng, aku berkesempatan melepas kangen ke Tambakberas bareng sama Uus, anak Bumiayu yang juga peserta halaqah dan ternyata alumni Al-Fathimiyyah tahun 2002.
Sore usai pembukaan halaqah, aku dan Uus ngangkot menuju Tambakberas. Aroma khas sungai yang manis karena limbah pabrik gula, mengiringi perjalanan kami. Di dalam angkutan aku mendengar perbincangan khas Jombang yang keras dan lantang. Aku jadi tersenyum, teringat logat bicaraku yang kurang lebih seperti itu. Sebelum kemudian berganti menjadi logat Jogja yang ndono-ndene.
Sampai di pasar, kami ganti angkot warna hijau yang ternyata ngetemnya lumayan lama. Aku sempat mengeluh, karena waktu kami tak banyak. Jika berlama-lama, bisa ketabrak waktu maghrib, dan kami tidak tahu harus naik angkutan apa untuk kembali ke Tebuireng. Perlahan angkot kedua yang kami tumpangi pun berjalan, sesekali berhenti untuk menaik-turunkan penumpang. Aku benar-benar menikmati perjalanan sore itu. Perjalanan menuju lepas kangen yang terpendam bertahun-tahun.
.jpg)
Di depan pintu gerbang Bahrul Ulum, kami turun. Berasa seperti santri yang akan kembali ke pondok. Secara aku dan Uus memakai bawahan rok selain jilbab tentunya, kostum khas pasa santri. Melangkah di jalanan Bahrul Ulum, pandanganku langsung tertuju pada gedung sekolah Tsanawiyah. MTs Bahrul Ulum. Tiga tahun aku belajar di sana. Sekarang sudah berganti menjadi MTs Plus Bahrul Ulum. Sayang, sudah sore. Tidak bisa sekadar mampir dan menampakkan perubahan wajahku. Isma yang imut sekarang sudah ibu-ibu.
.jpg)
Perubahan kedua, sisi kanan kiri jalan sekarang tak ada lagi jeda tanah. Penuh oleh toko kebutuhan sehari-hari. “Ini kan warung puteri solo itu ya?” aku mengingat-ingat. “Iya, Mbak.” “Ah, tapi masak sih...,” aku masih ragu. Ahh, kalau saja tidak kepancal sore, ingin sekali aku mencicipi rujak cingur puteri solo yang legit pedas. Kami menjuluki penjualnya dengan puteri solo karena memang gerak-geriknya yang lemah gemulai.
.jpg)
Melewati warung Mbak Sus, mataku tertuju pada kantor KAMTIB alias keamanan dan ketertiban dan KPM BU (Kelarga Pelajar Madrasah Bahrul Ulum). Kalau KABTIB, aku nyaris tidak ada kenangan.
.jpg)
.jpg)
Ini gedung MI. Aku tak ada kenangan dengan gedung ini selain sebagai gedung tempat lomba-lomba ketika jelang Haflah pesantren, nonton film Rabiah al-Adawiyah, dan tempat aku praktik ngajar di akhir sekolahku di Muallimat. Eh, ada lagi. Aku teringat Titin, adikku dari Jember yang tidak tahu bagaimana rimbanya sekarang. Dia sekolah di gedung itu, dan biasanya kita akan berpapasan pas jam istirahat. Miss u, Diiiik...
Dan, sampailah aku dan Uus di pintu gerbang Al-Fathimiyyah. Di pintu gerbang ini aku dulu biasa menerima wesel dan paket dari rumah. Gerbang ini jadi pintu utama mobilitas santri, masuk dan keluar pesantren. Gerbang ini juga sempat aku tuliskan di Jerawat Santri, sebagai tempat menunggu teman-teman Una sebelum berkegiatan Posyandu di kampung penduduk.
.jpg)
Memasuki AL-Fathimiyyah, tujuan pertama kami sebenarnya sowan Bu Salma. Tapi, pengasuh kami itu sedang tidak ada di tempat. Aku pun mengajak Uus untuk mampir ke kamar Al-Jamilah 4. Kamar yang kutempati selama hampir 7 tahun di pesantren. Dan, sampai 2008 pun ternyata tak ada perubahan yang berarti. Selain pergantian para penghuninya. “Bisa ketemu ketua kamar?” Ini kalimat pertama yang kutanyakan. Aku bingung mau ketemu siapa. Secara aku sudah tidak lagi punya kenalan ataupun saudara.
.jpg)
“Mbak siapa?”
“Mmm... alumni. Ada yang dari Pekalongan?” tanyaku kemudian.
Dan, mereka pun tergopoh-gopoh menggelar selimut untuk aku duduk. Dengan wajah sumringah mereka duduk melingkar. “Ini adiknya Mbak Umi Hanik, Anis,” salah seorang dari mereka memperkenalkan temannya. “Ini Anis? Dulu masih dua tahun lho. Walah-walah... wis gede,” aku terkaget-kaget. “Kalau ini adiknya Mbak Ulum, Eva.” Kembali aku membelalak. “Kalau ini adiknya Uqi, ponakannya Mbak Zum... ini juga...”
.jpg)
To be continued
6 comments:
lagi mengenang masa lalu toh jeng, semoga bisa terobati ya ....
asyiknya yg lagi nostalgia ..
Baca postingan di atas jadi ikut terkenang PP Bahrul Ulum. Kita tunggu lanjutannya lho jeng...
halah jeng..indahnya hidupmu..jalan2 mulu..hehehe
aduh is... beruntungnya diriku masih ada yang mengenal di El-fath walaupun cuman dua orang hehhehe. Tempat yang selalu aku coba kunjungi kalau lagi di El-Fath adalah Jeding dan warung Yu Nur plus kantor IPM. Jadi terharu banget. Masih ingatkah dirimu dengan mimpimu saat itu untuk duduk di kursi putar?? Or masih ingatkah dirimu ketika kita main drama waktu jumpa fans IDE dengan Noqilah, Eting, Mbak Ima Maryono?? hehehe
Mbak, dari sini yaa awal mula ide *Ja' Jutek* itu yaA?? :D
btw asyik yaa Mbak, kembali ke masa lalu *mengenangnya* jalan ke kamar dan tempat2 indah yg dilewati slama 7thn, mana tempatnya dan juga letak barang2nya msih sama pula... waahh pasti keinget teman2 dan segala kegiatan wktu itu ya? *sok tau[.]com* :D
Post a Comment