Shinfa, Si Penjelajah!

Tambah gede Shinfa tambah banyak jelajahnya. Kemarin, Shinfa sudah berani main ke rumah Urel, anak tetangga yang berumur 4 tahun itu tanpa aku. Sebelumnya mereka berdua asyik main buku dan boneka. Aku tinggal sebentar ke dalam, tahu-tahu dua anak itu dah nggak ada di ruang tamu.
“Adik mau main tempat Mbak Urel ya?” aku berteriak karena Shinfa sudah ada di jalan cor-coran. Sementara Urel naik sepeda kecil.
“Iya.”
“Ya udah. Hati-hati ya.”

Tapi, tetep saja aku masih mengawasi Shinfa dari kejauhan, sampai benar-benar mendekati rumah Urel. Melihat Shinfa melenggang sambil memeluk boneka beruang, duuuh rasane bungaaah banget. Anakku wis gede ya ternyata. Tuh, dah berani dolan, sama anak TK lagi.

Selain itu, seperti anak kecil pada umumnya, sedikit saja melihat sesuatu yang asing, langsung saja Shinfa beranjak mendekat. Padahal belum tentu sesuatu itu aman untuk dibuat mainan. Atau suka tidak mau kalah kalau melihat orang lain sedang mengerjakan sesuatu. Pasti deh mau ikutan.




Nah, salah satu kegiatan yang akhir-akhir ini lagi digemari oleh Shinfa adalah main ke blumbang alias kolam air. Gara-gara sering merhatiin buleknya kalau libur, suka nyirami tanaman pakai air blumbang yang diciduk di dalam ember kecil. Biasanya pagi hari, pukul 07.00 atau sore hari pukul 16.00.

Bagus juga sih, Shinfa jadi tahu kalau tanaman juga butuh minum dan dirawat. Cuma, Shinfa jadi keterusan deh main di blumbangnya. Malah kemarin pernah pas lengah, aku nyari-nyari Shinfa sambil teriak-teriak memanggil namanya. Eh tiba-tiba dia nyahut dari arah blumbang di samping rumah, “Ceeeek. Dik Abit mau silam tanaman.” Dua tangannya memegang cetakan es di kulkas yang sudah penuh air.

Waduh! Jelas dong aku kaget. Shinfa kok bisa nyiduk air blumbang, berani lagi.
“Adik, kalau mau main di blumbang nggak boleh sendirian ya! Soalnya adik masih kecil. Kalau jatuh, ntar bisa tenggelam, nggak ada yang nolong,” aku mewanti-wanti.
“Ya,” jawab Shinfa sok ngerti.
“Bener lho ya. Besok kalau nggak ada ayah, ibu, atau bulek, adik jangan ke blumbang. Bahaya!”
“Ya.”

Tapi, ternyata kejadian serupa terulang lagi. Pas aku di kantor. Waktu itu ayah manggil-manggil Shinfa, eh nggak tahunya dia dah berdiri di dekat blumbang. Waduh, ternyata “ya”-nya Shinfa cuma jawaban aja nih. Dan, ini jelas membuat aku dan ayah khawatir.

Akhirnya, ayah berinisiatif memasang pagar keliling blumbang. Sama kayak pas ayah bikin pagar untuk longkangan *bagian rumah yang ada di bawah* waktu Shinfa berumur 1 th 6 bln. Gara-gara Shinfa yang sudah lancar berjalan, suka melongok ke bawah longkangan. Takutnya kan dia jatuh kejrungup, ke bawah.

Dan, minggu kemarin demi menjaga Shinfa, blumbang yang di samping rumah pun sudah dipagari. Dibikin dari bambu dan kayu batangan sebagai penancap. Shinfa juga sudah aku wanti-wanti banget, kalau main di blumbang itu berbahaya karena blumbangnya dalam. Jadi harus ada temannya. Yah, namanya anak kecil, semua-mua pinginnya dijelajahi, sampai pada hal yang bisa bikin bahaya. Sementara kalau dilarang-larang, kan bisa membunuh kreativitas. Jadi, ya pinter-pinternya orang tua dan orang dewasa lainnya deh menarik-ulur, tentu berwaspada untuk menjaga dan melindungi.

hihi, ini pagar bambu longkangan.
shinfa pas masih culun xixixi,
hampir 2th gitu deh. keliatan pesek nan!