sudah berapa tahun tinggal di belanda? sudah lihat menara eifel belum? atau lihat gunung alphen? atau naik gondola? kalau aku mendapat pertanyaan-pertanyaan itu, sekarang sudah bisa jawab, tentu sudah dong, sambil kedip-kedip mata senang.
bulan oktober 2018, kami berlima ditambah ade jaya sekeluarga menjelajah kota paris di perancis, kota bern, interlaken, dan basel di swiss, dilanjut ke venice, italy. melakukan perjalanan selama enam hari, berangkat hari sabtu, 20 oktober, dan kembali ke leiden hari jumat, 26 oktober. kami berangkat dari amsterdam menggunakan bis euroline menuju paris. menginap semalam, esok malamnya lanjut ke bern dengan flix bus. menginap semalam di bern, esok harinya naik kereta ke interlaken, lalu menginap di basel. dari kota ini kami naik pesawat menuju venice dan esok malamnya kembali ke amsterdam dengan pesawat.
capek? sudah tentu. apalagi bawa pasukan krucil-krucil. terutama di stasiun metro paris dan jembatan kanal di venice yang banyak tangga naik turun. untung bawaan kami sesuai dengan kapasitas tenaga pembawanya. ayah pegang koper dan ransel, aku bawa stroller dan ransel, sementara kakak bawa ransel dokumen sambil bantu angkat stroller pas naik turun tangga. soal bawaan dan kapasitas orang yang bawa ini penting diperhatikan, biar tidak keteteran.
meskipun ini trip kedua, setelah trip ke budapest dan vienna, tetap saja ada banyak kejutan-kejutan dan penyesuaian-penyesuaian. misalnya, pertama, soal bawaan. membawa koper ternyata lebih enak daripada tas jinjing, dan koper kecilku ternyata ukurannya aman untuk dibawa ke kabin. cuma karena banyak space, bawa bajunya kelebihan. sehingga sampai rumah, ada baju-baju kakak yang belum sempat dipakai. besok lagi, sebenarnya satu stel itu bisa kok dipakai untuk dua hari :P
kedua, stroller yang kami bawa perlu dilaporkan ke counter check in untuk mendapatkan label. pelajaran ini aku dapatkan ketika travelling ke budapest dan vienna. cuma bedanya, waktu check in residence permit ternyata tidak cukup sebagai kartu identitas yang aku tunjukkan. tapi harus dengan passport. untunglah dibawa kedua-duanya.
ketiga, ketika booking penginapan, aku tidak sempat memastikan jam check in juga fasilitas. alhasil, jadi terkejut ketika tahu kalau hotel di paris baru membuka check in pukul 16.00 sore, demikian juga penginapan di bern. untuk fasilitas dapur, hanya penginapan di venice yang tidak menyediakan, padahal aku sudah kadung beli telur dan ayam :D untungnya ada mini rice cooker yang dibawa dari leiden, jadi bisa dimasak ala-ala slow cooking.
keempat, untuk itinerary di swiss, aku merekomendasikan supaya cari penginapan di area yang memang ingin dieksplorasi. untuk eksplorasi pegunungan dan danau, kita bisa cari penginapan di interlaken atau grindwald. harga penginapan di swiss tidak semuanya mahal. malah pengalaman kami, lebih mahalan harga penginapan di paris. penginapan selevel hostel juga ada di interlaken. misalnya naik bis, bisa turun di bern. dari bern lanjut naik kereta ke interlaken ost. dari sini kita bisa eksplorasi pegunungan dengan hiking pakai kereta, sampai ke puncak paling tinggi.
selain itu, penginapan di swiss, biasanya memberikan voucher entah untuk tiket gratis trasportasi atau diskon. waktu itu karena kami menginap di bern, jadi voucher transport gratisnya cuma berlaku di wilayah bern. padahal kalau voucher yang kita dapat bisa dipakai di area interlaken, lumayan sekali. karena harga furnicular, lumayan mahal. tiket dewasa untuk naik furnicular atau kereta miring ke harder kulm harganya 30 euro :D
kemarin kami kurang tepat dalam memilih tempat menginap. sehingga waktu eksplorasi di interlaken juga sangat terbatas. kami cuma sempat naik ke harder kulm, melihat puncak alphen dari kejauhan. padahal kalau kami bisa tiba di interlaken lebih awal, kami bisa naik ke schynige platte pakai kereta dan berkeliling melihat panorama puncak alphen dari dekat. soalnya tiket kereta dari bern ke interlaken ost lumayan mahal. satu tiket dewasa harganya 60 euro. tapi, harga itu terbayar dengan melihat pemandangan sepanjang perjalanan yang indah luar biasa. buatku, eropanya swiss itu berbeda, dan sekali kunjungan rasanya tidak cukup.
kelima, menurutku bertanya ke orang itu lebih cepat dan efisien daripada mengandalkan google map haha. ini pengalaman waktu di venice. apalagi areanya memang membingungkan. jalannya berupa lorong-lorong dan jembatan kanal yang mirip-mirip. nama jalannya juga tidak tertulis dengan jelas. waktu itu kami mau keluar dari lorong-lorong itu untuk ke terminal bis menuju bandara. waktunya mepet. dengan bertanya kepada orang berpenampakan local, kami akhirnya bisa sampai di bandara ngepas waktu.
di paris kami berkunjung ke tempat-tempat tujuan turis yang berupa monument dan gedung-gedung. bantuan guide dari temenku, mas yudi, sangat memudahkan sehingga kami bisa berkeliling ke banyak tempat tanpa tersesat. di bern kami sempat naik ke gurten, melihat kota bern dari puncak gunung. kami naik furnicular. selebihnya, eksplorasi kota dan bangunan. sementara di basel, hanya sempat berfoto di kota tua, lalu segera ke bandara. di venice, mata kami dimanjakan oleh kecantikan kota tua yang dikelilingi air biru. venice memang antik dan menawan.
2 comments:
Foto2nya cakep banget, suka sama foto keluarga yang sedang di Alpen.
___dey
makasih mbak dey, foto cantik setelah berjuang naik gunung hihihi
Post a Comment