14 September, 2015

15 comments 9/14/2015 10:14:00 AM

Yeay! Senangnya Lulus LPDP!

Posted by isma - Filed under ,
Yeay, akhirnya saya lulus seleksi beasiswa LPDP!
Yeay, akhirnya saya jadi akan sekolah lagi!


Seharian itu saya seperti perempuan hamil 9 bulan yang tengah menunggu kelahiran buah hati. Gelisah dan harap-harap cemas. Saya sedang menunggu hasil ujian seleksi beasiswa yang saya ikuti. Saya juga jadi salah tingkah. Galau. Antara apakah nanti akan meluapkan kebahagiaan atau malah tragis, menangis di pojokan tenggelam dalam kesedihan. Karena ketidakjelasan itu, seluruh badan saya juga ikutan nggregesi nggak karu-karuan. Mungkin kalau dilakukan perbandingan raut muka, hari itu, 10 September 2015, adalah hari dengan raut muka saya yang paling jelek sepanjang tahun 2015. Namun, suasana segera berubah. Begitu saya membaca tulisan LULUS pada halaman akun LPDP saya, raut muka saya seketika sumringah berbinar-binar. Yeaaay, saya lulus! Yes yes. Eh tapi ini serius ya? Masih juga nggak percaya. Hehe. Yes. Saya lulus! Yeaay, saya lulus!

Nggak cuma saya, siapa pun pasti akan bahagia kalau usahanya berhasil. Saya sebenarnya sudah tiga kali kirim aplikasi untuk PhD fellowship ke Jerman, dan gagal semua. Itu niatnya masih setengah-setengah. Dan baru tahun ini saya berniat bulat untuk sekolah lagi. Artinya, saya sengaja mengirim email ke professor-professor di beberapa kampus, melamar untuk jadi mahasiswa bimbingan mereka. Motivasi terkuatnya sih karena faktor usia. Kalau nggak segera, keburu tua. Tapi ngapain sih sekolah lagi, hobi banget kayaknya. Hehe. Alasannya sederhana saja. Saya ingin menyelesaikan semua jenjang pendidikan pada umumnya, dari TK sampai S3. Biar pengalamannya komplit. Apalagi ada peluang pembiayaan yang gratis, kenapa tidak. Untuk alasan lainnya, yang lebih idealis *uhuk* saya tidak muluk-muluk, dan biasanya akan mengikuti. 


menunggu pemeriksaan keaslian dokumen LPDP
Lalu kenapa pilih sekolah ke luar negeri? Untuk pertanyaan ini saya bisa bertanya balik, kalau bisa ke luar negeri, kenapa tidak? Sekolah di luar negeri itu menyenangkan. Tidak hanya karena saya bisa shopping mata kuliah sesuai dengan bidang dan minat, tapi banyak hal baik lainnya yang saya temukan. Hubungan yang egaliter dengan para professor, dan mereka sangat baik, apresiatif, dan mau membantu. Saya juga bisa sekalian memupuk rasa percaya diri dengan penguasaan bahasa Inggris, dan dapat mengenal serta bekerja sama dengan teman-teman yang lebih beragam di lingkup international. Kesempatan untuk mengikuti program-program internasional juga banyak terbuka, dan ini secara tidak langsung memfasilitasi saya untuk bisa menjelajah dunia. Jalan-jalan. Apalagi jenjang sekolah PhD yang sampai empat tahun, jadi saya ada kesempatan untuk mengajak serta ayah, kak abiq, dan dik atha untuk punya pengalaman tinggal di luar Indonesia.

Pernah mengenyam pendidikan di Negara berbahasa Inggris dan mengikuti banyak program internasional itu ternyata bisa menambah posisi tawar kita, terutama ketika mau melamar untuk study S3. Memang sih tidak serta merta semua professor pada klepek-klepek begitu menerima email saya hehe. Saya berkirim email ke 10 professor di Eropa dan Australia. Dua professor menjawab kalau topik penelitian saya tidak sesuai dengan bidang mereka. Dua professor menjawab tidak sedang menerima mahasiswa untuk supervisi. Empat professor tidak membalas email. Dan dua professor, dari Melbourne dan Leiden, sudah menyelamatkan saya dari nasib tragis hehe. Mereka meresponse dengan kesediaan menjadi supervisor. Professor dari Melbourne malah membantu saya dengan menulis surat rekomendasi untuk beasiswa AAS

Letter of Acceptance

Lalu kenapa pilihan saya jatuh ke jawaban positif dari Leiden? Alasannya juga sederhana, mana-mana yang tersaji di hadapan saya, itulah yang saya ambil. Dan ndilalah proses di Leiden itu lebih mulus dan lancar. Leiden tidak mensyaratkan skor bahasa untuk pendaftaran, berbeda dengan di Melbourne. Ini memudahkan saya yang belum juga mengikuti ujian IELTS. Seleksi bahasa di Leiden dilakukan oleh professor. Dan di sinilah pengalaman internasional saya sangat berguna. Selain alumni dari Hawaii, saya dua kali pernah presentasi paper di workshop yang diadakan KITLV, sebuah pusat studi di Leiden University. Mungkin karena pertimbangan itu, setelah membaca proposal dan CV, sang professor langsung menyatakan kesediaan menjadi supervisor, tanpa permintaan interview skype, atau bertanya-tanya tentang skor bahasa, bahkan ia sendiri yang mencarikan saya professor lain sebagai partner pembimbing. Sedangkan di Melbourne, saya harus cari lagi sendiri dan belum juga mendapatkan response. Jadi proses di Leiden bener-benar keberuntungan buat saya!

Setelah mendapatkan statement kesediaan supervisi dari professor, dibimbing oleh officer beasiswa LPDP dan Kemenag-Dikti di Leiden, saya mengurus administrasi ke universitas untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA). Dokumen yang saya kirim antara lain formulir yang sudah diisi, copy ijazah, transkrip, 2 surat rekomendasi, summary proposal riset, copy passport, dan copy master paper. Saya juga diminta menulis surat bahwa saya akan mendaftar beasiswa LPDP dan untuk itu membutuhkan LoA. Untuk ijazah, mereka minta yang dilegalisir oleh universitas penerbit. Jadi saya minta langsung ke kampus Hawaii untuk legalisir ijazah dan mengirimkannya ke Leiden. Semua dokumen saya kirim dalam bentuk file lewat email untuk mempercepat proses, dan juga dalam bentuk hard copy lewat EMS. Proses menunggu kurang lebih satu bulan dan saya mendapatkan LoA yang dikirim lewat email dan dikirim lewat pos Netherland ke alamat rumah. Sampai di sini rasanya plong. Yeaaay, saya sudah mendapatkan LoA.

Yeay! saya lulus!

Tugas selanjutnya adalah mendapatkan pembiayaan untuk studi saya melalui jalur LPDP. Posisi saya relative aman karena sudah mendapatkan LoA. Sesuatu yang sebelumnya tak bisa saya bayangkan, bagaimana cara mendapatkannya, dan akhirnya dimudahkan oleh Allah. Dengan LoA ini, secara otomatis menggugurkan syarat skor bahasa minimal 6,5 untuk IELTS dan 550 untuk TOEFL. Yeaaay! Saya senang bukan main. Tapi namanya diseleksi, meskipun banyak teman mendoakan kelulusan saya, apalagi sudah mendapatkan LoA, tetap saja rasanya harap-harap cemas. Takut tidak ketrima dan harus mengulang mendaftar lagi.  Saya minta doa kepada simak, ibu, ayah, juga pengasuh di pesantren. Saya selalu berkirim fatihah kepada para officer LPDP, penguji, interviewer, supaya mereka jatuh cinta pada saya, juga untuk berkas aplikasi saya supaya terlihat seksi dan menarik. Jadi, kalau selama ini ada yang membantah kiriman fatihah untuk orang meninggal tidak akan sampai, maka kalau dikirim orang yang masih hidup tentu kebalikannya, akan sampai hehe.

Yes, dan Allah memudahkan jalan saya. Alhamdulillah …

15 comments:

bundanya i-an said...

mba'e.... ikut seneng... selamat...dan tetep semangat ya...

FaniaSurya said...

Waah.... seneng dengernya mb... saya dah lama niat pengen ambil beasiswa lpdp. Tapi minder ama toefl yg pas2an... haduh.. kasih tipsnya dong mb... ama si toefl inih?
Toefl mb memenuhi syaratkah?

Tetty Hermawati said...

keren bgt.. aq dftr wktu itu gagal.. huhu

Jarimenari said...

Selamat ya is. Semoga masih mau menerima editan walau sudah di negeri orang.
Selamat juga buat ayah dan anak-anak.

PutriKPM said...

Waaaa.... Senangnyaaa..... Turut berbahagia Mbak semoga dilancarkan ya :)

Lidya Fitrian said...

waaah selamat ya mbak bisa menuntut ilmu lagi. Ada benarnya juga ya mbak kirim al fathiah buat penguji. Aku praktekkan ah

Fitri3boys said...

wah heubat nih mba isma...nyesel deh gak sempat ketemuan waktu kost di Salemba dulu...

selamat ya mba...heubat euyyyyy

Afifah Mazaya said...

Selamat, mak. Jadi ikutan semangat. :D

Ayunovanti said...

Haloo mbakk..klo ada cerita seputar dapeti beasiswa biasanha sy bookmark. Ijin bookmark ya mbak,hehehe.
Ikut seneng mbakk.. Ditunggu tips2nya mbak.

Herman said...

Informasi teman yg seorang "pejabat" di kementerian Keuangan, target LPDP diberikan kepada 10rb applicants, sayangnya tahun lalu hanya 3rb saja yg layak mendapatkan. Selamat untuk Isma, you deserve to get this Scholarship.

Junita Siregar said...

Semangat Mak...... hayo jangan kalah ama Vicky Prasetyo yang lulus S3 dulu baru S1, wkwkwkkwkwkwk

Hilda Ikka said...

Alhamdulillah, jadi ikut seneng bacanya Mbak.. Selamat! ^^

Titis Ayuningsih said...

Selamat Mak, sukses selalu ^^

Ranii said...

Alhamdulillah.. selamat yah Mbak ^^
Semoga kedepannya, semakin dipermudah yaa

Unknown said...

Hebat kamu memang hebat... usaha maksimal dan do'a yg tak pernah putus akhirnya berbuah maniz.. sukses selalu Ima...