07 June, 2014

2 comments 6/07/2014 11:01:00 AM

911 Menyelamatkan Sang Puteri

Posted by isma - Filed under
Waktu itu 7 April 2014. Kami, para peserta Muslim Exchange Program baru tiba di Canberra. Saya tengah membuka laptop untuk upload foto-foto ketika saya mendengar suara panik dari arah kamar mandi. Itu suara Fina. “Piye iki, Mbak. Kok ora iso dibukak,” ucapnya. Saya dengar bunyi gagang pintu yang diputar-putar, tapi tak kunjung terbuka. Gagang pintu itu berbentuk bulat dengan tombol kunci di bagian tengah. Biasanya dengan sekali putar, kunci akan terbuka dan secara otomatis pintu bisa ditarik untuk kita keluar. Tapi, kali ini semua kebiasaan itu tidak berlaku.

Saya segera beranjak, meninggalkan laptop di meja ruang tamu. Pikir saya, barangkali bisa kalau dibuka dari luar. Saya putar, dorong, putar lagi, dorong lagi, tetap saja gagang pintu itu hanya berbunyi glutak-glutuk. “Nggak bisa, Fin,” teriak saya. “Sudah, aku telpon front desk aja ya,” lanjut saya kemudian. Saya yang di luar kamar mandi mungkin masih bisa tersenyum-senyum karena mendapati pengalaman kekunci di kamar mandi, di Ostrali lagi, di Canberra. Kalau di kos-kosan Sapen mungkin sudah biasa. Kelas lokal, bukan internasional. Tapi, ini di sebuah apartemen di negara maju bo’!

Tapi, bagi Fina jelas lain rasanya. Ia mungkin bingung dan panik. Makanya sambil menunggu petugas yang dijanjikan front desk naik ke atas, ia meminta saya memasukkan handphonenya lewat bawah pintu. “Waduh Fin, nggak muat!” teriak saya yang mungkin langsung meruntuhkan harapan Fina untuk mendapatkan teman selama menunggu. Untunglah kamar mandi apartemen Adina itu lumayan luas, jadi membantu Fina untuk bisa mendapatkan pernapasan yang baik.

Petugas yang dijanjikan pun datang. Ia adalah orang kedua yang naik ke atas, setelah si mbak resepsionis naik lebih dulu untuk memastikan kerusakannya dan sekuat tenaga membuka pintu namun tak berhasil. Kembali usaha pembukaan pintu pun dilakukan oleh seorang laki-laki tua teknisi apartemen. Saya agak tidak percaya sama bapak ini. Alih-alih berusaha membuka, ia terus mengomando Fina untuk membuka dari dalam. Seolah menganggap masalahnya bukan di gagang pintunya, tapi cara membukanya. Namun, tetap saja tidak berhasil. Sementara Fina sudah terjebak hampir 1 jam. Saya tidak tahu bagaimana posenya di dalam sana. Bete setengah mati pasti.

Lalu, ketika saya sudah kembali ke laptop untuk beberapa lama, kembali menunggu pertolongan selanjutnya, pintu kamar akhirnya diketuk. Ketika saya buka, hati saya melongo. Mereka kan gerombolan dari 911, gumam saya dalam hati. Tiga orang laki-laki kekar dan tinggi berseragam kuning menyala minta izin untuk masuk. Salah seorang membawa satu kotak peralatan, semacam peralatan bengkel. Langkah kaki mereka jika dibunyikan mungkin “prok prok prok”, merangsek masuk seperti para pangeran berkuda kuning siap menyelamatkan sang putri! Kali ini harapanku begitu besar pada mereka. Kalau urusan mendobrak pintu saja mereka tidak berhasil, mau ditaruh di mana kredibilitas 911 Canberra. Hahaha, sambil saya curi-curi foto aksi mereka.

Benar saja, tak perlu waktu lama. Salah seorang dari mereka meminta Fina untuk menjauh dari pintu. Saya yang menyaksikan ikut berdebar-debar. Apakah yang akan terjadi kemudian. Gagang pintu dibongkar menyisakan suara yang lumayan keras, dan dengan mudah pintu kamar mandi pun bisa didorong terbuka. Oooh, rasanya seperti sedang menyaksikan Superman menyelamatkan korban kebakaran, dan begitu ia berhasil, tepuk tangan riuh menggema. “Selamaaat selamaaat.” Haha, seru sekali. Selama ini hanya melihat pasukan 911 beraksi di televisi dan film-film, tapi malam itu dengan mata kepala sendiri saya melihat aksi kepahlawanan mereka mendobrak pintu kamar mandi. Apalagi ini terjadi di Ostrali, haha jarang-jarang!

2 comments:

Rani Novariany said...

ahahaha.. iyaa aneh ya! kok bisa pintu apartemen di negara se-maju ostralii bisa macet juga..
lucuu banget :D

Lidya Fitrian said...

kalau disini kira2 bisa gak ya telp 911 untuk minta pertolongan :) paling sh aku minta tolong tukang ojeg