Pelaksanaan PEMILU untuk dapil luar negeri di Australia dilaksanakan empat hari lebih awal dari jadwal pelaksanaan di Indonesia, yaitu hari Sabtu, 5 April 2014. Kami hanya memilih satu calon legislative untuk DPR pusat. Sebelumnya saya dan teman-teman sudah diminta untuk membawa form A-5 yang bisa kami peroleh dari panitia pemilihan desa. Dua orang teman cowok kebetulan tidak membawa form tersebut. “Kalau boleh milih ya syukur. Kalau tidak ya tidak apa-apa,” kata Sukron Makmun, salah seorang peserta dengan pasrah.
Malam hari sebelum pencoblosan, saya sempat bertanya dan browsing profile caleg dapil luar negeri. “Pilih teman saya saja. Saya bisa jamin kredibilitasnya,” usul Zahrul Fata, temen cowok peserta MEP yang lain. Saya sebetulnya cukup percaya dan mau mengiyakan usulannya itu, sayangnya saya tidak suka dengan partainya. Bertanya ke kawan lain yang sedang S3 di Australia, saya juga mendapatkan satu nama, laki-laki. Meskipun partainya saya oke, tetap saja saya belum sreg. Akhirnya berbekal link profil caleg, saya melakukan penelusuran sendiri untuk menentukan pilihan. Ternyata ada hasilnya juga. Waktu dua teman saya, Fina dan Tara, bertanya mau pilih siapa, dengan percaya diri saya menyebutkan nama. Saya juga menjadi juru kampanye gratis si caleg perempuan ini haha dan berhasil menggaet dua suara mereka. Ketika di TPS, kami perempuan bertiga berhasil juga menggaet satu suara Sukron untuk memilih caleg pilihan kami.
Pagi hari kami bertolak dari apartemen. Entah kenapa saya merasa seperti sedang akan pergi shalat ied untuk merayakan hari raya. *lebay*. Ditemani Alef, guide perempuan dari Turki, kami naik trem, lalu berjalan kaki menuju gedung konjen. Suasana tampak ramai. Tenda tempat pemilihan sudah dipenuhi para pencoblos. Seorang mas-mas berambut panjang menyambut kami, dan menjelaskan bagaimana mekanismenya. Semula kami diminta mengisi formulir, karena kami tidak mendaftar secara online lebih dahulu. Tapi, setelah saya menjelaskan bahwa saya sudah membawa form A-5 dari kampung, akhirnya saya dan teman-teman bisa langsung menuju ruang pemilihan.
Di dalam tenda besar terdapat 6 bilik suara. Saya masuk bilik nomor 1. Ada kurang lebih tiga petugas yang menjaga. Mereka menerima form A-5, mencatat identitas, dan memberi kami surat suara. Pencoblosan dilakukan di atas meja, dikeliling oleh kardus tebal. Antriannya tidak banyak, jadi saya bisa segera menunaikan hak saya sebagai warga negara *alah! Selesai mencoblos, kami melihat bagian lain halaman gedung konjen yang dijadikan tempat untuk pujasera makanan Indonesia. Ini benar-benar berasa di kampung deh.
Tapi, saya dan teman-teman tidak sempat untuk berputar-putar, mencicipi makanan-makanan itu. Kami sudah harus bergegas menuju Victoria market untuk membeli oleh-oleh. Aha, tapi sebelum meninggalkan gedung konjen, bagus juga untuk foto di depan sign gedung konjen. Bukti kalau saya sudah menginjakkan kaki di “tanah Indonesia” yang berada di Australia.
2 comments:
Selamat dech. Sungguh pengalaman yang menyenangkan.
Satu hal yang saya bisa tebak. Di Australia sana kayaknya nggak ada serangan fajar dong?
Lebih bersih. Indah, tanpa ada rasa curiga...
wah keren bisa nyobain nyoblos diluar :)
Post a Comment