30 July, 2013

8 comments 7/30/2013 07:33:00 AM

Ngabuburit di Nagarbhavi

Posted by isma - Filed under
sore itu, aku dan ayessa ngabuburit. kami hanya keluar ke jalan raya, mencari makanan untuk pembuka puasa sebelum benar-benar menikmati makan malam yang biasanya dijadwalkan pukul 19.30 waktu bangalore. aku dipertemukan ayessa dalam program monsoon school tentang pluralism dan development di bangalore india, dari july sampai pertengahan agustus 2013. di antara 16 peserta, hanya aku dan ayessa yang berpuasa. dan baru kali ini kami ngabuburit bersama-sama.

jalanan di depan training center tempat kami menginap selalu ramai. mobil, bajaj, bis, dan sepeda motor sering kali terlihat melaju dengan terburu-buru. membuat aku jadi was-was takut salah sasaran. aku jadi ingat salah satu tulisan blog yang bercerita tentang mumbai. kurang lebih gambarannya sama. klakson kendaraan berbunyi hampir setiap menit, dan bunyinya juga berbeda dengan suara klakson yang biasa aku dengar. kawan saya dari indonesia yang ikut program ini bilang, suaranya seperti terompet mainan, dan dibunyikan dengan irama.

suasana depot

ayessa yang malu-malu

kebab daging dan sauce

aku mengikuti langkah panjang kaki ayessa. ia seorang gadis India, tepatnya dari india bagian selatan. ia berkerudung, dan jika diperhatikan wajahnya lebih mirip gadis-gadis afganistan. "aku dulu memakai penutup kepala seperti yang kamu pakai. tapi kemudian aku memutuskan untuk pakai kerudung saja. aku lebih nyaman dengan kerudung," begitu kira-kira ia bercerita beberapa waktu lalu. seperti kebanyakan temen-temen india, ia termasuk talkative. bahkan sepanjang jalan menuju depot makanan india, ia terus saja bercerita, dan aku suka sekali mendengarkan sambil sesekali menimpali.

depot yang kami tuju bernama palate. terletak di nagharbavi circle, bangalore, dengan dinding berwarna hijau muda yang mencolok. ia menyediakan makanan india, fresh from the oven. "kita bawa pulang, atau makan di sini?" tanya ayessa. aku bilang, makan di tempat saja sambil menunggu buka, dan ayessa setuju. ia langsung memesan kebab yang seperti kebanyakan kebab di indonesia. yaitu, daging panggang yang dipadatkan dan digantung dengan stick besar yang bisa diputar. penjual akan mengirisnya tipis-tipis dan mencampurnya dengan irisan bawang merah, bumbu-bumbu dan minyak. seolah seperti digoreng, tapi sebenarnya tidak. sambil ia juga menyiapkan kulit nan tipis berbentuk panjang, diolesi mayonise sebelum diisi dengan campuran daging dan bumbu-bumbu, lalu digulung. aroma dagingnya aku suka sekali. haruuuum. pesanan ayessa sudah siap. tak lupa ia meminta sauce, green jigni, kalau aku tak salah dengar.

lalu, bagaimana dengan pesananku? ternyata butuh waktu lebih lama. aku pesan kebab yang lain. namanya aku lupa. dengan tingkat kepedasan medium. aku dan ayessa sama-sama belum tahu, bagaimana bentuk makanan yang aku pesan. sambil menunggu kami menonton tayangan tv lokal, Udaya yang tengah memutar program video klip request. "please jangan lihat video klipnya. itu tidak merepresentasikan india sekarang," seloroh ayessa. aku tertawa. "tidak ada orang sekarang yang memakai jaket merah dan celana kuning," tambahnya. "itu sudah bertahun-tahun silam." haha, tapi jujur ya. kalau aku melihat penampakan orang-orang di nagarbhavi, kira-kira hampir miriplah dengan video klip yang ditayangkan tv lokal itu. meskipun tidak sama persis. tapi paling tidak aku jadi tahu bahwa gambaran India seperti dalam film-film yang cenderung memotret sisi glamour India, belumlah bisa menjelaskan India dengan yang sebenarnya.

kami masih menunggu, tapi maghrib sudah tiba. kebab pesanan ayessa sudah habis kami makan. rasanya tidak mengandung unsur kari seperti makanan-makanan yang disajikan di dining room. lebih enak dari kebab yang aku beli di indonesia. karena haus, aku pesan jus nanas. aku jadi ingat kalau di India, orang biasa menambahkan garam dalam jus. aku lupa memastikan tentang garam ini kepada penjual, jusnya sudah kadung disajikan. bisa jadi jus yang aku minum juga dikasih garam karena ada rasa asinnya. tapi, enak juga. "where is my food...!" teriakku lagi, tentu saja sambil tertawa.

kebab yang aku pesan akhirnya datang. kami sama-sama terkejut tak menyangka akan mendapatkan makanan yang kelihatannya bagus dan enak itu. "wow, it looks nice," kata ayessa. kebabnya memakai daging ayam yang dibakar sebagai isi. berasa seperti sate, dengan dominasi rasa pepper. ditutup rapat sehingga terkesan digulung dengan putih telor yang mengembang empuk. sepertinya telor putihnya dikocok dulu baru disiramkan di atas ayam lalu dioven. kami langsung menikmati kebab yang kedua dengan lahap, dengan mulut berbisa ha ha karena sedikit pedas. rasanya terbayar sudah waktu lama yang kami habiskan untuk menunggu. kebab yang kami pesan rasanya benar-benar enak. bumbunya berasa, demikian juga kombinasi pedas dan asinnya. membuat sore ngabuburit kami jadi penuh rasa.

acar dan sauce

kebab yang menggiurkan
Continue reading...

24 July, 2013

5 comments 7/24/2013 01:17:00 PM

Berangkat ke Negeri Pretty Zinta

Posted by isma - Filed under
Tiba juga hari Sabtu, 13 Juli 2013. Waktunya berangkat ke India. Aku sudah beli tiket pesawat Jogja-Jakarta untuk hari Jumat. Tapi, karena ada presentasi di MSI hari Jum’atnya, aku ganti berangkat dengan kereta Kamis malam. Sama persis dengan keberangkatan pertamaku ke Hawaii. Ayah dan anak-anak, kakak ipar dan ponakan ikut mengantar. Kalau dulu yang menangis histeris cuma Kak Abiq, sekarang tambah Atha. Jadi tercabik-cabik rasanya.

Dari rumah adikku, aku berangkat pukul 11.30 pm, supaya tidak terburu-buru mengejar jam penerbangan 3.45pm. Lebih baik santai daripada terburu-buru kan. Tapi, ternyata teman-teman yang lain baru sampai di bandara pukul 13.30an. Bawaanku sudah was-was saja, membayangkan antrian panjang pemeriksaan imigrasi, seperti waktu akan ke Hawaii. Ternyata kali ini tidak. Kosong. Nggak ada antrian. Tidak ada juga acara bertanya ini dan itu. Bahkan, kami masih cukup punya waktu untuk duduk-duduk menunggu pintu gate dibuka.

Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH192 bukanlah pesawat besar dengan tiga barisan kursi penumpang. Seperti pesawat domestik lainnya di Indonesia, kursi penumpang berbaris dua, lajur kanan dan kiri. Aku meniatkan untuk terus puasa. Karena toh aku merasa baik-baik saja. Nggak kehausan atau kelaparan. Sempat sih mencium aroma harum makanan, yang aku tidak tahu bagaimana wujudnya. Harusnya, meskipun tahu aku puasa, aku boleh membawa turun makanannya buat buka nanti. Tapi, ternyata tidak. Jadi ketika sampai Malaysia, aku berbuka cuma dengan kurma dan membeli sebotol minimal mineral seharga $2 dengan kembalian uang ringgit Malaysia.

Penerbangan Malaysia ke Bangalore membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Ditambah transit di bandara Malaysia kurang lebih 3 jam. Tak berasa lama memang karena kami bisa mengakses free wifi sambil menunggu. Untuk penerbangan kedua, kami menggunakan Malaysia Airlines dengan nomor pesawat MH0192. Yang menarik buatku, pemeriksaan yang dilakukan sebelum masuk gate tidak seketat pemeriksaan di bandara Manila, bahkan sampai 2 kali dan membuka isi tas yang dibawa ke kabin. Apalagi untuk yang berjilbab seperti aku, akan ada petugas perempuan yang meraba dari kepala sampai kaki. Sebagaimana pemeriksaan yang biasa aku temui di bandara-bandara udara di USA. Di Kuala Lumpur, kami cukup melewati scanner tas dan koper, dan tidak ada acara raba-meraba.

Penerbangan kedua sudah didominasi oleh wajah-wajah India. Saya duduk di tengah, diapit oleh orang India dan satunya mungkin orang Afrika. Makanan yang diasajikan juga sudah berasa kari India. Selamat deh! Tiba di bandara Bangalore, kami disibukkan dengan mengisi formulir laporan kedatangan dan antri untuk pemeriksaan imigrasi. Biasanya ini detik-detik yang menegangkan, meskipun kami sudah siap dengan segala macam dokumen. Para petugas bertanya tentang maksud kedatangan, di mana akan tinggal dan berapa lama. Pertanyaan yang sama waktu kami mengajukan visa. Proses pemeriksaan ini kurang lebih satu jam, dan semua berjalan lancar.



Kami menuju pintu keluar, setelah mengambil koper dan tas. Jika di bandara Honolulu masih ada pemeriksaan isi koper, meskipun acak, tidak demikian di bandara Bangalore. Mulus tanpa pemeriksaan. Aku agak menyesal tidak jadi membawa ikan asin pesanan kawan di Nepal :) Tapi tak apa. Sampai di halaman bandara, aku jadi ingat film-film India yang adegannya Pretty Zinta sedang mencari-cari siapakah di antara kerumunan orang-orang itu yang membawa kertas bertuliskan namanya. Aku jadi ingin tertawa membayangkan diriku seperti Pretty Zinta. Rupanya Thowik yang lebih dulu menemukan kertas bertuliskan Monsoon School yang dibawa oleh Pak Ram dan seorang driver. Kami pun berhambur mendekati mereka.

Jarak bandara ke Nagarbhavi kurang lebih satu jam. Waktu itu hampir pukul 1 malam. Aktivitas kota sudah tidak terlihat lagi. Tapi kami tidak bisa sepenuhnya memejamkan mata selama perjalanan. Cara sopir mengemudi benar-benar seperti gambaran yang ada di film-film, ngebut dan meliuk-liuk. Apalagi kondisi jalan yang tidak mulus. Aku melihat banyak pekerjaan pembangunan jalan layang yang belum selesai. Beton-beton besar berdiri di tengah jalan, besi-besi dan bekas galian juga tersebar di pinggir jalan. Menyisakan debu dan udara kotor.

Sampai di Nagarbhavi, tepatnya di National Law School University of India, aku benar-benar sudah penat dan lapar :) Tapi, sayang sepanjang perjalanan tidak menemukan semacam angkringan atau kabita indomie telor yang buka 24 jam. Ha ha. Tapi, aku bawa indomie, dan di kamar ada jar untuk mendidihkan air. Lumayan untuk sahur darurat malam pertama di Bangalore!
Continue reading...

16 July, 2013

3 comments 7/16/2013 10:34:00 PM

Puasa dan Tahun Ajaran Baru 2013

Posted by isma - Filed under ,

Bulan puasa tahun ini bebarengan dengan liburan panjang akhir tahun. Kak Abiq naik kelas empat. Seperti tahun lalu, Kak Abiq juga belajar berpuasa. Hari pertama, dia makan di siang hari, lalu melanjutkan puasanya. Kami biasa menyebutnya puasa mbedug. Hari kedua, dia bilang akan puasa penuh. Namun, waktu lihat Dik Atha makan roti berisi butter, dia tidak tahan. Sambil memasang wajah melas dia bertanya, “Enak Dik?” ha ha

Semula Dik Atha tidak mau memberikan sedikit bagian rotinya, tapi setelah aku rayu akhirnya dia mau berbagi. Itu pun sedikit sekali. Kalau pikiran orang dewasa, sayang sekali puasanya dibatalkan hanya karena potongan kecil roti. Haha. Tapi dasar anak kecil ya. Kak Abiq akhirnya tidak jadi puasa, tidak juga puasa mbedug. Dia lalu minta digorengin telor ceplok dan makan karena lapar.

Untuk takjilan, Kak Abiq ikut di masjid dekat rumah Uti. Setiap sore ia berangkat ke masjid bersama Mbak Tami. Menunggu sampai maghrib tiba, lalu membatalkan puasa dengan makanan yang dikirim warga kampung secara bergiliran. Dik Atha juga suka ikut. Dia kelihatan senang sekali bisa ikut takjilan. Malah dengan lahap dia makan hasil oleh-oleh takjilan. Lucu sekali!

Hari Senin, 15 Juli kemarin adalah hari pertama masuk sekolah. Mungkin Kak Abiq juga tetap puasa karena di sekolah tidak disediakan makan siang sebab bulan Ramadhan. Dik Atha juga masuk sekolah, sekarang sudah masuk playgroup. Dia sudah dapat seragam. Jam aktif belajar cuma sampai jam 11, lalu akan dilanjutkan di TPA. Kebetulan sekolah Kak Abiq, playgroup dan TPA-nya Dik Atha ada di bawah naungan satu yayasan, jadi gedungnya ada di dalam satu area. Cuma kayaknya Dik Atha belum mau masuk sekolah. Tentu saja karena saya yang biasa mengantar sedang tidak di rumah. Jadi, tunggu setelah lebaran ya Dik Atha ….
Continue reading...

15 July, 2013

3 comments 7/15/2013 07:21:00 PM

Huruf R dan Dik Atha

Posted by isma - Filed under

Dik Atha sudah bisa bilang R lho. Di usianya yang masuk empat tahun kurang 6 bulan. Mungkin agak telat ya, karena banyak anak-anak yang sudah bisa bilang R dari usia dua atau tiga tahun. Tapi, kami senang sekali karena sekarang sudah tidak ada lagi huruf L sebagai ganti huruf R-nya Dik Atha.

Awalnya, Kak Abiq yang menularkan ilmunya belajar R dari Mbak Tami. Dengan mengeluarkan suara dari tenggorokan dan melipat lidah ke delam. Pelan-pelan akan sampai juga pada pelafalan R. Kadang Dik Atha mau mengikuti instruksi kakaknya, kadang mbalelo hehe tidak mau disuruh-suruh begitu.

Ketika kami baru saja pindah ke rumah baru, waktu itulah aku mendengar dengan jelas Dik Atha bilang R. Begitu bisa, Kak Abiq suka sekali meminta Dik Atha untuk mengulang kata-kata yang ada R-nya. Karena merasa disuruh-suruh, Dik Atha teriak nggak mau. Ha ha lucu sekali.

Sekarang Dik Atha suka sekali menegaskan pengucapan R ketika ia mengucapkan kata-kata yang ada R-nya. Mungkin mau menunjukkan kalau dia sekarang sudah bisa R ke semua orang ... hehe okay deh Dik, selamat yaaa!
Continue reading...