24 July, 2013

5 comments 7/24/2013 01:17:00 PM

Berangkat ke Negeri Pretty Zinta

Posted by isma - Filed under
Tiba juga hari Sabtu, 13 Juli 2013. Waktunya berangkat ke India. Aku sudah beli tiket pesawat Jogja-Jakarta untuk hari Jumat. Tapi, karena ada presentasi di MSI hari Jum’atnya, aku ganti berangkat dengan kereta Kamis malam. Sama persis dengan keberangkatan pertamaku ke Hawaii. Ayah dan anak-anak, kakak ipar dan ponakan ikut mengantar. Kalau dulu yang menangis histeris cuma Kak Abiq, sekarang tambah Atha. Jadi tercabik-cabik rasanya.

Dari rumah adikku, aku berangkat pukul 11.30 pm, supaya tidak terburu-buru mengejar jam penerbangan 3.45pm. Lebih baik santai daripada terburu-buru kan. Tapi, ternyata teman-teman yang lain baru sampai di bandara pukul 13.30an. Bawaanku sudah was-was saja, membayangkan antrian panjang pemeriksaan imigrasi, seperti waktu akan ke Hawaii. Ternyata kali ini tidak. Kosong. Nggak ada antrian. Tidak ada juga acara bertanya ini dan itu. Bahkan, kami masih cukup punya waktu untuk duduk-duduk menunggu pintu gate dibuka.

Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH192 bukanlah pesawat besar dengan tiga barisan kursi penumpang. Seperti pesawat domestik lainnya di Indonesia, kursi penumpang berbaris dua, lajur kanan dan kiri. Aku meniatkan untuk terus puasa. Karena toh aku merasa baik-baik saja. Nggak kehausan atau kelaparan. Sempat sih mencium aroma harum makanan, yang aku tidak tahu bagaimana wujudnya. Harusnya, meskipun tahu aku puasa, aku boleh membawa turun makanannya buat buka nanti. Tapi, ternyata tidak. Jadi ketika sampai Malaysia, aku berbuka cuma dengan kurma dan membeli sebotol minimal mineral seharga $2 dengan kembalian uang ringgit Malaysia.

Penerbangan Malaysia ke Bangalore membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Ditambah transit di bandara Malaysia kurang lebih 3 jam. Tak berasa lama memang karena kami bisa mengakses free wifi sambil menunggu. Untuk penerbangan kedua, kami menggunakan Malaysia Airlines dengan nomor pesawat MH0192. Yang menarik buatku, pemeriksaan yang dilakukan sebelum masuk gate tidak seketat pemeriksaan di bandara Manila, bahkan sampai 2 kali dan membuka isi tas yang dibawa ke kabin. Apalagi untuk yang berjilbab seperti aku, akan ada petugas perempuan yang meraba dari kepala sampai kaki. Sebagaimana pemeriksaan yang biasa aku temui di bandara-bandara udara di USA. Di Kuala Lumpur, kami cukup melewati scanner tas dan koper, dan tidak ada acara raba-meraba.

Penerbangan kedua sudah didominasi oleh wajah-wajah India. Saya duduk di tengah, diapit oleh orang India dan satunya mungkin orang Afrika. Makanan yang diasajikan juga sudah berasa kari India. Selamat deh! Tiba di bandara Bangalore, kami disibukkan dengan mengisi formulir laporan kedatangan dan antri untuk pemeriksaan imigrasi. Biasanya ini detik-detik yang menegangkan, meskipun kami sudah siap dengan segala macam dokumen. Para petugas bertanya tentang maksud kedatangan, di mana akan tinggal dan berapa lama. Pertanyaan yang sama waktu kami mengajukan visa. Proses pemeriksaan ini kurang lebih satu jam, dan semua berjalan lancar.



Kami menuju pintu keluar, setelah mengambil koper dan tas. Jika di bandara Honolulu masih ada pemeriksaan isi koper, meskipun acak, tidak demikian di bandara Bangalore. Mulus tanpa pemeriksaan. Aku agak menyesal tidak jadi membawa ikan asin pesanan kawan di Nepal :) Tapi tak apa. Sampai di halaman bandara, aku jadi ingat film-film India yang adegannya Pretty Zinta sedang mencari-cari siapakah di antara kerumunan orang-orang itu yang membawa kertas bertuliskan namanya. Aku jadi ingin tertawa membayangkan diriku seperti Pretty Zinta. Rupanya Thowik yang lebih dulu menemukan kertas bertuliskan Monsoon School yang dibawa oleh Pak Ram dan seorang driver. Kami pun berhambur mendekati mereka.

Jarak bandara ke Nagarbhavi kurang lebih satu jam. Waktu itu hampir pukul 1 malam. Aktivitas kota sudah tidak terlihat lagi. Tapi kami tidak bisa sepenuhnya memejamkan mata selama perjalanan. Cara sopir mengemudi benar-benar seperti gambaran yang ada di film-film, ngebut dan meliuk-liuk. Apalagi kondisi jalan yang tidak mulus. Aku melihat banyak pekerjaan pembangunan jalan layang yang belum selesai. Beton-beton besar berdiri di tengah jalan, besi-besi dan bekas galian juga tersebar di pinggir jalan. Menyisakan debu dan udara kotor.

Sampai di Nagarbhavi, tepatnya di National Law School University of India, aku benar-benar sudah penat dan lapar :) Tapi, sayang sepanjang perjalanan tidak menemukan semacam angkringan atau kabita indomie telor yang buka 24 jam. Ha ha. Tapi, aku bawa indomie, dan di kamar ada jar untuk mendidihkan air. Lumayan untuk sahur darurat malam pertama di Bangalore!

5 comments:

masrafa.com said...

Hai mbak,
salam kenal dari KEB yaa.

Wah kita berangkat ke LN bareng tnyata. Saya juga brkt tgl 13 Juli.

Gimana rasanya puasa disana mbak?

Lidya Fitrian said...

berapa lama disana mbak?

isma said...

---> masrafa
wah, gak ketemu ya di bandara hehe sayang. puasa di sini sepi, ke masjid juga ga boleh :( masjidnya cm buat laki-laki.

---> Lidya
hai mb lidya, sampai 10 Agustus mbak, abis lebaran hehe

M. Faizi said...

kalau para sopir itu sudah bosan mengemudi di India, suruh mereka melamar jadi sopir Sumber Kencono untuk mempertajam bakatnya

sari widiarti said...

wiiih mauuuu dong diajak ke sana :D
hati-hati mbak,, semoga berangkat dan plng dengan selamat :)