Ribut cari travel. Yup. Naik travel menjadi alternatif setiap kali aku n Shinfa mudik. Cuma sayang, semua travel ke pekalongan masih pakai L300. Cari ke sana-sini yang pakai Elf, tidak ada. Kayaknya memang enakan Elf, seperti pas aku ke Jepara atau Jakarta bulan-bulan sebelumnya. Ayah sampai sudah takwanti-wanti, tanyain yang pakai Elf ada enggak. Tapi, tetep gagal. Akhirnya, beli tiket tetap di travel langganan yang non-AC. Beli dua, untukku dan Shinfa. Ayah mudik pakai motor, seperti biasa.
Untuk sementara clear, sampai ada pemberitahuan mendadak. Rapat dadakan pada pagi yang seharusnya aku sudah ngabur mudik. Dengan terpaksa, tiket travel langganan dibatalkan. Karena yang sore nggak ada tempat kosong untuk belakang supir. Nggak banget deh kalau harus duduk di bangku paling belakang. Bisa-bisa malaikat kecilku keluar mendadak hehe. Tapi, karena pembatalan ini akhirnya aku dipertemukan dengan travel Persada yang TOP deh. Ada fasilitas bantal dan mobilnya masih baru. Tentu saja dengan harga yang lebih mahal karena ber-AC. Tuslah per orang jadi 100rb.
"Bu, besok lagi jangan naik mobil yang merah ya (travel lama)," request Shinfa setelah merasakan travel Persada. Hehe, ternyata Shinfa juga mengamini penilaianku. Tapi, sayang. Pas mau balik, travel ini susah dihubungi untuk pesan tiket. Nyari agennya si sepanjang jl Sutomo Pekalongan juga nggak nemu. Akhirnya, nyobain travel baru lagi, namanya Mawar. Rekomendasi dari temen juga sih.
Tapi, alhamdulillah. Malah berasa naik mobil pribadi karena pakai mobil APV. Dapat duduk di belakang supir, karena ini yang dicari. Shinfa jadi kesenengan. Meski di jalan tetep saja bolak-balik nanya, "Kapan sampainya Bu?" Dan, aku harus merayu dengan, "Tidur aja Dik. Kayak kemarin berangkat itu kan. Bangun-bangun sudah sampai deh."
Di Pekalongan kami bertiga sama ayah, selama lima hari menikmati panasnya pantura. Sempat kopdar sama Aulia dan ayah bundanya yang datang dari Gorontalo, jalan-jalan ke water boom Comal, selain ke rumah uyut dan sodara-sodara. Tapi, nggak sempat ke Blado Batang. Ayah yang doyan megono sama taoto sempat juga menuai rindu dengan dua makanan khas Pekalongan itu. Lontong sayur olahan tangan Simak juga nggak pernah absen menjadi menu di hari raya.
Sayangnya, Shinfa sempat kehabisan baju. Hehe bukan kehabisan sih, tapi karena yang aku bawa tidak sesuai yang disenangi Shinfa. Biasa, maunya pakai yang itu-itu aja. "Ibu kok cuma bawa baju Dik Abik sedikit?" protesnya dengan memelas. Jadinya, ringgo, dicuci garing (kering) trus dipakai lagi. Capek deh! Tapi, pada akhirnya bisa terkendalikan. Hehe.
Aku anak nomor 2 dari 9 bersaudara. Di antara anak-anak Simak, aku yang duluan balik ke Jogja. Dua adikku yang di Jakarta biasanya baru balik sekitar dua mingguan setelah lebaran. Maklum, wiraswarta. Jadi waktunya lebih longgar. Mbakyuku dan sisa adikku, ya memang menetap di Pekalongan. Sesuai jadwal, lebaran kali ini memang giliran kami shalat ied di Pekalongan. Insyaallah tahun depan, giliran di Jogja. Semoga diberi umur dan kesehatan sampai bertemu Ramadhan dan lebaran lagi. Dan, tentu dengan tambahan satu krucil di keluarga kami, adiknya Shinfa. Amiiin.
5 comments:
dulu waktu beom punya Farrell, aku dan suami sering naek travel dari jakarta ke purwokerto, tempat mertuaku..yah travelnya milih2 juga sih..hehehe..anyway, udah nambah berapa kilo sekarang, kayaknya badan keliatan gede banget dehh??
minal aidin wal faidzin ya mbak, salam kenal juga
Amin amin amin Ya Robbal 'alamiiin...
Asyik euy yang habis mudik, ketemu dulur ^_^
Kapan due datenya mbak?
Moga persalinan lancar, amin
@bintang: last nimbang 55kg, dari bobot semula 45. Udah nambah 10kg yak hehe
@lidya: sama-sama ya bun...
@Lala: insyaallah 19 november buk, amin.
Post a Comment