Jadwal Shinfa tiap abis jamaah Maghrib adalah mengaji iqra’. Lalu, siapakah gurunya? Biasanya sama Bulek. Tidak bener-bener rutin sih, tapi berkala. Kala-kala mau, kala-kala enggak. Namanya juga anak-anak. Selain karena menurutku, belajar huruf untuk seumuran Shinfa sifatnya hanya pengenalan saja. Biarpun Bulek dan orang rumah sepertinya begitu mewanti-wanti, aku masih biasa-biasa saja menyikapinya. Kasihan juga kan kalau terjadi pemaksaan.
Seperti kemarin maghrib. Aku sampai rumah pas Ato mau ngimami shalat. Karena lagi prei, aku tiduran sejenak di kamar. Tiba-tiba Shinfa masuk dengan kostum shalatnya, memakai rukuh hijau dengan kepala memakai peci rajutan (hahaha...kebayang nggak sih, badung banget yak!).
“Dik, shalat dulu!” aku mengingatkan.
“Lha ibu nggak shalat,” balas Shinfa nggak mau kalah.
Hihi. Aku ngikik lalu beralasan, “Ibu kan baru datang. Ntar nyusul.”
“Aku mau sama ibu kok,” jawab Shinfa yang di tangannya sudah pegang 2 bungkus wafer.
Kali itu dia tidak tergoda sama suara Ato yang sudah membahana mengimami shalat sampai dua rakaat. Kali kangen tuh sama ibunya. Hehe. Dan, ketika ayah ngajakin shalat di kamar, Shinfa mengiyakan. Tapi, ya gitu. Sambil lirak-lirik, manyun ke kanan ke kiri, muter-muter, lalu ngakak karena aku lihatin. Dan, satu paket sama shalat, malam itu Shinfa ngajinya juga sama ayah.
Meja yang sedianya buat naruh iqra’ malah dia naiki. Lalu, mulailah dia menghafal al-Fatihah, an-Nas, al-Falaq, sampai al-Ikhlash. Biarpun masih kebolak-balik apalagi hafalannya disambi main. Aku cuma ngelihatin sambil sesekali menimpali pas dia kelupaan. Ini sudah surprise banget buat aku yang memang masih menganggap usia Shinfa cukuplah dikenalkan. Belum saatnya diajak serius. Lihat saja, biarpun mulutnya terus menghafal, tetap saja dia jungkir balik naik kasurlah, ambil bedaklah, muter-muterlah.... hehe. Kalau nggak sabar, dijamin main gebrak meja deh merasa diduakan ya Shin.
Lalu berlanjut membaca iqra’. Lagi-lagi aku dibuat surprise. Pas ayah udah bosen nungguin Shinfa yang nggak serius ngaji, aku mbede’i Shinfa huruf-huruf berharakat dengan pulpen yang aku pakai sebagai telunjuk.
“Ini bacanya gimana?”
“Tsa...”
“Kalau ini,”
“Za...”
“Hm, Adik sudah bisa sampai ‘a ya?” tanyaku agak nggak percaya.
Shinfa mengangguk.
Kejutan deh buat aku. Sekaligus syukur alhamdulillah. Karena ternyata setiap orang dalam keluarga ini sama memberi perhatian, layaknya ibu, terhadap tumbuh kembang Shinfa. Termasuk soal ngaji dan menjadi guru ngajinya. Jadi, beruntunglah kamu, Nak... jadi bagian dari keluarga ini.
your support means a lot ...
-
your support means a lot ...
ini sebenarnya hal biasa. tapi, buatku sangat luar biasa. pada saat aku
kehilangan kepercayaan diri, tiba-tiba ada orang ...
5 years ago
3 comments:
hehe... kayaknya serius banget tuh ngajinya, untung deh ngajinya nggak disambi jungkir balik, klo iya bisa2 buku iqro'nya ancur ya shin :D
waaaaaaaaaaaaaaa hebad mba abik dah pintar mengaji...makin sholehah ya nak ...kangen nich tante kapan renang lagi sama dek Arya? ibu sibuk terus ya?? Mba isma miss u
Shinfa emang anak pinter ya....ajarin vasya dong ngajinya he...he...
Post a Comment