Wildan, hanya bisa melongo. Bukan berarti dia tidak sedang mengikuti arus ketiga temannya yang tengah berpikir. Tapi, memang seperti itulah gaya berpikirnya. Melongo sambil menautkan dua alisnya, lalu memandang ke depan luas tanpa titik.
Zabil mengerutkan keningnya sampai berlipat-lipat. Pernah melihat lipatan perut orang gemuk? Ah, itu terlalu berlebihan. Tak sampai seperti itu. Lipatan kening Zabil hanya berupa kerutan, seperti kerutan kertas yang lalu direntangkan kembali, hanya menyisakan bekas-bekasnya saja.
Abin tampak mondar-mandir, seperti biasanya. Karena ia sangat suka bola yang akan ia giring sambil sesekali ia tendang ke kiri dan ke kanan. Tapi tetap, wajahnya serius tanda sedang berpikir.
Sementara Nala, si pemilik mata pimpong, si kecil yang paling cantik di antara ketiga cowok kecil itu, duduk diam pada bibir tempat tidurnya. Gerakan halus jari-jemarinya seperti gerakan bola dunia pada pojok kanan atas layar monitar komputer yang menunjukkan kalau sebuah program tengah berproses. Demikian juga dengan Nala. Ia tengah berproses membuka sebuah ingatan tentang kejadian semalam.
”Kamu benar-benar lupa, Nala?” Zabil, sang kakak bertanya. Nala semakin tertunduk.
Abin mendesah. Kecewa dan agak putus asa. Mendapati rencana yang sudah mereka susun sejak satu minggu yang lalu harus menguap tak bersisa pagi ini. Seperti kapur barus punya ibunya setelah satu bulan ditelusupkan dalam lipatan baju. Hanya bau wangi. Hanya ingatan kalau semalam ia dan ketiga saudaranya itu harus menahan kantuk untuk menuliskan beberapa baris kalimat di atas secarik kertas, dan mendapati kertas itu sudah raib keesokan harinya. Tepatnya delapan menit yang lalu, ketika mereka tengah makan pagi, meninggalkan kertas itu di atas meja kecil di kamar Nala.
Yang paling merasa bersalah mungkin Nala. Sebagai anak perempuan ia lebih dipercaya ketiga saudaranya untuk menyimpan kertas itu. Seperti itulah anggapan yang berlaku. Anak perempuan dipandang lebih open dan primpen daripada anak laki-laki. Meskipun toh pada praktiknya Nala justru kehilangan kertas itu. Setelah hampir lima jam sejak bakda maghrib Wildan yang paling besar coba menuliskan kata-kata mereka dalam barisan huruf. Sangat sulit memang. Karena, ia baru kelas TK kecil dan hanya sesekali ibunya yang single parent sempat mengajarinya menulis di rumah. Itu pun belum semua huruf dihafal oleh Wildan. Sambil menelungkup di atas ubin semen, jari-jarinya bergerak menggoreskan huruf-huruf itu, di bawah tatap kagum Zabil, Abin, dan Nala. Wowww keren! Kira-kira seperti itu bisik hati ketiga bocah kecil itu.
“Sudahlah. Lupakan saja soal kejutan itu. Kita sambut saja Shinfa apa adanya, dan sampaikan saja apa yang ingin kita sampaikan. Tidak perlu memakai kertas.”
Wildan menggerutu. ”Benar-benar mengecewakan. Padahal aku ingin Shinfa tahu kalau aku sudah bisa menulis.”
”Mau bagaimana lagi.”
”Maafkan aku,” mendung di mata Nala sudah menggantung.
Zabil dan Abin cuma menarik napas berat, menatap bola mata pimpong itu, lalu tersenyum. Itulah kekuatan Nala. Seperti kekuatan bola, amarah itu akan melesat dengan satu kali pukulan keras karena menatap bola mata pimpong itu. Tentu saja karena Nala adalah adik sepupu mereka yang baik selain Shinfa.
Keempat anak kecil itu siap beranjak, meninggalkan kamar Nala, ketika tiba-tiba Mbah Idah sudah hadir di antara mereka. ”Hai, Shinfa sudah tiba tuh. Ayo kita sambut,” sapanya setelah meletakkan secarik kertas dan pulpen di atas meja kecil Nala. ”Ayo-ayo...”
Bukannya beranjak, Zabil, Abin, Wildan, dan Nala malah terpaku. Tatapan mata mereka secara spontan mengikuti gerakan tangan Mbah Idah. Kepala mereka bergeser seperti gerakan slowmotion dengan penuh harap-harap cemas. Dan, hampir saja mereka berteriak, ”Kertas itu,” secara bersama-sama begitu mata mereka terantuk pada kertas itu, kalau saja tangan Mbah Idah tidak segera menggiring mereka keluar dari kamar. Mereka ingat betul akan kertas itu karena warnanya memang biru langit dan hanya dilipat satu kali tekukan. Sudah pasti, itulah kertas yang tengah mereka cari.
Abin, Zabil, Wildan, dan Nala saling melempar pandang, mengangkat alis dan tersenyum. Hanya dalam hitungan detik rencana matang itu bisa terselamatkan. Benar-benar kejutan. Mereka berteriak gembira dan berlari menyongsong Shinfa. Karena setelah satu menit ke depan kertas itu akan sampai ke tangan Shinfa. Kertas hasil karya kejutan mereka. Kertas itu bertuliskan***:
Xa)i b*ad#ced*()
X!ad^e+----“{:}>??>>
)9j”?>~!ace^0---oab1#(0”:?”
ae^0(0”:?”da-!~1"-+\+*dae*<-->>
0*d^ec#a----->~!ace^0---o:---=(0”:?”
4”:==-0
-------------------------
*** Maksudnya adalah:
Kami Sayang Shinfa
Selamat Ulang Tahun
Semoga Selalu Bahagia
Tambah Pintar dan Salehah
Juga, Selalu Dilindungi oleh Allah SWT
Amiin.
X!ad^e+----“{:}>??
)9j”?>~!ace^0---oab1#(0”:?”
ae^0(0”:?”da-!~1"-+\+*dae*<-->>
0*d^ec#a----->
4”:==-0
-------------------------
*** Maksudnya adalah:
Kami Sayang Shinfa
Selamat Ulang Tahun
Semoga Selalu Bahagia
Tambah Pintar dan Salehah
Juga, Selalu Dilindungi oleh Allah SWT
Amiin.
20 comments:
Happy 3rd b'day Shinfa. Semoga menjadi anak sholehah dan berbakti kpd org tua. Samaan niy ultahnya dgn yangkung Rayna ^_^
Selamat Ulang Tahun ya Shinfa sayang! Semoga panjang umur, sehat wal afiat, tambah pinter dan jadi anak yang solehah. Mmmmuuuaaaah!
Happy 3rd b'day Shinfa. Semoga menjadi anak sholehah dan berbakti kpd org tua, pokoknya jadi kebanggaan Ayah dan Ibu...
Dan semoga panjang umur, banyak rejeki, tambah pinter, tambah cantik, dan semua doa yang terbaik buat Shinfa... Amien
Selamat Ulang Tahun, Shinfa Sayang...Semoga selalu sehat, panjang umur, menjadi anak sholeha dan sesuai dengan harapan orang tua.
Tambah pinter ya Sayang...dan pastinya selalu dilindungi Alloh SWT
Sun sayang dari jauh...muuuahh...
met ulang taun shinfa sayang.....
semoga sehat selalu, tambah pinter, jadi anak sholehah... amin
mmmmuuuuaaaaaahhh
Shinfa sayang, selamat ulang tahun ya. Semoga jadi anak sholehah dan pintar.
amieeen...(ikut mengamini doanya..)
hepi besdey shinfa....
met ultah yaaa kak abik....smg jadi anak sholehah...
ayo abik dikasi adek dong,bu?
Hepi bday shinfa makin pinter n shaleha yaaa. Seneng d py ibu yg pandai nulis keik gn smua momen bs dibikin crita indah
Selamat Ulang tahun Ya Shinfa...udah 3 thn makin cantik, makin pinter jadi anak sholehah ya..makin segalanya deh udah bisa nulis, nggambar, bisa nyanyi bisa semua muanya deh...dambaan ibu sm bapak ya...amiiin...
Nyuwun kado apa sama ibu bapak, Shin..????
happy 3rd b'day Shinfa, moga jadi ank sholehah kebanggan Ibu & Ayah Shinfa :)
slalu dilindungi oleh Allah Swt. makin pinter, makin cantin, makin lincahh....makiiinnn makiin TOP deh ;) *dapet kado apa Shin??*
btw, Ibu SHinfa, itu tulisan apa sih tadi?? itu sandi ya?? ataw itu huruf baru :D
Selamat Ultah ke3 ya Shin, semoga jd anak yang sholehah, pintar, sehat selalu, dan selalu dlm lindungan-Nya.
Nduk Shin dapat kado opo dari Ibu dan Bapak .....
met ultah shinfa.. smoga sehat selalu, tambah pinter & jadi anak sholehah kebanggaan orangtua. Amiiin
Kuehnya kok belom kelihatan.. potong dong.. raihan mau niy... :D
kyra n mak'e mo nyanyi dulu ahhh:
selamat ulang tahun kami ucapkan
selamat panjang umur kita kan doakan
selamat sejahtera, sehat sentosa..
selamat panjang umur dan bahagiaaaa...
horeeee!!! selamat ulang tahun sayang, sehat selalu, sholehah dan semoga selalu menjadi kebanggaan kedua orangtua..amiennn
terima kasih banyak untuk doa teman-teman buat Shinfa... semoga Allah menganugerahkan kebaikan buat kita semua amiin ;)
Wah telat sehari nih...
Happy b`day ya Shinfa, moga jadi anak yg sholeheh.., makin pintar n makin cantik..
Kadonya sun aja ya.. emuah emuah...
selamat Ulang tahun ya sayangg..mdh2an menjd anak sholehah kebanggaan orang tuanya,aminnn..
Met Ultah ya Syifa sayang.. moga jadi anak pinter dan solehah..
happy birthday yaaa.. uh telat deh tante ngucapinya..
Met ulang tahun ya Shinfa say.
Tante agak telat nih ngucapinnya, biarlah telat drpd tidak sama sekali, iya gak say.
Semoga menjadi anak yg sholehah.
Semoga murah rezeki. Semoga selalu sehat walafiat. Semoga apa yang di harapkan akan terkabulkan. Amin.
Sun buat Shinfa.
Post a Comment