Ini bagian dari catatan detik-detik perubahan yang terjadi pada Shinfaku. Sejak berusia 3 bulan, Shinfa memang sudah aku tinggal tiap pagi untuk nguli dan pulang sore harinya. Karena masih bayi, tentu dia belum bisa protes atau menangis setiap kali aku pamitan keluar rumah. Selain karena Shinfa sering kali langsung tertidur, selesai maem, mandi, dan nenen. Kebiasaan ini berlangsung sampai Shinfa hampir satu tahun.
Usia satu tahun sampai dua tahun setengah, Shinfa sudah mulai protes. Harus ada acara kucing-kucingan, rayu-merayu (untuk tidak mengatakannya dengan membohongi hihi), atau tangisan bombay karena klayu. Shinfa belum bisa diajak mengerti kalau ibu tiap sore pasti balik ke rumah. Jadi teriba-iba hatiku tiap pagi jadinya, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Memasuki tiga tahun, Shinfa sudah bisa ngerti kalau maknya kudu pergi pagi pulang sore. Dia sudah bisa bilang, ati-ati ya Bu. Sudah mau ucapin salam, dan selalu mengulurkan tangannya untuk salaman sebelum aku kabur.
Tapi, semakin ke sini, kenapa keadaan jadi berbalik seperti Shinfa ketika masih dua tahunan yak. Shinfa jadi klayunan lagi. Setiap aku ada di dekatnya pasti ditanya, “Ibu kelja nggak?” Atau kalau aku pulang sore hari, dia akan nanya, “Abis ini ibu pelgi kelja lagi nggak?” Kemarin pagi, dia nangis,”Ibu nggak boleh kelja.” Dan, karena aku masih ngantuk, aku pun menemaninya sampai aku dan dia sama-sama ketiduran.
Kalau lihat Shinfa tidur gitu, aku suka membatin. “Sampai sebesar ini Nak, Makmu ini cuma bisa menemanimu tiap sore sampai pagi, dan sabtu minggu. Itu pun kalau aku nggak ada kegiatan lain.” Sedih juga yak! Secara cilikanku dulu, 24 jam penuh dibanding sama Simakku. Pas Simak harus sering keluar kota menggantikan bapakku yang sakit dan tidak kuat lagi, aku juga merasa kehilangan dan merasa kurang kasih sayang dan perhatian. Hmm… apa ini kali ya yang sedang dirasakan sama Shinfaku.
Sampai beberapa hari yang lalu, aku dapat laporan dari Teti. Shinfa bilang, “Dik Abit nggak mau jadi punya adik. Ntal dicuekin.” Hehe. Padahal, biasanya tiap ditanya, soal mau nggak punya adik, dia akan mengangguk iya. Dan menyebut pingin adik cowok. Lha kok sekarang berubah dia. Btw, dari mana juga ya dia dapat istilah "dicuekin".
Yah, bisa jadi karena dia sudah merasa kehilangan. Tuntutannya untuk minta diperhatikan tidak sebanding dengan yang aku berikan. Atau ada penurunan kualitas kebersamaan. Antara aku dan Shinfa. Meskipun aku di rumah, mungkin tanpa sadar aku menduakannya dengan kerjaan rumah, rasa capekku yang lalu jadi jarang bercerita dan membaca buku bersama, atau menduakannya dengan hp dan leptop. Perasaan ini kemudian mendorong Shinfa untuk jadi “anarkis”, suka menggigit, atau memukul. Sebagai bentuk minta perhatian. Gitu ya, Shin?
Maafkan Makmu ini ya, Nak. Masih egois, belum bisa menjadi ibu yang bisa memenej hak dan kewajiban dengan baik. Sambil belajar ya, Nak. Semoga bisa jadi lebih baik. Amiin.
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
2 comments:
hiks.....hiks.........sama jeng aku juga suka ninggal2in anak2. kalo pergi saat Fathir tidur keknya baik2 aja, tapiiiiiiiiiii pas aku pulang dia pasti marah, ibu kenapa pergi, fathir masih bobo belum cium ibu. Biasanya sebelum aku pergi cipika-cipiki, cium tangan, baru boleh pergi.........
seng penting kualitas pertemuan dengan shinfa to ;)
Post a Comment