Waktu novel 'Jerawat Santri' selesai dicetak, aku sempat membawa hasilnya ke rumah. Ayah Shinfa cuma melihat dan membuka-buka sekilas. Keponakanku tertarik untuk membacanya, penasaran namanya dipakai untuk tokoh seperti apa. Dan, ini yang paling nyenengin, Shinfa ternyata juga ikut mengepresiasi hasil cetakan itu. Tentu saja bukan tulisan apalagi isi ceritanya. Melainkan gambar-gambar dan foto yang ada di dalamnya.
"Ibu, ikan," ia mulai ngoceh setelah melihat gambar ikan maskoki kecil sebagai pambatas penggalan cerita.
"Iya. Yang ini apa, Dik." Ia diam saja sambil mengamati. Pertanda kalau dia ndak 'dong', gambar apa itu.
"Paku," jawabku, dan dia pun menirukan. "Kalau ini, apa?"
"Mobil," jawabnya mantap, kemudian membuka-buka lembar berikutnya. "Ibu, bintan!" teriaknya lagi sambil menunjuk gambar bintang.
Dan sampailah dia pada halaman terakhir, tentang penulis. "Hihi, Ima...," ucapnya sambil senyum-senyum. "Ibu, Ima...!"
Haha, ternyata nama Ima sudah melekat dalam pikirannya sebagai nama dari wajah yang fotonya ia lihat itu. Kenapa ia tidak menyebut foto itu dengan nama 'ibu', mungkin karena terlihat imut dan muda kali ya. Hehehe. Jadi lebih pas kalau ia menyebutnya dengan Ima.
"Ima cantik nggak, Dik?" tanyaku.
"Antik," jawabnya.
What! Antik? Pajangan, kali! ;))
0 comments:
Post a Comment