25 May, 2013

2 comments 5/25/2013 12:21:00 PM

Rumah dan Dapur Impian (1)

Posted by isma - Filed under

Ada yang bilang kalau beli tanah atau rumah itu tergantung pulung. Kalau ketiban pulung, artinya tanah atau rumah itu bakal menjadi jodoh kita untuk dibeli. Jika belum pulung, biar bagaimana pun usaha dan berapa besar duit yang dipunya, kita akan terhambat untuk mendapatkan rumah atau tanah itu. Aku sendiri tidak tahu pasti bagaimana bentuknya si pulung itu. Tapi, kalau aku artikan, pulung itu mungkin semacam keberuntungan.

Soal membeli tanah atau rumah, aku dan ayah sudah mencari-cari sejak aku masih di Hawaii, tahun 2011an. Seperti seorang petualang, ayah berkelana dari satu informasi ke informasi lainnya. Biasanya aku yang menemukan informasinya lewat macam-macam website, seperti berniaga, tokobagus, rumahku, dan blog-blog yang menyediakan informasi rumah atau tanah dijual. Dari banyak nomor kontak, tak sedikit yang memberikan response dan ditindaklanjuti dengan survey lokasi. Namun, di antara negosiasi dan kesepakatan, ada cerita-cerita yang lagi-lagi berkaitan dengan pulung itu.

Waktu itu simbah kakungnya shinfa, biasa dipanggil Ato, masih hidup. Beliau kami minta untuk menghubungi pemilik tanah di depan rumah beliau yang katanya mau dijual. Hari pertama waktu ditelpon, si pemilik bilang akan datang langsung menemui Ato untuk negosiasi dan kesepakatan. Tapi, pada hari yang telah dijanjikan, ternyata ia tidak datang. Lalu Ato menelpon lagi dan mendapat jawaban bahwa tanahnya tak jadi dijual.

Cerita selanjutnya, ayah survey lokasi yang sudah aku infokan. Ternyata tempatnya lumayan strategis untuk hunian. Ayah pun menego harga. Omong punya omong, harga pun deal dan ayah akan kembali menemui perantara penjualnya itu setelah maghrib dengan membawa uang tanda jadi. Namun, apa mau dikata, begitu sampai di rumah bapak perantara, karena si empu tanah ada di Jakarta, ia menjelaskan bahwa barusan dapat telpon dari Jakarta kalau tanahnya tidak jadi dijual.

Masih banyak cerita lain, misalnya yang ternyata tanahnya masih sengketa, pemilik rumah yang terlilit hutang dan disatroni penagih, tanahnya keduluan dibeli sama orang; semuanya lengkap. Sampai seorang teman bilang, “Jangan-jangan ada yang tidak merestui nih, kamu pindah rumah.” Ada-ada saja hehe. Tapi, insyaallah keluarga sudah merestui, termasuk Ato dan Uti, yang sejak mula kami menikah, kami tinggal bersama mereka.

Sampai kemudian aku pulang dari Hawaii, dan kami akhirnya sepakat untuk merenovasi rumah Ato dan Uti. Namun, masalahnya lagi karena ini rumah warisan jadi kami harus menunggu pembagian dan kesepakatan keluarga. Aku dan ayah terus terang khawatir jika berlama-lama, uang yang ada sudah tidak akan cukup lagi karena harga material terus naik. Selain itu, kami juga ingin mencoba kehidupan baru di tempat yang baru :)

Continue reading...