28 September, 2011

8 comments 9/28/2011 11:12:00 AM

mentorku yang baik hati

Posted by isma - Filed under

namanya Jil Takasaki Canfield. dari wajahnya dia seperti kebanyakan orang jepang, korea, atau china. tapi sebenarnya dia lahir dan besar di hawaii dan menyelesaikan sekolah di daratan amerika. pertama kali aku ketemu Jil di kantornya, satu blok dari apartemen tempatku tinggal, setahun yang lalu ketika aku ikut mentoring programnya East West Center. dia adalah direktur pasific asian affair council yang fokus pada pendidikan remaja, bidang yang memang aku request karena pekerjaanku berhubungan juga dengan remaja, which is remaja pesantren :))

"kita mau makan apa?" jil bertanya sambil berjalan ke arah mobil putih yang diparkir di belakang gedung. aku, cuma tersenyum. "do you like pizza?" hoho, aku suka banget pizza. "or something with cheese?" yang ini aku juga suka. tapi akhirnya pilihan menu mengerucut antara mexican dan menu timur tengah, dan jadilah kami ke mexican food. sepanjang perjalanan, kami saling bertukar cerita tentang summer masing-masing. dia sempat ke qatar, bersama delegasi remaja dari hawaii, dan sempat membawakan scarf warna hitam buatku. sementara aku, bercerita tentang anak-anak dan kampung dan membawakan selendang batik untuknya. anyway, kami kok sehati ya ...


resto mexican yang kami tuju terletak di kamaki'i (hehe kalau nggak salah sebut). yang jelas tak seberapa jauh dari UHM. seperti hawaian resto yang dulu pernah kami singgahi, resto yang ini juga lokal banget nuansanya. tidak di pinggiran jalan, harus masuk ke dalam gang, dan malah jauh dari pusat kota yang dikelilingi gedung bertingkat. aku saja tak mengira kalau ada resto di ujung jalan itu. "you should try everything," kata jill waktu kami sampai pada detik pemesanan menu *alah*. aku cuma bilang please choose for me, i have no idea. dengan syarat, porsinya jangan besar-besar. "you can take it home," kata Jill. yuhuuu, lumayan nih, anak kos. dan inilah hasil pesanan Jil ...

beef enchiladas



dengan detil jil berusaha menerangkan tentang enchiladas, yang pakai roti tipislah, cheeselah, sayuranlah, saoslah, red beenlah hehe, aku tidak berhasil mengidentifikasinya dengan baik. sambil menunggu, jil menagih janjiku untuk memperlihatkan foto-foto kak abiq and dik atha. "oh, your kid is so cute," komennya waktu melihat foto atha yang lagi main kuda. aku tersenyum senang. jil memang tidak punya momongan, jadi dia tinggal di rumahnya hanya dengan suami dan seekor pet :))

kata temenku, aku beruntung bertemu dengan mentor seperti jill, karena meski program mentoring sudah selesai akhir tahun lalu, tapi dia tetep maintain hubungan baik denganku. melibatkan aku dalam kegiatan PAAC, atau juga mengajakku lunch. seperti akhir oktober ini, PAAC akan menggelar conference tentang Indonesia untuk remaja di hawaii. dan tentu saja, aku ikut terlibat di dalamnya. jill juga sudah baik mau memberiku rekomendasi untuk beasiswa research summer kemarin, dan alhamdulillah goal.

"next time we can try different foods," ucapnya sambil tersenyum. ya, dan next time aku akan belajar lebih banyak lagi tentang maintaining lembaga seperti PAAC :)) makasih jill ...
Continue reading...

25 September, 2011

8 comments 9/25/2011 11:20:00 AM

Bersama Orang Tersayang

Posted by isma - Filed under

Foto ini diambil tahun 2009 yang lalu, ketika saya, ayah juga puteri pertama kami, Shinfa, menghadiri pernikahan saudara di Jakarta bersama keluarga besar kami. Diambil di halaman masjid kompleks penginapan jamaah haji Pondok Gede, saya waktu itu tengah hamil empat bulan, dan tentu saja bayi Atha belum lahir. Seingat saya, kami sedang menunggu bis yang tiba-tiba mogok sebelum berangkat untuk kembali ke Jogja. Melihat lilitan sarung yang melingkar di leher, sepertinya ayah baru saja menyelesaikan shalat. Lalu, tiba-tiba seorang saudara, entah siapa saya lupa, sedang asyik jeprat-jepret dan 'klik' pose cantik saya dengan ayah berhasil diabadikan.

Entah kenapa saya suka sekali dengan foto ini. Terutama, melihat ekspresi ayah, lucu dan natural. Menggambarkan modelnya ayah yang lucu dan juga natural *ehem*. Belawanan dengan aku yang sering seriusnya ketimbang santainya. Malah kadang, lelucon ayah aku anggap serius sampai ayah harus bilang, "Walah Nduk, wong aku ki guyoooon." (Walah Nduk, orang aku cuma gurau). Tapi, kalau dilihat dari foto ini, sepertinya saya juga orang yang santai lho. Tersenyum yang juga natural *ehem*. Sampai, beberapa teman yang melihat foto ini berkomentar, "Wiih, serasi sekali buk, mesra." Mendengar komentar mereka, saya tentu saja jadi semakin suka dengan foto ini. Meski diambil secara amatiran, tapi bisa mengabadikan kedalaman cerita *ceile*.

Selain karena saya suka dengan foto ini, saya sebenarnya lagi kangen saya ayah *ihik*. Sementara ini kami harus berjauhan, juga dengan Shinfa dan Atha. Saya di Hawaii untuk sekolah, sementara ayah bersama anak-anak di Jogja. Ayah adalah ayah yang hebat. Sudah mendukung saya jiwa raga untuk saya mengenyam pendidikan yang lebih baik. Sejak Juni 2010 kami berjauhan, sempat mudik sekali bulan Mei yang lalu, dan masih akan berlanjut sampai Agustus 2012. Perjalanan panjang, tapi kemarin waktu saya cerita tentang kalender akademik, ayah nyeletuk, "Loh, Mei besok sudah wisuda to? Trus Agustus boyongan yo. Kok cepet yo Bu." Ih, cepet bagaimana si ayah ini, saya yang menjalani sendirian di rantau, rasanya waktu berjalan lambat. Berjalan seperti siput yang tak sampai-sampai.

But anyway, foto ini seperti memberi kekuatan, selama apa pun, sesulit bagaimanapun, ayah tetap selalu di samping, di dekat, dan di hati saya :))

Postingan ini ceritanya dalam rangka ikut meramaikan Photo Blogging Kontes oleh HotCoklat.com – Secangkir Coklat Hangat Setiap Hari ... And for sure, I really like hot coklat!
Continue reading...
7 comments 9/25/2011 08:24:00 AM

keberuntungan yang 'sesuatu' banget' ...

Posted by isma - Filed under
aih, satu bulan absen cerita nih ...

anyway, liburan sudah selesai. aku sudah kembali lagi ke Hawaii, bergulat dengan tugas dan lepi, kadang semangat, sering juga aras-arasen. terhitung sejak 17 Agustus, kurang seminggu lebaran, aku bersama tiga temenku terbang ke tengah-tengah samudera pasific via Philippine. rute yang sama kami lalui ketika kami mudik pertengahan Mei yang lalu.

honolulu airport, mau mudik

Philippine airline menunya cocok di lidah indo ...

ngomong-ngomong soal perjalanan balik, ada cerita keberuntungan yang lucu sekaligus mendebarkan. bermula dari kebijakan Philippine airline (PAL) yang waktu mudik membolehkan kami membawa dua koper dengan berat @35kg, ples carry on dan backpack yang dibawa ke kabin. tentu dong, aku senang sekali, dan sudah siap dengan berbagai muatan untuk dibawa lagi ke hawaii. lumayan, dengan $100 bisa buat beli bahan bumbu dan sembako selama 1 tahun. aku bawa ketumbar, kemiri, bawang putih, bawang merah goreng, ikan asin, indomie, tauco, bumbu2 instant ... sabun dan shampo, odol sikat gigi, obat-obatan ... persis kayak mau buka toko. biar saja, daripada membayar mahal di hawaii, karena harganya bisa 3 kali lipat hehe.

tapi, tiba-tiba ada berita kalau kami hanya boleh membawa 23kg per koper. mulai deh, aku kalang kabut, dan berniat mengurangi muatan. tapi karena muatanku yang separo lebih sudah aku kirim duluan ke tempat adikku di jakarta, aku tidak ada pilihan selain hadapi dulu counter penimbangan, baru dikurangi muatan *gubrak*. akhirnya, terjadilah ada yang musti terjadi. di depan counter PAL, tak cuma aku, ketiga temenku juga membongkar koper masing-masing, untuk memenuhi prasyarat 23kg. punyaku lebih hampir 5kg dan aku sudah kebingungan mau dikemanakan kelebihan itu secara adikku sudah kembali ke rumah duluan, dan carry on juga back packku juga sudah penuh dengan buku-buku. secara aturan, dua tasku ini juga sudah melebihi muatan :(


manila airport, makan mie bersama

bersyukur alhamdulillah, si mbak lalu menginstruksikan kami untuk mengembalikan barang2 ke koper kembali, dan dinyatakan lolos timbang. tanpa menunggu, aku buru-buru merapikan koper dan yap. selamatlah dua koperku yang penuh muatan itu meluncur ke bagian bagasi. meski sempat heran, kenapa si mbak tiba-tiba berubah pikiran. "mungkin dia malu, karena kita ramai-ramai membuka koper di depan counter. takut orang-orang mengira kita diapa-apakan," begitu kata pak zul. aku senyum-senyum saja, sambil bersyukur dalam hati.

however, masih ada masalah lagi. carry on dan back packku juga melebihi muatan, apalagi ketika aku lihat, salah seorang temenku diminta menimbang dua tasnya yang dibawa ke kabin. mati deh! dan benar juga, tiba giliranku untuk menimbang koper kecilku. duh, bersyukur, beratnya 8kg -an, yang artinya tidak lebih banyak dari 7kg yang disyaratkan. lalu bagaimana dengan back packku? tempat semua buku-buku aku simpan. dijamin tak akan lolos timbang. kali ini aku diam saja, ranselku aku biarkan tetap di atas troli, dan memang posisinya agak di belakangku. hihi, aku kembali bersyukur, karena si bapak ternyata tidak memintaku menimbang ransel. alhamdulillah. selanjutnya, aku minta temenku yang hanya membawa satu ransel kecil untuk tukeran dengan ranselku yang besar. dengan demikian, aku yang membawa satu koper carry on dan ransel kecil punya temenku akan terlihat normal dan sesuai muatan.

sepanjang jalan, aku berdoa dan berdzikir, semoga diberikan kemudahan. karena ternyata begitu akan memasuki ruang tunggu, kembali ada petugas bersiaga. aku yang pertama kali melewati para petugas, dan selamat tanpa ada masalah. tapi begitu aku berjalan menuju tempat duduk, dua orang temanku yang berdiri di belakang tertahan. seorang teman diminta kembali ke counter karena tasnya terlihat melebihi muatan, dan tanpa label lolos muatan. sementara seorang lagi, terpaksa harus membayar satu harga bagasi, karena dia memang membawa tiga ransel. $100 melayang!

manila airport, setelah pemeriksaan minyak cendana hehe

ini benar-benar kejadian yang mendebarkan, dan bersyukur aku masih diberi keberuntungan. tapi, tidak pas di Manila airport. sebelum memasuki pesawat yang kedua, kembali ada pemeriksaan, kali ini malah sangat ketat. setiap tas dan kopper carry on dibuka satu-satu. dan, apes buat minyak cendana yang aku taruh di dalam koper. aku lupa meletakkannya di koper bagasi. dengan terpaksa, aku harus merelakan petugas memungutnya dan melemparkan benda mujarab buat pijetan itu ke tong sampah. Hiks! sayang sekali.
Continue reading...