28 February, 2011

4 comments 2/28/2011 03:30:00 AM

Tari-Menari di Hawaii

Posted by isma - Filed under
"Kamu di Indonesia biasa menari ya, Isma?" begitu Etsuko bertanya ketika kemarin siang, aku dan dia berjalan di bawah terik matahari menuju Ponahu School. Aku menggeleng sambil tersenyum. "Never," jawabku. Lalu, aku jelaskan kalau aku mulai belajar menari waktu aku di Jakarta untuk acara penutupan kursus bahasa Inggris tahun 2010. Waktu itu aku dan teman-teman menari sirih kuning khas Betawi. Mendengar jawabanku, teman dari Jepang itu terheran-heran sambil menjawab, "but your dance is so good." Dalam hati aku menjawab, of course-lah hehe.

Ngomong-ngomong soal menari, sekarang setiap Sabtu, aku punya kegiatan baru yaitu latihan menari hula, tarian khas Hawaii. Aku tahu tentang latihan ini dari Mika yang juga dari Jepang. Pelatihnya orang asli Hawaii, Tai namanya, dan dia mengajar di Pohanu school, tempat dulu Obama bersekolah. Kami tak dipungut biaya, karena uang $100 yang kami bayarkan sifatnya hanya jaminan supaya kami selalu masuk kelas, jika tidak, dia akan menarik $10 per absen. Di akhir kelas, ia akan mengembalikan uang kami setelah dikurangi berapa kali kami absen.

Selain sirih kuning dan hula, aku di sini juga belajar menari poco-poco dan rapai geleng yang mirip dengan saman. Biasanya setiap malam sabtu, indonesian students berkumpul di Hale Halawai untuk latihan bersama. Di Hawaii, skill menari sangat penting karena banyaknya cultural events untuk mementaskan budaya atau tarian dari macam-macam negara. Aku senang sekali bisa ikut pentas, menyalurkan hobi terpendam hehe.

sirih kuning - friendship circle

poco-poco - language of love

Friendship Circle adalah panggung pertamaku di Hawaii. Ini semacam pentas persahabatan menyambut mahasiswa baru diadakan oleh East West Center. Waktu itu, aku, Roma dan Erni menari Sirih Kuning. Dilanjut dengan undangan menari di Lions Club, semacam organisasi sosial di Hawaii, dan juga menari untuk NGO yang concern pada persoalan Thailand Immigrant. Satu minggu yang lalu, aku, Erni, Kak Ita, dan Saipul menari Poco-Poco dalam even language of love dengan menambah gerakan dari yang biasanya. Sama seperti waktu menari Sirih Kuning untuk Friendship Circle, kami mengajak penonton untuk naik panggung ikutan menari. Seru dan akrab. Sekarang, kami sedang persiapan untuk International Night dengan tarian Rapai Geleng, dan East West Fest yang katanya mau menari Padupa dari Makasar.

Tahitian dance

Sekarang, aku sedang jatuh cinta sama Hula. Gerakannya pelan dan lembut, biasanya diiringi musik tentang alam dan cinta, atau pukulan kendang (aku tidak tahu namanya). Tarian Hula berbeda dengan tari Tahitian yang lebih energik dan hanya memakai bra dan rok atas lutut warna merah ples gerakan pinggul yang seperti goyang ngebor. Setiap kali ada event, Tahitian dancer selalu tampil dan selalu menarik perhatian. Satu sisi terlihat skillful, tapi mungkin karena kostumnya, aku agak tidak suka. Tapi kalau Hula, dancer biasanya memakai kemben dan rok sampai bawah lutut, dengan gerakan yang lembut dan penuh penjiwaan. Mungkin karena tari hula sebenarnya adalah tari persembahan dan erat hubungannya dengan budaya lokal.

Dari pertemuan pertama kemarin, aku belajar lima gerakan dasar, tapi aku lupa nama-namanya, juga gerakan gabungan untuk tarian "menyambut sunrise" yang aku juga lupa namanya hehe. Penekanan ada di kaki dan paha, dan ini lumayan membuatku kaki dan pahaku linu-linu sampai sekarang. Tapi, bagus juga untuk membakar kalori dan olah raga. So far, ingatanku memang masih payah, tapi seperti kata Tai, "don't think but feel when you are dancing." Semoga ya, semakin lancar.
Continue reading...

13 February, 2011

3 comments 2/13/2011 03:46:00 AM

Dik Atha yang Mulai Berkata-kata

Posted by Isma Kazee - Filed under
foto diambil dari video, jadi agak bluur


Atha sudah mulai cerewet, begitu kata Ayah beberapa minggu lalu pas ada kesempatan nelpon. Kalau istilah Jawanya sudah membeo, menirukan apa yang didengar, meskipun pengucapannya belum sempurna. Contohnya, seperti 'acih' untuk terima kasih setiap dikasih sesuatu, 'ade' atau pakdhe, ayah, 'dok' atau dot alias mimik susu, 'bobok' atau bobok/tidur, 'utak' atau buka pas minta dibukain sesuatu, 'abe' kalau dia panggil kak abik, tanpa kak. Langsung deh kebayang bagaimana lucu dan menggemaskannya atha.

Kemarin ayah sempat nitip video Kak Abiq dan Atha buat aku sama temen yang kebetulan mudik. Lucu sekali memang. Atha tampak delidis, tidak bisa diam. Sambil ngoceh, ketawa, atau ngences hehehe. Atau, kadang pas nelpon, Atha juga ikut-ikutan, entah mainan hapenya atau ngomong nggak jelas. Tapi, dia belum bisa bilang ibu. Besok ya kalau ibu pulang, ikut training kilat hehe.

Beberapa hari lalu, di Hawaii tengah malam, ada suara ring telpon memecah kesunyian. Aku langsung gumregah mengangkat, tapi kok nggak ada suara. Aku bilang, halo, tak ada jawaban. Dan tiba-tiba ada suara, "Ata-ata..." Walaaah, aku langsung ngekek kesenengan. Ternyata Dik Atha to yang nelpon. Lalu ayah mewawancara Dik Atha, "Adik mimik apa Dik?" Dan Atha menjawab, "Doook." Aku kegirangan. "Kak Abiq mana Dik?" Trus Atha menirukan, "Abe Abe." Aku juga denger Atha panggil ayah, ayah. Jadi terharu. Lucunya lagi pas lampu hapenya mati, spontan dia bilang, "Ati, ati." Hehe, sudah ngerti dia sama mati lampu. Sayang Kak Abiq pas main sama Mbak Tami, dan tau deh akhir-akhir ini dia lagi puasa ngomong sama aku. Hiks, padahal kangen banget nih Kak.

Pagi tadi tumben skypenya bisa on lagi, setelah ganti provider internet, baru dua kali ini ayah skypean, dan kali ini lumayan stabil. Usut punya usut ternyata ayah pakai kabel data hape yang menghubungkan modem dengan antena. Yang bikin aku ketawa itu antenannya bukan bener-bener antena gitu, tapi alumunim buat jemuran baju atau ongkek yang ada di luar rumah. Jadi ayah buka laptopnya di depan pintu, karena panjang kabelnya cuma satu meter. Hehe, ada-ada saja. Tapi, terbukti berhasil. Dan, besok semoga bisa skypean langsung sama Kak Abiq dan Dik Atha, dan mendengarkan juga melihat Dik Atha yang mulai berkata-kata (hehe rymanya pas).
Continue reading...