23 November, 2010

3 comments 11/23/2010 04:22:00 AM

Selamat Ulang Tahun, Atha ...

Posted by isma - Filed under
23 November 2010, Kafkay Natha genap satu tahun. Atha lahir pada tanggal yang sama dengan aku dan ayah, sama-sama tanggl 23. Sementara Kak Abiq mundur sehari, tanggal 24. Kemarin sempat bertanya ke Kak Abiq, sudah ngucapin ultah belum ke Dik Atha? Jawabnya, aku juga ulang tahun kok Buk. Hehe, nggak mau kalah tuh si Kakak. Rencananya mau ngundang pengajian anak-anak seperti biasanya. Cuma, baru saja mereka ngaji di rumah untuk ulang tahun Mas Nabil, sepupunya Atha. Mungkin besok kalau pas Kak Abiq ulang tahun.

Tapi, ternyata Uti tak mau tinggal diam. Ayah cerita kalau besoknya Uti masak nasi "gudangan", isinya sayur-sayuran dan bumbu kelapa parut, sama sayur "sengek tempe", trus dibagikan ke tetangga kanan kiri rumah. Pas ayah tanya ke Uti, ini untuk apa. Jawab Uti, "Slametan denok." Duuh, jad terharu. Makasih ya Uti, sudah masakin buat slametannya denok Atha.

Di usianya yang genap satu tahun, Atha sudah belajar jalan, bisa ngucapin namanya sendiri, atha, maem, juga de de (panggilan buat pak dhe yang sering gendong hehe). Kalau ditanya, mana mata, dia akan tunjuk mata, hidung, telinga dan seterusnya. Tepuk tangan, kisbye, juga hafal. Alhamdulillah, sehat selalu ya ta ...

selamat ulang tahun yang pertama ya Atha
ibu berdoa untuk kebaikan, kesehatan, dan kebahagiaan Atha
ibu really miss you ...
Continue reading...

20 November, 2010

4 comments 11/20/2010 10:42:00 AM

Suara dari Seberang

Posted by isma - Filed under

Senang sekali, semalam Kak Abiq menyapa. Pas lagi maen sama Dik Atha, juga ayah. Perasaan suara Kak Abiq jadi lain, berubah lebih nandes dan terdengar seperti suara anak SD. Jadi terharu. "Ibu, Kak Abiq sudah bisa nulis latin," ucapnya. Maksudnya nulis huruf bersambung. Tidak satu-satu. "Oh ya, besok kasih lihat ibu ya kalau skypean." Kak Abiq mengiyakan. "Ibu, kirimannya sudah nyampe kemarin kemarin," ceritanya. "Oh iya. Trus, bagimana coklatnya, enak enggak?" tanyaku. "Enggak buk, wong itu lho ada mbleber-mblebernya." Aku tertawa mendengar istilah jawa mbleber-mbleber. "Hihi itu karamel, kak. Nggak suka ya. Lha besok kalau ibu kirim lagi mau minta oleh-oleh apa?" pancingku dan dijawab Kak Abiq dengan mantap, "Yupi."

Yupi, itu merk permen yang empuk dan kayak jeli. Hehe, ternyata tak berubah juga. Kemarin sebelum kirim paket, sempat milih-milih permen empuk juga, tapi gak jadi. Paketan dari hawaii ke jogja lumayan cepet. Aku pakai pos, nggak nyampai satu minggu. Cuma, biayanya lumayan mahal sih. Tapi, pikirku tak apalah. Buat mengganti kehadiranku yang sudah berbulan-bulan tak berada di dekat ayah dan anak-anak.

"Ibu, pak dhe, mama, sama bu dhe nakal," kali ini Kak Abiq berbisik pelan banget hampir tak terdengar. Dia mengadukan pak dhe dan budenya yang katanya nakal. "Emang pak dhe sama bu dhe ngapain?" Masih dengan bisik-bisik Kak Abiq menjawab, "Kak Abiq jatuh tapi nggak ditolongin." Duuh, rasane jadi terharu, campur senang karena Kak Abiq masih bisa curhat sama ibunya. Suara Kak Abiq juga berubah parau, mungkin matanya berkaca-kaca. "Emang mama nggak liat ya?" tanyaku. "Mama tuh lihat buk, tapi pura-pura nggak lihat," jelas Kak Abiq. "Oooh, sayang. Ya sudah, ntar ibu bilang ke ayah ya biar ayah bilang ke mama, kalau ada Kak Abiq jangan pura-pura nggak lihat. Gitu ya?" hiburku. Lalu, Kak Abiq menjawab iya. Rasanya pingin sekali memeluknya dan memastikan bahwa Ibu akan selalu melindungi Kak Abiq.

"Buk, gigiku yang atas ogek," katanya kemudian. Ogek itu bergerak-gerak tanda mau putus. "Terus yang putus kemarin sudah tumbuh bagus," lanjutnya. "Ohya, bagus dong. Nggak item-item lagi," balasku. Suer, aku masih belum bisa membayangkan bagaimana wajah Kak Abiq sekarang dengan gigi baru. Karena sebelumnya giginya yang atas pada grupis, item-item. "Bener kan Kak, kata bu dokter. Kalau gigi itemnya bisa tumbuh bagus lagi, jadi nggak perlu pakai kawat gigi," hehe. Jadi keinget waktu itu, Kak Abiq pingin pakai kawat gigi biar giginya nggak hitam-hitam. "Iya, trus kalau yang putus atas dibuang di bawah. Kalau yang putus bawah dibuang ke atas," kata Shinfa. "Besok sama ibu ke dokter gigi lagi ya?" ajakku. "Kapan?" tanya Kak Abiq cepat. "Kalau ibu libur, trus ibu pulang," jawabku sambil menerawang, duuuh masih 6 bulan lagiiii.

"Buk, Dik Atha lucu," Kak Abiq berpindah topik. Hehe, Atha semakin lucu memang, kata ayah. Semalam aku dengar dia menyebut namanya sendiri, "Atha Atha." Huhuhu, jadi terharu. Tanggal 23 November besok Atha ulang tahun yang pertama, tanpa ibunya. Hiks. Langkahnya masih satu dua langkah lalu terjatuh. Rambutnya masih saja jegrik hehe. Matanya sipit, dan lebih putih dari Kak Abiq. Atha juga lebih gemuk dari Kak Abiq. Makannya doyan, kata ayah.

Sekarang susu formula Kak Abiq sudah ganti. Semalam dia minta aku menebak, merk susunya apa. Aku pura-pura tidak tahu dan menyebutkan semua merk yang salah. "Trus apa dong," tanyaku menyerah. "P*di*su**," jawab Kak Abiq. "Waah, ganti to. Gimana kak, enak ya?" tanyaku surprise. "Enak buk, kayak SGM," jawabnya. Hihihi, aku ngikik. Masak sih sama kak, kalau gitu mending balik ke susu lama saja hehe.

Rasanya nggak ada puasnya ngobrol sama Kak Abiq, Atha, juga ayah. Dan pasti biasanya mereka yang menyudahi. "Sudah ya Buk, soalnya Kak Abiq sudah capek," pamitnya. Waduh, hehehe ngobrol aja kok capek. Dan, telpon pun berakhir. Besok nyambung lagi ya Kak ...
Continue reading...

12 November, 2010

4 comments 11/12/2010 12:09:00 AM

Untuk Sahabat

Posted by isma - Filed under

Suatu pagi seseorang mengetuk pintu kamarku, dan sebuah senyuman menyapa ketika aku membukakan pintu. “Isma, this is for you,” kurang lebih begitu ia menyapa sambil menyodorkan muffin blueberry ukuran medium. “Kamu pasti lapar karena sudah kerja keras semalaman.” Saat itu, aku memang merasa lapar, dan tiba-tiba Tuhan mengirim tetangga unitku yang baik hati itu untuk mengatasi laparku. Aku tersenyum sumringah, “You’r so kind. But, don’t you think you need the muffin?” Dia lalu menjelaskan kalau dia punya stock banyak muffin dan tak yakin akan bisa menghabiskannya sendiri. Dan, dengan senang hati aku pun menerimanya sambil mengucapkan banyak terima kasih.

Sahabat, teman, kawan, friend, atau apa pun sebutannya, menurutku adalah seseorang yang berada di level kedua setelah keluarga. Apalagi kalau kita sedang jauh di perantauan, mereka mungkin bisa menduduki posisi pertama sebagai seseorang yang dekat, saling berbagi perhatian dan pertolongan. Sepanjang umurku yang sudah kepala tiga, aku punya beberapa teman baik yang sudah seperti keluarga. Tapi, mungkin karena jarak, waktu, dan kesibukan secara tak sadar kami menjadi jauh, menjauh, dan tak ada kontak sama sekali.

Lalu, aku berpikir bahwa bertemu sahabat, teman, kawan, friend atau apa pun itu seperti kita bertemu dengan penumpang di sebuah bus atau kereta api, bercakap-cakap, kadang gayeng kadang basa-basi, lalu ketika sudah sampai di terminal atau stasiun yang kita maksud, kita akan terpisah untuk melanjutkan hidup masing-masing. Terus seperti itu, ketemu orang baru, menjadi baik, lalu berpisah. Bertemu orang baru lagi, menjadi akrab, lalu terpencar. Datang silih berganti, sampai berakhir kehidupan kita. Masih bagus jika setelah terpisah dan terpencar, kita masih menjaga pertemanan dan persahabatan, dan sepanjang pengalamanku bisa dihitung dengan jari. Malah, ironisnya kadang kita terpisah seperti dua orang yang bermusuhan. Aku kadang tak habis pikir, bagaimana bisa seperti itu.

Tapi, mungkin ada benarnya orang yang mengatakan bahwa “cinta dan benci itu berjarak tipis sekali”. Waktu berteman, mereka adalah sabahat sejati dan ketika terpisah mereka jauh lebih berjarak dibanding dua orang yang awalnya memang sudah bermusuhan.Bisa jadi perpisahan mereka karena ada konflik atau semacamnya. Ada yang memarahi dan dimarahi, ada tersakiti dan menyakiti, sementara tak ada yang mau memaafkan atau bisa dimaafkan. Tapi, menurutku kita bisa marah, merasa tersakiti, dan mau memaafkan tentu karena kita merasa dekat dengan orang tertentu bukan. Dan, karena itu kita merasa bahwa pertemanan kita jauh lebih berharga daripada keangkuhan kita untuk merawat rasa-rasa negatif dalam diri kita.

“Isma, I am gonna miss you a lot,” ucap temenku itu pelan, desember ini dia akan kembali ke negaranya karena program researchnya di UHM sudah selesai. Aku juga pasti akan merindukannya karena tak banyak kawan baik seperti dirinya. Pernah suatu hari ia mengajakku kalau-kalau bisa menemaninya ke long drugs. Sayang, aku belum submit response reading. “It’s okay, Isma. Do you need something that I can buy for you?” balasnya. Atau di kesempatan lain, dia menelponku karena waktu bertemu di dapur aku kelihatan capek katanya. “Are you okay? Do you want pop corn?” Atau pada hari yang lain dia mengetuk pintu kamarku dan mengantarkan dua biji apel …

Aku sebenarnya kadang berpikiran bahwa kebaikan dan kedekatan kami juga akan bernasib seperti pertemananku dengan kawan-kawanku sebelumnya. Bertemu, dekat, lalu terpisah seperti biasanya. Meski saat ini mungkin hati, pikiran, dan keinginan kita selalu mengatakan bahwa kita akan tetap keep in touch selamanya. Pada saatnya, cerita akan berulang, pada saatnya kita harus turun dari kendaraan dan melanjutkan perjalanan hidup masing-masing … But, anyway, terima kasih untuk setiap nama yang sudah sempat menjadi sahabatku … menjadi bagian dari warna-warna yang membuat indah cerita hidupku …

_____________
Thanks Mont …
Continue reading...

10 November, 2010

4 comments 11/10/2010 02:13:00 PM

Ingat Atha

Posted by isma - Filed under
Beberapa hari ini keingat Atha terus. Mungkin karena tiga hari lalu ayah bilang kalau Atha demam meski kemudian sudah sirep. Dan, seharian ini aku jadi tambah banget keingatnya, ternyata Atha demam lagi trus mau dibawa ke dokter. Dweeeh, kalau begini rasanya jadi pengen nangis. Rasanya pengen terbang saja, kabur balik ke Ngayogyakarto.

Sangat tidak mudah. Ini perjuangan yang berat, tinggal jauh dari anak-anak dan suami. Terutama kalau salah satu sedang sakit. Kebayang bagaimana Atha akan rewel dan gendongan. Saat-saat dia membutuhkan kasih sayang ibunya, dijaga dan diberi kehangatan. Begitu juga kalau dapat kabar Abiq demam. Dweeh, rasanya hancur hatiku.

Atha, Abiq, maafkan ibu ya Nak. Hiks, jadi sedih. Jadi hujan air mata ... Ibu selalu berdoa, untuk kesehatan kalian, juga ayah. Untuk keselamatan dan selalu dalam lindungan Allah tanpa kekurangan apa pun. Ibu memang jauh, tapi doa ibu tak pernah surut. Setiap detik, ibu merindukan kalian ...
Continue reading...