26 September, 2010

8 comments 9/26/2010 01:51:00 PM

Ngobrol sama Shinfa

Posted by isma - Filed under
sama pak dhe gentur, pas jalan2 ke bon bin

Di rumah Shinfa Labieq biasa dipanggil Abiq. Sementara adiknya, Kafkay Natha dipanggil Ata. Biar lebih gampang, disingkat Abata hehe. Miss you all girls ...

Ini cerita dari setelah lebaran. Bersyukur sekarang Abiq sudah biasa menerima telponku, lalu dia akan bercerita setiap aku tanya. Katanya, "Kak Abiq mau belajar Buk." Padahal malam Minggu. "Belajar apa Kak?" Lalu dia menjawab, "Baca, berhitung, sama Iqra." Masuk TK kelas B, Abiq sudah belajar berhitung, penjumlahan dan pengurangan. "Dari angka 1 maksimal angka 10." Aku tertawa mendengar dia menirukan jawaban ayah pakai maksimal segala. "Maksimal apaan Kak?" tanyaku. Abiq cuma diam. "Maksimal itu paling banyak." Dia cuma jawab o.

Lalu ganti bercerita tentang hafalan, kalau besok mau ada lomba hafalan "wailul", atau surat al-humazah. "Kakak sudah hafal kan?" tanyaku karena seingatku sebelum aku ke Hawaii, Abiq sudah mulai menghafal ayat demi ayat dari surat al-Humazah, dan disimak sama ayah. Setelah menjawab, iya lalu Abiq pun melafalkan surat itu dari awal sampai ayat terakhir. Jadi terharu ... "Kakak besok ikut lomba ya, kan sudah hafal." Dan Shinfa mengiyakan.

Obrolan berlanjut ke soal ... "Kakak masih suka nonton TV ya?" Abiq mengiyakan, salah satunya sinetron haha. Pas aku tanya judulnya apa saja, Abiq cuma bisa menyebut satu judul, Sinar. "Lainnya aku lali e buk." Weleh, ini pasti ketularan yang di rumah. Tapi, sejak Abiq kelas B TK, abis maghrib ayah selalu mengajak Abiq untuk belajar dan mematikan TV. Dan good girl, Abiq bisa mengerti kalau abis maghrib adalah waktunya untuk belajar, bahkan biarpun malam minggu. "Kak, bilang sama ayah. Kalau malam minggu kakak gak usah belajar, besok kan libur," aku ngomporin. Kata ayah, "Lha Abiq dewe je yang minta belajar. Yo ben wae to, kok malah dipenging." Ya, maksudku sih supaya Abiq tidak terus-terusan dan ntar pada saatnya harus belajar malah jadi bosan, dan terbebani. "Kita kan bisa ngingetin, malam minggu waktunya main-main semalaman. Belajarnya besok lagi." Dan, ayah diam saja.

gemeeeezzzzz liat pipi n gigimu ta ...

Abiq juga biasa bercerita tentang Ata. "Dik Ata ki lucu. Sukanya nggigit sama nggrawut," katanya. Ayah juga cerita katanya Abiq pernah kegemesen pingin gendong, trus nggledak (jatuh). Aduuuh, Nak. Dik Ata bukan boneka hehe. Mentang-mentang lucu, ginuk-ginuk ya. Kadang tengah-tengah telpon sama ayah, Ata suka merebut hape trus ikut nyeloteh nggak jelas. Aku suka sekali. Lucu dan gemes. Trus jadi pengen pulang, nah lho ...

Jadi ingat, pas aku bilang, "Besok kan minggu, kakak libur ..." Lalu Abiq bertanya, "Emang ibu mau pulang po?" Hehe dikiranya kayak aku di jakarta saja, tiap weekend pulang. "Ya belum. Sekolah Ibu kan belum libur. Liburnya besok kalau Kak Abiq liburnya lama, mau masuk SD." Abiq cuma ber-O. "Tahu nggak kak, Ibu di sini kalau pagi juga berangkat sekolah. Tapi jalan kaki, karena dekat. Trus, di kelas ngomongnya pake bahasa inggris." Abiq lalu menimpali, "Gimana itu Bu?" Hihihi, minta contoh dia. Aku jawab saja, "Misalnya, Hai I am Isma. I am from Indonesia, begitu Kak." Abiq pun cuma ber-o.

But, at least semua sudah biasa dan berjalan biasa sampai tiba waktunya untuk bisa berpelukan erat seperti biasanya ...
Continue reading...

15 September, 2010

3 comments 9/15/2010 01:08:00 AM

Lebaran di Hawaii

Posted by Isma Kazee - Filed under
Ini benar-benar pengalaman yang tak terlupakan.

Beberapa hari sebelum lebaran sudah terbayang bagaimana aku akan melewati malam lebaran yang sepi, tanpa takbir, celoteh anak-anak dan senda gurau dengan ayah, kesibukan menata kue-kue, atau jalan-jalan keliling jogja. Pasti menyedihkan dan aku sudah merencanakan akan menangis semalaman *hehe kayak lagu ajah*. Aku juga sudah browse takbiran di yutube, dan wanti-wanti sama ayah untuk menemani ngobrol di malam takbir meski jarak berjauhan. Semua sudah aku siapkan untuk hari bahagia yang seolah-olah akan menyedihkan itu.

Lima hari sebelum lebaran, teman-teman sudah ramai merencanakan bagaimana akan berlebaran. Sepanjang hari-hari itu, ayah tak pernah absen menelpon. Seperti biasanya, dia selalu membangunkan aku untuk sahur. Kalau di luar sana ada istilah setor muka, di sini ada istilah setor suara hehe. Dan, aku sangat berterima kasih. Di rumah, adik-adik yang tinggal jauh sudah pada mudik, mengajak Shinfa atau Atha jalan-jalan untuk beli baju baru. Soal ini aku nggak perlu khawatir, karena kami keluarga besar. Senang sekali melihat ayah memperlihatkan baju-baju baru atha n shinfa lewat skype. Bisa mengobati sedih karena biasanya aku dan ayah akan putar-putar jogja untuk mempersiapkan baju-baju untuk kami semua. Shinfa juga kelihatan senang, karena rumah ramai dan banyak teman.


Malam lebaran di Indonesia dan pagi harinya, aku secara bergiliran menerima telpon dari Jogja dan Pekalongan. Sungkeman jarak jauh. Satu per satu. Sementara di Hawaii, aku masih berpuasa. Malam lebaran di Hawaii, setelah takbiran sendiri di dalam kamar, dan berkaca-kaca sebentar, aku langsung ke dapur. Malam itu, dapur hale manoa heboh oleh mahasiswa indonesia dan kak sharima dari malaysia. Kami mempersiapkan menu masing-masing untuk potluck besok malam. Ada yang masak empal, rendang, sambal goreng kentang, bali telor, opor, ketupat, lontong atau abon. Malam sebelumnya, aku dan teman-teman bikin selonsong ketupat. Kebetulan ada daun kelapa yang pendek, jadi tak susah untuk mendapatkannya. Aku yang tidak pernah bisa bikin selonsong ketupat, malam itu jadi belajar dan bisa membuat barang empat atau lima hehe. Lumayan.

Pukul 01.00 dini hari, saya baru bisa kembali lagi ke kamar. Karena harus menyelamatkan lontong plastik yang gosong. Bener-bener deh. Sempat ngobrol sebentar dengan ayah sebelum tidur untuk persiapan shalat ied. Beruntung hari Jumat aku tidak ada kelas, jadi bisa benar-benar menikmati lebaran. Dari Hale Manoa aku dan teman-teman berjalan kaki menuju Manoa park untuk shalat ied, lumayan jauh.

Beberapa hal yang membuat berbeda dari shalat ied lebaran kemarin adalah kebanyakan jamaah dari Pakistan dan Timur Tengah. Takbirannya tidak bernada seperti takbiran indonesia. Jadi, lurus-lurus saja, malah terdengar seperti teriak-teriak. Yang memakai mukena hanya orang-orang dari Indonesia dan Malaysia. Selain kami, hanya memakai baju panjang dan jilbab atau kerudung. Sebagian berkaos kaki, tapi banyak juga yang berlengan terbuka dan rambut kelihatan. Dan, satu lagi, khotbahnya pakai bahasa inggris beraksen arab. Di luar tempat shalat, berupa gedung terbuka, sudah disediakan roti yang ditata di atas piring kertas dan minuman berupa minuman kaleng, sirup, dan kopi.




Usai shalat aku dan teman-teman sempat makan-makan dan bercengkerama dengan sesama orang Indonesia yang tinggal di Hawaii, sebelum kembali ke Hale Manoa dan menikmati lontong gosong, yang ternyata enak, dan opor ayam. Tak ada silaturrahim seperti di indonesia, jadi sebisa mungkin aku menghabiskan waktu dengan teman-teman supaya tidak sedih-sedih amat. Sore harinya, kami menggelar potluck ied mubarak dengan mengundang temen-temen dekat selain orang Indonesia. Hasilnya, ramai bukan main. Hal yang sama juga digelar di rumah Mbak Lina, pada hari Sabtu. Menyenangkan, paling tidak sebagai ganti saudara yang bisa dikunjungi pas lebaran.


Setelah itu, saat orang-orang rumah masih sibuk menerima banyak tamu atau berkeliling ke saudara jauh, di hawaii lebaran sudah berlalu. Bedanya, aku sudah bisa makan di pagi hari, dan tak lagi melakukan shalat tarawih di malam hari. Kembali pusing dengan tugas membuat response dan siap-siap masuk kelas seperti biasa.

Happy ied, mohon maaf lahir dan batin ...
Continue reading...

01 September, 2010

7 comments 9/01/2010 08:24:00 AM

anak dan ayah yang hebat

Posted by isma - Filed under
sama simak sebelum puasa kemarin, sengaja nengokin ke jogja

aku masih baik mengingat suara gelaknya, dulu sebelum sampai di negeri jauh ini. setiap aku gilik-gilik pinggangnya dengan kepalaku, atau aku angkat tubuhnya di atas tubuhku, aku peluk sambil berguling-guling di kasur. atha gemgeles, begitu istilahnya. ketawa yang lepas dan menggemaskan khas bayi. itu suara tawa kafkay natha, puteri keduaku.

kemarin malam aku mendengar suara tawanya, meski cuma lewat telpon dan sebentar lewat skype. masih sama, gemleges menggemaskan. kata ayah, di usia yang sembilan bulan, atha sudah bisa ngapa-ngapain, begitu istilahnya. "tangan hek mana," tanya ayah. maka atha akan mengangkat tangan kirinya. "dada dada," mendengar instruksi ini tangan atha akan bergoyang ke kiri dan ke kanan. "tepuk tangan...," atha pun akan menepukkan kedua tangannya dan akan terdengar suara cepluk-cepluk yang tak penuh. begitu pun ketika ajakan, "berdiri berdiri," ia akan bergerak, pegangan sesuatu dan mulai berdiri. ahh, sayang aku tidak melihat secara langsung, jadi susah untuk menggambarkan seperti apa gerakannya.

atha suka menggigit. semalam, waktu sore di indo, kakak abiq menangis karena kena gigit atha. aku suka tertawa melihat atha bergelanyutan di bahu ayah, sambil berusaha menggigit. haha, pasti penasaran mau menguji coba giginya yang baru. sudah ada dua gigi di atas, setelah gigi duanya yang di bawah tumbuh. hanya saja, rambutnya belum tumbuh sempurna, jadi masih seperti cowok. sayang juga aku tidak tahu bagaimana persis berat tubuhnya sekarang. aku belum bisa menggendong ...


semalam, sebelum tidur... tiba-tiba aku melihat foto shinfa yang aku ambil lewat skype. shinfa sedang naik sepeda barunya, dan menoleh ke arah kamera. dia sengaja memperlihatkan sepedanya ke aku. detik itu juga, aku menyadari kalau shinfa juga sudah tumbuh lebih besar, tentu saja. air mataku runtuh seketika. sedih sekali rasanya, ia dan adiknya tumbuh tanpa aku di dekat mereka. "iya, dia sudah tinggi. dasarnya tinggi emang. sama tami saja sudah hampir sama," begitu cerita ayah. dan semakin sesaklah aku menangis... tersedu-sedu. aku membayangkan, pada saatnya aku ketemu, mungkin shinfa sudah setinggi aku ... tiba-tiba ... dan dia sudah 6 tahun.

sebelumnya, shinfa selalu bertanya kapan ibu pulang. sekarang, sudah tidak lagi. kadang dia mau berskypean denganku, kadang dia memilih bermain-main dengan tami, nabil, atau atha. aku selalu meminta ayah untuk menjelaskan ke shinfa kenapa aku harus berada di sini. "abiq sudah paham kok. katanya, ibu pulang kalau aku sudah besar ya yah. takjawab, iya," begitu ayah bercerita. dia sudah terbiasa, dan pasti akan baik-baik saja. semalam di tengah tangis, ayah meredam perasaanku, "mereka besar dan tumbuh tidak sendiri. ada aku ayahnya yang siap sedia di dekat mereka."

anak-anakku, ibu tahu kalian hebat. dan tumbuh dan besarlah kalian bersama ayah kalian yang juga hebat.
Continue reading...