28 May, 2010

4 comments 5/28/2010 12:30:00 PM

Gaya Tidur

Posted by isma - Filed under

Atha sudah 6 bulan. Sudah bisa bolak-balik tengkurap. Kadang dengan posisi memiringkan badan seperti mau duduk. Karena itu, kalau pas atha tidur, aku atau ayah harus rajin mengontrol, supaya tidak kejadian jatuh dari tempat tidur. Kalau malam, biasanya ayah yang ambil posisi tidur di tepian tempat tidur, supaya atha tidak menepi dan jatuh. Harapan kami sih, atha tidak akan pernah jatuh seperti yang dialami kakaknya, shinfa, waktu bayi.

Soal tidur, atha memang berbeda sekali dengan shinfa. Kalau shinfa, cukup dikasih asi selesai, malah akunya ikut tidur sekalian. Kalau mau nidurin atha,harus pakai acara menggendong sambil ngedot. Kadang kalau sudah kenyang, atha akan menyembunyikan kepalanya ke ketiak yang nggendong sambil ngoceh bersuara, dan lama-lama suara itu akan hilang seiring matanya yang terpejam.


Bedanya lagi, shinfa kalau tidur posisinya suka terlentang atau miring. Tapi, kalau atha, suka posisi tengkurap. Dengan tengkurap, atha bakal betah tidur lama. Kalau diterlentangkan, dalam beberapa menit pasti akan mbalik tengkurap lagi. Atha juga sering berkeringat. Kalau tidur, bagian kepalanya pasti penuh berjagung-jagung keringat hehe. Seingatku, shinfa dulu tidak begitu.

Aku paling suka memperhatikan atha yang terlelap selesai ngedot dalam gendonganku. Nyaman banget. Meski atha sering aku tinggal, toh ketika aku di rumah seperti sekarang ini, ternyata atha lebih gampang tidur dalam gendonganku, dibanding ayah. “Apa gendonganku nggak enak ya?” gumam ayah hehe. Dan, tentu saja ini membuatku seneng karena seperti menemukan kembali kedekatan bersama atha.
Continue reading...

08 May, 2010

2 comments 5/08/2010 12:12:00 PM

Acara Enam Bulanan

Posted by isma - Filed under
Bagi bayi yang memasuki usia 7 bulan akan diadakan acara “ngedun-ngedunke” yang artinya menurunkan si bayi supaya kakinya menjejak bumi. Begitu umumnya di Pekalongan. Tidak harus sih, karena sifatnya opsional. Prosesinya juga tidak selengkap upacara menjejak bumi seperti yang diadakan oleh para artis *hehe ketahuan suka nonton gossip*, yang ada proses nginjak jenang warna-warni. Kalau di kampungku, cukup dengan mbubur cadil, alias membuat bubur cadil lalu dibagi-bagikan ke tetangga sekitar. Sebagai tambahan adalah melempar koin-koin uang atau kalau uang kertas dimasukkan ke dalam sedotan untuk diperebutkan.


Umur atha belum 7 bulan sebenarnya, malah belum genap 6 bulan. Tapi, mumpung bisa ke Pekalongan, akhirnya simak berinisiatif mbubur cadilke atha. Bubur cadil itu terbuat dari tepung beras sama gula merah dan santan. Sebagai isi dibuat cenil dari tepung beras juga dan kelapa yang diiris kecil-kecil. Acaranya dilangsungkan hari Jumat, 7 Mei 2010. Mengerahkan tukang njait di rumah untuk rewang-rewang. Bakda jumatan, bubur dibagi ke tetangga dan saweran uang koin di depan rumah.

Atha digendong sama abah, yang nglempar-nglempar uang campur beras kuning simakku. Jadi ingat acara cukuran bayinya shinfa pas berumur 40 hari. Waktu itu juga ada sawuran uang koin. Banyak juga tetangga yang berdatangan, berebut uang yang dilempar. Dari anak-anak sampai orang tua. Kalau soal sawuran duit, dijamin mudah deh ngumpulin orang kampungku hehe.



Selesai sawuran duit, orang-orang yang ada di depan rumah dikasih bubur cadil yang dibungkus plastik kotak kecil. Kami menyebutnya “bancakan”. Bedanya dengan bancakan untuk cukuran shinfa, yang dibagikan adalah nasi dan lauk yang ditempatkan pada daun pisang yang dibentuk semacam mangkuk, disebut takir. Mereka semangat juga untuk berebut mendapatkan bagian.

Acara ini sebenarnya sebagai ucapan syukur, atha sudah masuk 6 bulan. Semoga selalu sehat dan semakin bertambah kecakapannya, amiin.
Continue reading...