27 April, 2010

4 comments 4/27/2010 11:21:00 AM

Lucunya Anak-Anak Ituuuu ...

Posted by isma - Filed under
Satu hal yang aku rencanakan ketika bisa tinggal di Jakarta untuk beberapa bulan adalah menemui beberapa kawan lama yang sudah bertahun-tahun terpisah. Yang pertama adalah Ani Hanifah. Kawanku semasa kuliah di Jogja, satu kelas penataran P4 tapi beda fakultas. Asalnya dari Tegal, tapi lama tinggal di Jogja karena ia sekolah di Muallimat Jogja. Kemudian memasuki semester 3, Ani pindah ke Akademi Gizi di daerah Godean, dan praktis sejak saat itu kami jarang ketemu.

Dengan Pakuan Ekspres, aku menuju Bogor. Ternyata tidak ada 30 menit sudah sampai. Tak lama menunggu, Ani kemudian datang menjemput. Hampir 10 tahun nggak ketemu, sepertinya Ani tak banyak berubah. Tetap tinggi kurus hehe. Yang berubah mungkin sekarang dia sudah berputeri dua, Naura si sulung sudah mau masuk SD, sementara Nurma si adik, baru berusia satu tengah tahunan.

naura dan nurma

“Is, jangan heran ya sama Naura, dia sukanya omooooong terus,” kata Ani. Dan, ternyata memang benar. Dalam waktu tak kurang dari satu jam, ketika aku tengah berbaring di kamar, Naura sudah beraksi, “Aku panggilnya tante aja ya.” Hehe, pinternya anak ini. Lalu, mulai deh aku wawancara. Nama lengkapnya siapa, sekolah di mana, ada berapa jumlah teman-teman di kelasnya… Naura pun bercerita seperti dengan kawan mainnya, sampai memutar otak mengingat nama teman-temannya satu per satu. Hihi, lucu… jadi keinget Shinfa. Dan, malam itu aku tidur sekasur sama Naura.

Naura juga punya hobi yang sama dengan Shinfa ternyata, main kamera dan memotret diri sendiri. Hehe. Gayanya juga sama, menutup mulut sambil tersenyum. Tahu kenapa? Karena giginya habis alias grupis. Kalau pas difoto meringis atau tertawa kebuka, dijamin grupisnya bakal kelihatan. Dia juga pinter menggunakan kamera. Meski baru sekali ini pegang, hasilnya tidak goyang dan bagus. “Besok aku mau beli kamera ah,” gitu katanya.

Sementara si adik, Nurma, suka sekali jalan-jalan dan merebut Hape besarku. “Hape’ e,” gitu dia bilang. Sampai aku harus main sembunyi-sembunyian hape supaya nggak dibuat mainan. Dia masih minum ASI. Satu hal yang membuatku iri setengah mati sama Ani, masih menyusui. Hiks hiks hiks. Sedih deh, keinget Atha yang sudah harus aku sapih di usianya yang ke-40 hari. Huhuhu, maafin ibu ya Nak. Tapi, ibu yakin kamu akan jadi anak tangguh dan luar biasa, amiiin.

Selesai dari Bogor, beberapa hari berikutnya aku melawat (alah) ke Pasar Minggu. Ada adik kelasku dulu ketika di Pesantren, namanya Masfufah dan biasa dipanggil Paul. Dari stasiun pasar minggu lama cuma jalan kaki. Di rumah Paul, suasananya lebih ramai karena anaknya sudah 3, cewek semua: Najwa (Awa), Najla (Lala), dan Najma (Ema). Hihi, ketiganya mirip satu sama lain, terutama mata dan rambut. Lucu-lucu dan pintar.

bareng ema, batre kamera diambang habis neh hehe


Si Kakak kelihatan sekali kalau ia bertanggung jawab. “Kakak, kamarnya dibersihin dulu,” kata si Umi. Maka, Awa segera bergerak mengambil sapu dan membereskan kamar belajarnya yang mau aku pakai untuk tiduran. Usianya hampir 9 tahun (atau 10 tahun aku lupa persisnya). “Tante asalnya dari mana?” ia bertanya. Aku tersenyum. “Coba tebak ya. Tante berasal dari kota yang ada malioboronya, trus pantai parangtritis, kraton…,” jawabku. Waktu itu trio Naj sudah ambil posisi masing-masing, duduk melingkar mengelilingiku. Lala bukannya menjawab malah menantang, “Kita juga punya tebakan, Tante…” Hehe, jadilah kami main tebak-tebakan.

“Tante, ntar kalau Ema tanya nggak usah dijawab. Dia cerewet, kalau tanya nggak ada habisnya,” kata Awa. Aku tertawa, “Ah masak iya. Nggak ada berentinya gimana?” Awa lalu menjelaskan, ”Dia kalau tanya itu sampai ke akar-akarnya.” Lagi-lagi aku tertawa, lucu bener. “Kalau Ema itu cerewet, aku suka nangis, kalau Kak Awa suka ngambek,” lanjut Lala. “Waah, punya ciri sendiri-sendiri ya. Mmm, kalau Umi suka gimana?” tanyaku. Dan serempak tiga bidadari itu menjawab, “Suka maraaah.” Hihihi, aku ngikik. Di mana-mana kali ya yang namanya mamah, ibu, umi, bunda, labelnya pasti deh suka marah… Untung si Paul lagi rapat sama ibu-ibu di luar rumah hehe.

Malamnya, IIn yang juga adik kelas di Pesantren, datang bersama dua jagoannya, Syauqi dan Syarif, ples satu jabang bayi di perutnya yang sudah memasuki 8 bulan. Hihi, hebat sekali ya mereka, sudah punya momongan 3, mengalahkan aku, kakak kelas tiga tingkat. Kalau Syauqi dan Syarif, mereka masih malu-malu. Tidak tertarik kali ya sama aku hehe. Diajak salaman saja ogah. Mereka lalu bermain muter-muter sama trio Naj, sementara aku sambil berbaring karena menahan nyeri perut, bernostalgia sama bundanya.

pakih dan denik

Di Pasar Minggu selain ketemu sama Paul dan IIn, juga ketemu sama pasangan Denik dan Pakih. Mereka kawan baik juga dari Surabaya tapi karena pekerjaan keduanya akhirnya menetap di Jakarta, baru-baru ini juga. Sayangnya, anak mereka, si Baim, belum diajak ikut serta jadi aku belum bisa cerita bagaimana obrolanku dengan cowok satu tengah tahun itu. Mungkin pada lawatanku yang entah kapan, kalau mereka sekeluarga sudah berkumpul, baru akan terdengar celoteh lucu si Baim, dan mungkin juga adik-adiknya ya.
Continue reading...