26 February, 2010

6 comments 2/26/2010 09:05:00 PM

Aku, Saat Ini ...

Posted by isma - Filed under
Hai temans, apa kabar. Aku datang lagi nih. Aku sudah punya adik. Sudah 3 bulan. Seneng dong karena setiap hari ada yang aku main-mainin. Hihi. Aku cium-cium, juga gemesin. Sampai Atha kadang malah jadi nangis, juga kebangun dari tidurnya. Abis dia lucu banget. Ndut dan suka ketawa.


Tapi, aku juga sedih. Ibu sekarang jarang di rumah. Paling dua minggu sekali, aku bisa tidur sama ibu. Itu juga paling lama tiga malam. Aku sering tanya ibu, “Kapan kerjanya nggak pakai nginep lagi?” Ibu tidak menjawab dengan pasti, malah menghibur, “Ibu kan selalu pulang to, selalu telpon, selalu bawain oleh-oleh.” Padahal aku ingin jawaban pasti. Ah, tapi sepertinya ibu belum bisa memastikan kapan kami bisa bersama setiap waktu seperti dulu. Malah, kemarin ketika aku bertanya lagi, ibu menjawab, “Mbak, Ibu sekarang ini sedang sekolah, dan harus nginep. Pulangnya kalau libur saja. Sama kayak sekolahnya Mbak Abiq. Kalau libur kan nggak sekolah.”

Sekolah lagi? Aku mikir-mikir. “Mbak Abiq mau kalah pinter sama ibu?” tanya ibu. Spontan aku menjawab,”Enggak. Mbak Abiq lebih pinter.” Ibu tertawa. “Ya makanya Mbak Abiq harus rajin belajar ya. Biar lebih pinter. Biar Ibu kalah neh.” Aku mengangguk. Meskipun dalam hati aku masih saja ingin dapat jawaban yang pasti, yang enggak bohong, kapan aku bisa dikeloni ibu setiap malam, bisa dsuapin ibu setiap makan, dan ditemani mandi setiap pagi dan sore. Sekarang aku cuma bisa cerita ke ibu lewat telpon, kalau pas ibu tidak di rumah. Tentang sekolahku, tentang ngajiku, tentang ... suami-suami takut istri hihihi. Asal aja nih aku sekelebat melihat. Dan, ibu selalu mendengarkan dan lalu bertanya ini itu yang lain.

Aku sudah bisa menulis angka dari 1 sampai 20. Kemarin pas ibu pulang dan melihat tulisan angkaku, ibu jadi kaget dan bilang, “Wow, jempol.” Terus ibu mencium pipiku kanan kiri sebagai hadiah. Juga, pas ibu mendengar aku belajar membaca. Ibu juga tertawa senang waktu aku menjelaskan bagaimana caranya berenang. “Kata Bunda Sarah, kaki lurus, tekuk, membuka, lurus, tekuk, membuka, gini Buk.” Maklum, ibu nggak bisa renang sih hihihi.


Bersyukur deh, di rumah ada banyak orang, selain ayah dan Atha. Kadang kalau ayah bikin nangis, aku mengadu sama ibu lewat telpon. Dan, ibu akan memarahi ayah karena sudah membuatku menangis hehe. “Udah Mbak, ntar ayah ibu slentik ya,” gitu ibu menghibur. Ya, aku jelas selalu kangen sama ibu. Tapi mau bagaimana lagi. Mungkin sekarang aku belum bisa mengerti, kenapa ibu sering nginep. Suatu saat, kalau aku sudah besar, pasti aku akan mengerti. Dan, pasti aku akan bangga karena punya ibu yang sekolah dan pinter.

Ohya, aku sekarang sedang menunggu bulan mei, bulan yang dijanjikan ibu kalau kami berempat mau tinggal lama di Pekalongan. Mungkin di bulan itu ibu sedang libur panjang dari sekolahnya. Bulan mei. Dan waktu ibu bilang itu, aku jawab, ”Oke buk. Mantap!” hehehe.

Sudah dulu ya ceritaku. CU...
Continue reading...

07 February, 2010

7 comments 2/07/2010 04:20:00 PM

7 Februari 2004

Posted by isma - Filed under
Berapa tahun sih aku dan ayah menikah? Aku tak bisa langsung menjawab, tapi pasti harus menggerakkan jari untuk menghitung. Untung ayah lebih cepat memberikan bantuan jawaban, kalau sudah 6 tahun kami menikah. Wow... satu lusin ya, Yah. Hehe. Dan, lihatlah ... sudah ada dua peri cantik-cantik melengkapi keberduaan kami.
Shinfa Labieq dan Kafkay Natha.


Seperti yang ayah doakan, aku juga berdoa semoga kita selalu rukun, nyaman, damai, bahagia, dan selalu mendapat berkah dalam segala hal. Kita makin saling memperhatikan dan mengerti, meskipun berjauhan. Amiin.

Meminjam kalimat tutorku,
“I know how hard it is not being able to love each other in person and share the warmth of love. However, I know that our love is never less than before and we have managed to share our love
in whatever way possible.”

So, keep fighting yaaa...
Continue reading...

04 February, 2010

5 comments 2/04/2010 03:20:00 PM

Shinfa dan Sekolah Baru

Posted by isma - Filed under

Kayaknya sudah hampir satu abad nih tidak bercerita tentang Shinfa Labieq-ku hehe. Tanggal 24 Januari 2010 kemarin dia genap berusia 5 tahun. Sudah punya adik satu, dan resmi sekolah di TK Salsabila Alif Tumut Moyudan Sleman Yogyakarta. Makin pinter dan cantik (ehem).


Ngomon-ngomong soal sekolah, pertama, Shinfa sekolah si kelompok bermain Salam. Tapi, sejak ada perubahan jadwal hari Sabtu ke hari Jumat, Shinfa berhenti karena aku nggak bisa nganterin. Secara Jumat kan aku harus nguli. Setelah itu, Shinfa lebih sering bermain-main di PAUD, di kampungku, tiap hari Sabtu. Tapi, di PAUD pun kemudian berhenti sejak kehamilanku. Aku jadi malas dan nggak kuat duduk lama-lama. Bosen dan pegel.

Praktis sejak Mei 2009 Shinfa tidak sekolah. Bermain di rumah saja dan mengaji iqra’ tiap sore di pondok pesantren dekat rumah. Kadang aku tawarin untuk sekolah, dia bilang mau sekolah tapi ditungguin sama ibu. Jelas tidak bisa. Sampai mendekati hari perkiraan lahir, aku pikir Shinfa harus sekolah supaya ketika aku cuti, dia tetap bisa mandiri dan tidak merasa aku duakan juga dengan sang adik karena dia sudah disibukkan dengan aktivitas sekolah. Cuma masalahnya, Shinfa belum mau sekolah tanpa ditungguin.

Sampai kemudian, keluarga Mbak Anik, mbaknya ayah, resmi menetap di rumah. Mereka pindahan dari Riau. Ada Nabil (1th), si bungsu, yang mau dititipin di TPA Ananda dari pagi sampai siang karena ditinggal kerja bapak ibunya. Mungkin karena di rumah semakin sepi tidak ada teman dan melihat Nabil yang kecil aja lebih berani, akhirnya Shinfa mengiyakan ketika aku tawari sekolah tanpa ditungguin.

Hari pertama aku cuti adalah hari pertama Shinfa sekolah. Diantar ayah dan ibunya. Dia langsung bilang, “Udah, ibu pulang saja.” Shinfa juga sudah langsung mau ikut bermain dalam kelompok ketika kelas dimulai. Benar-benar perubahan 180 derajat dari Shinfa yang sebelumnya, takut dan tidak mau jauh-jauh dari ibunya.

Sekarang sudah berjalan dua bulan. Shinfa ikut sibuk ketika di pagi hari seisi rumah pada siap-siap ke tempat aktivitas masing-masing. Bangun tidur langsung mengikuti paket makan dan mandi. Pakai seragam dan diantar Mbak Uwik ke sekolah. Semula dijemput antar sama Bunda Peny, gurunya. Tapi, akhir-akhir ini untuk pulangnya jadi kesiangan, jam 2, karena harus menunggu Bunda Peny ikut evaluasi guru. Lalu, aku ngobrol-ngobrol sama ibunya Inaz, temen sekolah Shinfa, bagaimana kalau kami bekerja sama untuk antar jemput. Hasilnya adalah, untuk berangkat, Shinfa dan Inaz diantar Mbak Uwik, untuk pulang dijemput sama ibunya Inaz.

Di sekolah Shinfa tergolong cepat untuk belajar. Ini laporan dari Bunda Umu ketika pembagian raport Desember lalu. Dia nggak kalah sama teman-temannya yang sudah lebih dulu masuk, di awal tahun ajaran. Seperti pembiasaan belajar membaca. Dia bisa membaca sampai pada bunyi vokal ganda ai, yang kadang susah untuk dibaca. Cuma, pada jam siang, Shinfa sering ketiduran. Terlihat mudah capek. Mungkin karena kalau malam tidurnya terlalu larut dan harus bangun pagi-pagi. Belum lagi kalau siang maunya maiiiin aja sama Tami dan Nabil. Di sekolah ngantuk, tapi giliran sampai di rumah diajak tidur siang dia tidak mau.

Tiap abis maghrib selain ngaji Iqra’ Shinfa juga belajar, meski kadang masih semau dia. Ya namanya juga anak-anak. Momen paling akrab untuk keluargaku ya habis maghrib. Biasanya aku, ayah, Shinfa dan Atha akan ngumpul di kamar. Ayah ngajakin Shinfa menghafal surat lalu belajar membaca. Aku mendengarkan sambil meninabobokan Atha. Hmmm... nyaman banget. Hmmm, jadi kangen, jadi pengen pulaaaang...
Continue reading...