23 January, 2010

4 comments 1/23/2010 03:27:00 PM

Cerita untuk Kafkay Natha

Posted by isma - Filed under
Atha, 2 bln

Sebelumnya ibu minta maaf ya Nak. Ibu tidak bisa memberimu ASI genap 2 tahun seperti yang sudah ibu berikan untuk kakakmu, Shinfa. Pada usiamu yang genap 40 hari, ibu harus sudah pergi meninggalkanmu. Memutus paksa ASI yang justru sedang banyak-banyaknya. Ayah bilang, seminggu setelah perpisahan kita, Atha selalu menangis tiap malam sebelum tidur. Membuat seisi rumah juga ikut berlinang air mata. Anak sekecil itu sudah harus berpisah dengan ibunya...

Itulah kenapa kemudian pada mudikku yang pertama, seminggu di Jakarta, aku kembali menyusui Atha. Dua hari di rumah, Atha anteng dan tak banyak suara. Mungkin ayem ditungguin sama ibunya lengkap dengan ASI. Kangenku menyusui Atha juga terobati. Semula ayah bilang, sudah nggak usah disusui. Tapi, aku tetap menyusui. Toh Atha juga masih mau dan malah lebih anteng.

Tapi, ternyata pada malam aku harus kembali ke Jakarta, Atha kembali rewel. Sambil menggerak-gerakkan kepalanya ke samping, seperti mencari-cari ASI. Aku jadi merasa bersalah, dan mau tidak mau memang aku harus tega untuk tidakmenyusui Atha lagi. Ayah juga minta itu supaya dia terbiasa ketika aku tinggal dan tak ada ASI. Suer, ini hal paling berat yang harus aku lakukan selama menjadi ibu. Hamil dan melahirkan dengan segala kepayahan, memang berat tapi justru karena kepayahan itu adalah jalan mendapatkan Atha. Tapi, menyusui, aku harus merelakan moment-moment indah menyusui sebagai seorang ibu. Jauh lebih berat!

Ibu juga minta maaf, tak bisa lagi mengikuti setiap detik perubahanmu Nak, secara langsung seperti yang ibu lakukan untuk kakakmu, Shinfa. Di rumah cuma dua atau tiga hari, terlalu singkat untuk mengamati setiap detik perubahan dan perkembanganmu. Paling ayah akan bercerita, tentang suara-suaramu, kelucuan gerakmu, dan rewelmu pastinya.

Atha sudah dua bulan pada 23 Januari kemarin. Berat badannya 5kg 3ons. Aku berkesempatan menemaninya imunisasi DPT-Polio I pada 26 Januari kemarin. Waktu itu ia jadi agak demam karena reaksi imunisasi. Sekarang, Atha sudah bersuara dan tersenyum jika diajak bicara. Suaranya semakin jelas. Matanya sudah bisa menatap ke satu perhatian. Tidur juga sudah tak lagi menetap, pasti akan bergeser. Jika tidak sedang ngantuk atau haus, Atha akan diam berbaring di kasur, nggak menangis atau rewel. Menggemaskan!

Kalau menurut teori, sekarang adalah saatnya untuk merangsang supaya bisa tengkurap. Lagi-lagi, aku tidak bisa intens melakukannya karena jarak. Sekali lagi maafkan ibu ya Nak. Ibu sebenarnya juga sedih dan sakit. Tapi, ibu yakin kamu adalah pejuang, seperti juga ayah dan kakakmu, yang akan berjuang untuk kemenangan kita. Suatu saat nanti.

Sehat selalu ya Atha, cepat besar. Ibu love u so much... ummmuah!

Continue reading...

12 January, 2010

5 comments 1/12/2010 12:20:00 PM

Kejutan dari Tuhan

Posted by isma - Filed under
Kejutan apakah itu?
Kejutan pertama, jelas lahirnya Atha. Meskipun sudah didahului dengan hamil, berat badannya yang 3,7 kg dengan proses yang normal dan cepat, buatku adalah sebuah kejutan. Anugerah yang menjadikan aku sebagai ibu-ibu beranak dua hehe.

Dimulailah hari-hari baru sebagai ibu dari seorang bayi. Meskipun ini pengalaman keduaku, tetap saja aku kagok ketika punya momongan lagi. Terutama kalau Atha nangis-nangis nggak mau diam. Jadi bingung harus bagaimana. Sampai Uti ikut turun tangan, gantian menggendong keliling rumah. Soal capek, hehe jangan ditanya. Apalagi karena menyusui. Tengah malam, saatnya orang terlelap, aku sambil dengat-dengut terbangun karena krukat-kruketnya Atha, pertanda minta minum. Terutama daerah punggung, pinggang, lengan, dan kaki. Hehe, banyak banget ya. Tapi, tetap rasanya sedap, nikmat, dan menyenangkan. Puas rasanya bisa menyusui, mendengar suara lembut lahapnya Atha mimik susu, juga melihat gerak lembut pipi tembemnya. Atau, sesekali merasakan sakit karena gigitan gusi ompong Atha yang terlelap usai minum. Hmmm... aku merindukan semuanya.

Tapi, hari-hari baru itu cuma sampai 40 hari pas. Pada hari ke-41 aku sudah harus menjalani har-hari baru yang lain dikarenakan kejutan kedua dari Tuhan. Bukan sebagai emak-emak yang punya momongan baru, melainkan sebagai perantau, sebagai mahasiswa, sebagai anak kost ...

Sudah satu minggu aku tinggal di Jakarta, meninggalkan ayah, abiq, juga bayiku yang baru satu bulan, atha. Ceritanya, dimulai pada Agustus 2008 aku mengikuti seleksi beasiswa studi dari IIEF (The Indonesian International Education Foundation). Dari pra pendaftaran, seleksi administrasi, test toefl, sampai wawancara pada bulan April 2009. Dan pas pengumuman terakhir pada bulan Oktober 2009, aku dinyatakan belum lulus. Mengulang kegagalan seleksi pada tahun sebelumnya.

Ya, kecewa sih. Apalagi ketika aku masukin pra pendaftaran lagi, di tahap pertama ini aku sudah tidak lolos. Huwaaaa, semakin berlipat kecewaku. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku pikir, mungkin rezeki sekolahku tidak di IIEF, dan aku masih harus konsentrasi dengan keluarga dan pekerjaanku sekarang.

Tapi, tiba-tiba ketika sebelum melahirkan, bulan November 2009, aku dapat telpon dari IIEF di Jakarta. Si Mbak pada awalnya bertanya kabarku, aktivitas, dan apakah sedang sekolah atau mendapat beasiswa dari lembaga tertentu. Endingnya, si Mbak mengabarkan kalau aku bisa jadi akan terpilih untuk menerima besiswa studi dari IIEF. “Banyak berdoa saja, Mbak. Minggu atau bulan depan kami telpon lagi. Semoga ada kabar baik.”

Wow, ini kejutan. Senang sekaligus bingung. Bagaimana kalau jadi beneran keterima, bagaimana dengan bayiku, bagaimana dengan ininya dan itunya. Saat itu, aku tidak berdoa untuk keterima. Tapi, berdoa, terserah Allah sajalah. Dia tahu yang terbaik. Kalau memang keterima, pasti Dia akan menyediakan perangkat supaya aku bisa menjalani konsekuensi dan rencananya. Dan, ternyata, pada bulan Desember, dua minggu setelah melahirkan, aku kembali ditelpon dan mendapat kabar kalau aku terpilih sebagai calon penerima beasiswa dari IIEF untuk International Fellowships Preogram (IFP). “Januari Mbak Isma bisa ke Jakarta kan?”

Banyak yang bilang kalau beasiswa ini rezeki yang dibaya Atha. Istilah jawanya, “Rezekine bayimu.” Jadi, ada dua rezeki, selain kelahiran bayiku juga beasiswa ini. Mungkin tidak cuma aku yang bingung, ayah juga dua keluarga besarku. Bingung antara bahagia campur sedih. Bahagia, karena finally aku berhasil mendapatkan apa yang aku usahakan selama hampir dua tahun mengikuti seleksi. Sedih karena aku harus melepas ASI dan bayiku, bersama ayah dan Abiq.

Tapi, ya lagi-lagi aku percaya kalau semua sudah diatur sama yang Mahakuasa. Meskipun jalannya musti berliku-liku, tidak keterima dulu tapi kemudian diterima karena ada fellow yang mengundurkan diri. Itulah kenapa aku sering bilang kalau Tuhan itu sangat romantis, memberi pada saat aku sudah tak pernah berpikir akan diberi, sehingga berasa mengejutkan. Suprise. Selain itu, Tuhan juga jagonya pembuat alur cerita. Penuh suspensi, dan dramatis. Mungkin rasanya akan lain antara keterima langsung dibanding keterima dengan jalan berliku. Ada seninya. Ada alurnya. Yang penting dengan ending yang sama. Keterima beasiswa studi IFP-IIEF.

Terima kasih Gusti, terima kasih untuk alur yang indah ini. Beri aku dan keluargaku kekuatan dan kecerdasan untuk mensyukuri dengan sebaik-baiknya, amin.
Continue reading...