Beban perut semakin berat nih. Buat jalan makin susah, gampang capek. Kaki bengkak dan kencang rasanya. Last kontrol kemarin BB 62kg, dan kata dokter so far so good. Posisi bayi sudah mapan, biasanya sudah tak akan berubah. Kepalanya sudah turun, dan tinggal tunggu tanggal main.
Naik motor sudah makin repot. Apalagi berbonceng bertiga sama Shinfa. "Ayah, sempit," katanya pas dia duduk di tengah, karena kepepet badanku dan ayah yang gemuk hehe. Jawab ayah, "Besok deh beli trontong." Tahu trontong kan? Itu mobil pick up hehe.
Soal popok dan baju bayi, sudah siap. Punya Shinfa masih bagus2, dan minggu lalu sudah aku cuci semua. Cuma nambahin beberapa baju, kain gedong, sama kasur bayi berkelambu. Untuk barang yang terakhir, aku suka banget. Lucu. Warnanya biru tua, kombinasi kotak2 kecil, kayak dasterku.
Si mbak yang mau momong adiknya Shinfa juga sudah mau dan setuju. Namanya Ratih, dari Pekalongan. Dulu pernah juga bantu2 di rumah ibuku. Masih saudara, jadi lebih berasa nyaman dan aman saja. Nitipin si kecil sama Ratih.
Support dan perhatian teman juga tak henti menyapaku. Apalagi semakin ke sini bawaannya memang gelisah dan was-was. Tak jarang mimpi buruk, sampai ayah juga ikut2an. Kemarin ayah mimpi ada keranda di depan rumah, hiiii aku jadi takut. Tapi seorang teman bilang, kalau itu karena tekanan psikologis dan bentuk reaksinya adalah mimpi buruk. Semoga, hanya bunga tidur ya.
Aku bisa membayangkan nasib ibu2 hamil yang "sendirian". Maksudku, hamil tanpa perhatian dan support dari suami, terutama. Seperti tetanggaku di Pekalongan. Suami durhaka, tak berperasaan, dan egois karena meninggalkan istrinya yang sedang hamil padahal justru sedang butuh perhatian. Bahkan sampai melahirkan dan anaknya tumbuh besar. Pasti nelongso. Meski tidak menutup kemungkinan, bawaan mereka berbeda. Bisa jadi ada yang tegar, kuat, dan tak butuh berkeluh kesah. Tapi, seringan-ringannya hamil, akan lebih berasa nyaman jika suami dan orang2 terdekat ikut memberikan perhatian lebih. Dan, aku sangat bersyukur, tak hanya ayah dan Shinfa, ada banyak teman baik yang memperhatikanku.
Sekarang tinggal menunggu hari. Merelakskan fisik juga pikir. Facial, creambath, pijit... Jadi nyonya besar bebas dari kerjaan Inem hehe. Menikmati perhatian dan kasih sayang dari ayah, Shinfa, juga keluarga. Tiap hari Shinfa tak pernah absen untuk ciumi adik juga ibunya. Aku seneng banget. Membebaskan rasa, melupakan sakit hati dan dendam pada sesiapa pun. Karena siapa tahu juga ada yang tengah membenciku dengan segenap kebencian?
Aku minta doa teman-teman semua, semoga aku dan bayiku selamat ya, sehat dan sempurna. Lahir lancar dan normal. Maafkan semua salah khilafku juga ya. Semoga ampunan dan maaf kalian bisa memperlancar proses persalinan nanti, amiiin.
Continue reading...
Naik motor sudah makin repot. Apalagi berbonceng bertiga sama Shinfa. "Ayah, sempit," katanya pas dia duduk di tengah, karena kepepet badanku dan ayah yang gemuk hehe. Jawab ayah, "Besok deh beli trontong." Tahu trontong kan? Itu mobil pick up hehe.
Soal popok dan baju bayi, sudah siap. Punya Shinfa masih bagus2, dan minggu lalu sudah aku cuci semua. Cuma nambahin beberapa baju, kain gedong, sama kasur bayi berkelambu. Untuk barang yang terakhir, aku suka banget. Lucu. Warnanya biru tua, kombinasi kotak2 kecil, kayak dasterku.
Si mbak yang mau momong adiknya Shinfa juga sudah mau dan setuju. Namanya Ratih, dari Pekalongan. Dulu pernah juga bantu2 di rumah ibuku. Masih saudara, jadi lebih berasa nyaman dan aman saja. Nitipin si kecil sama Ratih.
Support dan perhatian teman juga tak henti menyapaku. Apalagi semakin ke sini bawaannya memang gelisah dan was-was. Tak jarang mimpi buruk, sampai ayah juga ikut2an. Kemarin ayah mimpi ada keranda di depan rumah, hiiii aku jadi takut. Tapi seorang teman bilang, kalau itu karena tekanan psikologis dan bentuk reaksinya adalah mimpi buruk. Semoga, hanya bunga tidur ya.
Aku bisa membayangkan nasib ibu2 hamil yang "sendirian". Maksudku, hamil tanpa perhatian dan support dari suami, terutama. Seperti tetanggaku di Pekalongan. Suami durhaka, tak berperasaan, dan egois karena meninggalkan istrinya yang sedang hamil padahal justru sedang butuh perhatian. Bahkan sampai melahirkan dan anaknya tumbuh besar. Pasti nelongso. Meski tidak menutup kemungkinan, bawaan mereka berbeda. Bisa jadi ada yang tegar, kuat, dan tak butuh berkeluh kesah. Tapi, seringan-ringannya hamil, akan lebih berasa nyaman jika suami dan orang2 terdekat ikut memberikan perhatian lebih. Dan, aku sangat bersyukur, tak hanya ayah dan Shinfa, ada banyak teman baik yang memperhatikanku.
Sekarang tinggal menunggu hari. Merelakskan fisik juga pikir. Facial, creambath, pijit... Jadi nyonya besar bebas dari kerjaan Inem hehe. Menikmati perhatian dan kasih sayang dari ayah, Shinfa, juga keluarga. Tiap hari Shinfa tak pernah absen untuk ciumi adik juga ibunya. Aku seneng banget. Membebaskan rasa, melupakan sakit hati dan dendam pada sesiapa pun. Karena siapa tahu juga ada yang tengah membenciku dengan segenap kebencian?
Aku minta doa teman-teman semua, semoga aku dan bayiku selamat ya, sehat dan sempurna. Lahir lancar dan normal. Maafkan semua salah khilafku juga ya. Semoga ampunan dan maaf kalian bisa memperlancar proses persalinan nanti, amiiin.