27 September, 2009

5 comments 9/27/2009 02:17:00 PM

Mudik dan Lebaran 2009

Posted by isma - Filed under ,



Ribut cari travel. Yup. Naik travel menjadi alternatif setiap kali aku n Shinfa mudik. Cuma sayang, semua travel ke pekalongan masih pakai L300. Cari ke sana-sini yang pakai Elf, tidak ada. Kayaknya memang enakan Elf, seperti pas aku ke Jepara atau Jakarta bulan-bulan sebelumnya. Ayah sampai sudah takwanti-wanti, tanyain yang pakai Elf ada enggak. Tapi, tetep gagal. Akhirnya, beli tiket tetap di travel langganan yang non-AC. Beli dua, untukku dan Shinfa. Ayah mudik pakai motor, seperti biasa.

Untuk sementara clear, sampai ada pemberitahuan mendadak. Rapat dadakan pada pagi yang seharusnya aku sudah ngabur mudik. Dengan terpaksa, tiket travel langganan dibatalkan. Karena yang sore nggak ada tempat kosong untuk belakang supir. Nggak banget deh kalau harus duduk di bangku paling belakang. Bisa-bisa malaikat kecilku keluar mendadak hehe. Tapi, karena pembatalan ini akhirnya aku dipertemukan dengan travel Persada yang TOP deh. Ada fasilitas bantal dan mobilnya masih baru. Tentu saja dengan harga yang lebih mahal karena ber-AC. Tuslah per orang jadi 100rb.

"Bu, besok lagi jangan naik mobil yang merah ya (travel lama)," request Shinfa setelah merasakan travel Persada. Hehe, ternyata Shinfa juga mengamini penilaianku. Tapi, sayang. Pas mau balik, travel ini susah dihubungi untuk pesan tiket. Nyari agennya si sepanjang jl Sutomo Pekalongan juga nggak nemu. Akhirnya, nyobain travel baru lagi, namanya Mawar. Rekomendasi dari temen juga sih.

Tapi, alhamdulillah. Malah berasa naik mobil pribadi karena pakai mobil APV. Dapat duduk di belakang supir, karena ini yang dicari. Shinfa jadi kesenengan. Meski di jalan tetep saja bolak-balik nanya, "Kapan sampainya Bu?" Dan, aku harus merayu dengan, "Tidur aja Dik. Kayak kemarin berangkat itu kan. Bangun-bangun sudah sampai deh."

Di Pekalongan kami bertiga sama ayah, selama lima hari menikmati panasnya pantura. Sempat kopdar sama Aulia dan ayah bundanya yang datang dari Gorontalo, jalan-jalan ke water boom Comal, selain ke rumah uyut dan sodara-sodara. Tapi, nggak sempat ke Blado Batang. Ayah yang doyan megono sama taoto sempat juga menuai rindu dengan dua makanan khas Pekalongan itu. Lontong sayur olahan tangan Simak juga nggak pernah absen menjadi menu di hari raya.

Sayangnya, Shinfa sempat kehabisan baju. Hehe bukan kehabisan sih, tapi karena yang aku bawa tidak sesuai yang disenangi Shinfa. Biasa, maunya pakai yang itu-itu aja. "Ibu kok cuma bawa baju Dik Abik sedikit?" protesnya dengan memelas. Jadinya, ringgo, dicuci garing (kering) trus dipakai lagi. Capek deh! Tapi, pada akhirnya bisa terkendalikan. Hehe.

Aku anak nomor 2 dari 9 bersaudara. Di antara anak-anak Simak, aku yang duluan balik ke Jogja. Dua adikku yang di Jakarta biasanya baru balik sekitar dua mingguan setelah lebaran. Maklum, wiraswarta. Jadi waktunya lebih longgar. Mbakyuku dan sisa adikku, ya memang menetap di Pekalongan. Sesuai jadwal, lebaran kali ini memang giliran kami shalat ied di Pekalongan. Insyaallah tahun depan, giliran di Jogja. Semoga diberi umur dan kesehatan sampai bertemu Ramadhan dan lebaran lagi. Dan, tentu dengan tambahan satu krucil di keluarga kami, adiknya Shinfa. Amiiin.
Continue reading...

23 September, 2009

2 comments 9/23/2009 03:00:00 PM

Ulang Tahun Ayah

Posted by isma - Filed under
terima kasih untuk semuanya, Ayah
selamat ulang tahun ya...
semoga panjang umur dan berkah
untuk kita meretas kehidupan
bersama keceriaan shinfa dan adiknya
sampai akhir hayat nanti
amiiin

Continue reading...

16 September, 2009

1 comments 9/16/2009 01:23:00 PM

Selamat Idul Fitri 1430 H

Posted by isma - Filed under


salam manis,


Continue reading...

10 September, 2009

5 comments 9/10/2009 01:30:00 PM

Ramadhan Tahun Ini...

Posted by isma - Filed under
Bisa jadi badanku lebih berat untuk diajak mobiling, tapi tuntutan pekerjaan ternyata lebih banyak pada Ramadhan tahun ini. Alhamdulillah, sejauh ini belum bolong puasaku. Perasaan lebih enakan daripada ketika hamil Shinfa. Waktu itu, Ramadhan 2004, sama-sama hamil 7 bulan juga. Dalam satu minggu pasti ada yang bolong karena perut mual dan dehidrasi.

Jarang buka di rumah. Ini dia tantangannya. Itu pun ta'jilan doang, trus dilanjut makanan berat di rumah. Memang sih, setiap hari kerja aku selalu terima jadi untuk menu buka. Tapi, kadang kalau sampai rumah masih sore, ada sedikit waktu untuk bikin menu kesukaan. Alhasil, harus menunggu weekend. Itu pun kalau pas sabtu minggu tidak ada kegiatan sore yang berujung pada buka bersama bareng teman-teman. Menu andalan dan juga request ayah biasanya kolak biji salak, es blewah, jamur, mie godok, dan kemarin yang lumayan laris ketoprak minimalis karena isinya cuma tahu goreng sama tokolan tok hehehe.

Pada awal-awal puasa, peserta buka di rumah cuma aku dan ayah, bapak dan ibu, ditambah uyut. Karena Shinfa, Tami, dan mbak-mbaknya pada ta'jilan di masjid. "Sepi yo nek gak ono bocah-bocah," begitu komentar Ato. Suasana kembali akan ramai setelah para krucil itu datang dan berceloteh tentang ta'jilan mereka. Lalu, akan kembali sepi saat tarawih karena mereka kembali ke masjid, ayah juga ikutan. Pada jam-jam ini biasanya aku terkapar, menata napas, dan begah perut. Tidak ikut jamaah tarawih bareng Ato di rumah. Aku lebih nyaman tarawih tengah malam, saat perut sudah terasa nyaman dan bisa tahan untuk berdiri lama. Shalat sendiri, atau jamaah sama ayah kalau ngepasi ayah nggak bisa tarawih di masjid.

Ramadhan tahun ini, Shinfa memang sudah rajin ikut ta'jilan dan tarawih di masjid. Hari pertama, sempat ada kekhawatiran dari orang rumah, dia bakal ngantuk kalau ikut tarawih. Tapi, asumsi itu terbatalkan pada malam kedua. Ternyata Shinfa betah, bahkan sampai pukul sembilanan malam karena usai tarawih ada kegiatan kelas. Yang pasti akan selalu terekam dalam ingatku, setiap kali dia datang dengan baju panjangnya, dengan tas cangklong berisi mukena dan snack, dan berucap nyaring, "Assalamualaikuuuuum..." Bener2 deh, sudah pantas jadi Mbak... hehehe. Lalu, bertiga dengan ayah akan rebutan nonton tv sambil leyeh-leyeh menunggu ngantuk. Biasanya aku dan Shinfa yang menang, karena dua lawan satu.

Sekarang Ramadhan sudah hampir habis. Tiket mudik sudah di tangan. Pas seminggu lagi aku dan Shinfa bakal mudik, dan ayah menyusul hari Sabtunya. Kami mau shalat ied di Pekalongan. Mbak Anik dan Mas Tanwir juga sudah datang dari Riau, berkumpul bersama anak-anak mereka di rumah, Tami dan mbak-mbaknya. Rumah Ato jadi tambah ramai. Menu buka dan sahur selalu penuh di meja makan.

Di minggu-minggu akhir ini aku berharap, bisa menyelesaikan puasa dengan penuh. Tarawih tetap terjaga, dan hati lebih bersih dan ikhlas. Semoga, Ramadhan tahun ini banyak berkah dan ampunan untukku, keluargaku, juga kita semua... amiiin.
Continue reading...

02 September, 2009

4 comments 9/02/2009 09:24:00 AM

Menjadi Mbak...

Posted by isma - Filed under

Hai, apa kabar semua... Lama ya aku nggak cerita-cerita. Sekarang aku sudah bisa bilang R, jadi nggak celat lagi. Umurku sudah 4 tahun setengah, hampir lima tahun. Tambah tinggi, tapi tetep langsing. Hehe. Aku belum sekolah, masih suka main-main di rumah aja. TA Salam sudah aku tinggalin sejak pertengahan tahun lalu, karena jadwal yang hari Sabtu dipindah Jumat. Jadi ibuku nggak bisa nganter. Terus, PAUD juga sudah enggak lagi, sejak ada dedek dalam perut, ibuku jadi nggak nyaman kalau duduk berlama-lama gitu. Rencananya setelah lebaran, mau ikut PAUD Ananda, bareng Dik Torik. Tapi, berani nggak ya aku nggak ditungguin... hihihi

Ohya, aku sudah mau jadi Mbak lho... Awalnya aku mimpi, aku dikasih boneka bayi jaguar sama Diego. Eh, tahunya mau dapat adik bayi beneran. Makanya waktu itu, aku pengennya adik laki-laki, kayak jaguarnya Diego. Uyut juga mimpi lho, diubengi ayam jago katanya. Trus setelah tanya sama ayah, akhirnya Uyut tahu kalau mau nambah cicit, ya calon adikku itu. Tapi, lama-lama aku kok jadi pengen adik perempuan ya... Mmmm, biar kayak Mbak Tami, bisa diajak main pasaran hehehe

Perut ibu sekarang nambah besar lho. Aku suka nyeletuk kalau lihat ibu pakai daster atau celana gombrong, "Hek Bu, gede banget!" Hehe. Tapi, aku suka. Aku selalu cium adik tiap ibu pulang kerja, atau kalau pas lagi teturon bareng di kamar. Aku juga suka mendengarkan suaranya, caranya dengan nempelin telingaku ke perut ibu. Kadang ibu menarik tanganku buru-buru supaya meraba perutnya, pas adik bergerak-gerak menendang perut ibu. "Adik ki lucu e...," begitu kataku senang.

Tapi, ibu jadi nggak sabaran deh! Mungkin karena gampang capek kali ya. Kalau sudah begitu, biasanya aku akan bilang, "Kayak gitu aja kok marah..." hehe. Atau, "Yo wis, takngalah ngko..." Nah, untuk kalimat yang kedua ini aku melu-melu Uti, kalau pas nuruti apa mauku. Biasanya kalau aku udah bilang gitu, ibu malah akan tertawa karena lucu katanya.

Karena ngerti kalau ibu gampang capek, aku sebagai calon Mbak yang baik, sekarang nggak lagi nangis kalau lihat ayah mijati kaki ibu. Soalnya abis itu aku biasanya ikut antri, minta pijat juga sama ayah hehe. Tapi, kalau ibu dipijat sama Budhe Kembar, aku masih nangis-nangis. "Nggak boleh..."

Yaaa, sekarang tinggal menunggu aja deh, kapan adik bayi mau lahir. Tambah dekat, aku tambah senang. Soalnya, katanya ibu mau melahirkan di Pekalongan. Jadi, aku bisa ikut mudik hehe. "Ibu besok kalau melahirkan di rumah sakit aja ya," itu ucapanku ke ibu. Lalu, ibu akan bertanya, "Kenapa?" Jawabanku, soalnya aku takut. "Besok kan ada Bulek Dewik. Ntar kalau ibu melahirkan, Mbak Abik jalan-jalan aja sama Bulek ya..." Dan, aku mengangguk. Semoga ya, lahirnya lancar, nggak pakai lama atau ribet, sempurna dan sehat. Dan, aku akhirnya jadi Mbak Abik beneran deeeh...
Continue reading...