Bermula dari iseng-iseng berhadiah, menggalang dana ke salah seorang supervisor di kantor, akhirnya jadilah aku, Mbak Ret, Mbak Ana, Mbak Nur, Mbak Wiwik, Ahmala, Mahbub, Tamam, dan Santo meluncur ke PH di Tugu sore hari sepulang megawe, Jumat 25 Januari 2008. Awalnya dana yang terkumpul baru 55rb lalu aku menggagas gimana kalau Pak Bos Besar juga kita minta. Ternyata gayung bersambut, mungkin sebagai syukuran royalti untuk bukunya juga, kami pun mendapat tambahan 100rb.
Tapi, penggalangan dana tidak berhenti sampai di sini, usai aku shalat zhuhur, tiba-tiba aku menemukan secarik kertas yang bertuliskan: Ini untuk dana bantingan sensasi delight. Tapi rahasia. Dan, ada uangnya 30rb. Alhamdulillah, jadi nambah aja kan jumlah dana kami. Tinggal menghitung uang sejumlah itu cukup untuk memesan apa dan berapa di PH. Dan, karena itu kami menamakannya makan-makan sensasi delight.
Hihi. Segitunya ya sama produk makanan yang satu itu. Yah, harap maklum. Pizza memang bukan makanan harian kami. Dan, untuk membelinya pun secara sengaja sepertinya tidak terlalu diharuskan. Mending nasi padang deh. Sekali waktu sajalah, apalagi kalau tidak perlu merogoh isi kantong sama sekali dalam arti gratisan. Asyiknya asyik.
Dan, mungkin karena ada tambahan “berkah” dalam kebersamaan, jumlah uang yang mungkin bagi sebagian orang tidak seberapa itu bisa membuat kami mabuk pizza. Bener-bener! Ternyata porsi small tetap saja jadi big size buat aku dan temen-temen. “Tuh Mam, masih ada,” tawarku pada Tamam. “Waduh, Mbak. Sudah nggak muat,” jawabnya dengan wajah nelangsa penuh penyerahan diri. Haha gimana ya menggambarkannya?
Total kami pulang masih membawa empat pizza ukuran personal. Dan, sudah pasti ini bisa dinikmati juga oleh sodara atau keluarga yang ada di rumah. Tuh kan, Pak Supervisor dan Pak Bos… bener-bener berkah. Makasih ya… besok-besok lagi ya… :D
Continue reading...
Tapi, penggalangan dana tidak berhenti sampai di sini, usai aku shalat zhuhur, tiba-tiba aku menemukan secarik kertas yang bertuliskan: Ini untuk dana bantingan sensasi delight. Tapi rahasia. Dan, ada uangnya 30rb. Alhamdulillah, jadi nambah aja kan jumlah dana kami. Tinggal menghitung uang sejumlah itu cukup untuk memesan apa dan berapa di PH. Dan, karena itu kami menamakannya makan-makan sensasi delight.
Hihi. Segitunya ya sama produk makanan yang satu itu. Yah, harap maklum. Pizza memang bukan makanan harian kami. Dan, untuk membelinya pun secara sengaja sepertinya tidak terlalu diharuskan. Mending nasi padang deh. Sekali waktu sajalah, apalagi kalau tidak perlu merogoh isi kantong sama sekali dalam arti gratisan. Asyiknya asyik.
Dan, mungkin karena ada tambahan “berkah” dalam kebersamaan, jumlah uang yang mungkin bagi sebagian orang tidak seberapa itu bisa membuat kami mabuk pizza. Bener-bener! Ternyata porsi small tetap saja jadi big size buat aku dan temen-temen. “Tuh Mam, masih ada,” tawarku pada Tamam. “Waduh, Mbak. Sudah nggak muat,” jawabnya dengan wajah nelangsa penuh penyerahan diri. Haha gimana ya menggambarkannya?
Total kami pulang masih membawa empat pizza ukuran personal. Dan, sudah pasti ini bisa dinikmati juga oleh sodara atau keluarga yang ada di rumah. Tuh kan, Pak Supervisor dan Pak Bos… bener-bener berkah. Makasih ya… besok-besok lagi ya… :D