Sebenarnya minggu kemarin ada banyak cerita. Dari syawalan, arisan, sampe balik mudiknya Mbak Tami. Cuma… lagi speechless nih. Bawaan hujan kali ya. Secara aku agak tidak suka dengan suasana hujan. Sepi, dingin, beku, dan basah. Jadinya terbangunlah suasana sedih, sendiri, dan air mata. Hiks. Apa-apa jadi terasa berat. Semua-mua berubah melo. Yang sebenarnya biasa-biasa saja menjadi sukses aku dramatiskan. Hiks.
Sudah semingguan ini Jogja diguyur hujan. Pagi sudah dimulai dengan mendung, siang gelap, dan sore turunlah hujan. Lama nggak hujan juga jadi masalah. Buat para petani seperti abah yang butuh pengairan untuk sawahnya. Kemarin sempat juga mengalami kekeringan. Tapi, sering-sering hujan juga jadi masalah. Buat hutan-hutan yang gundul, sungai-sungai yang dangkal dan banyak sampah, selokan air yang nggak lancar, lalu terjadilah longsor dan banjir. Malah kemarin ada temen yang mengingatkan, katanya siap-siap lihat tayangan bencana banjir. Hiks lagi deh!
Buat aku yang alhamdulillah tinggal di dataran rendah dan irigasi persawahan yang lancar, musim kemarau atau musim penghujan relatif tidak menjadi masalah. Meski kalau musim hujan, tiap sampai di rumah, pasti aku sudah basah kuyup. Baju mantel plastik tidak cukup sempurna melindungi tubuhku dari cipratan air. Belum lagi kecipakan kendaraan beroda empat yang melindas kubangan, dengan sukses menyembur ke wajahku. Piuh! Yah, nasib orang marjinal kali ya. Belum bisa beli mobil. Hehe.
Waduh, bilangnya speechless kok dah tiga alenia ya. Hihi jadi malu. Ya udah deh. Speechlessnya diganti aja sama tingkah Shinfa ini ya. Secara aku dijamin nggak bakalan speechless kalau lihat Shinfa lagi bertingkah. Ada-adaaaa saja...
Dandan?
Yuuuk yak yuuuk!
Continue reading...
Sudah semingguan ini Jogja diguyur hujan. Pagi sudah dimulai dengan mendung, siang gelap, dan sore turunlah hujan. Lama nggak hujan juga jadi masalah. Buat para petani seperti abah yang butuh pengairan untuk sawahnya. Kemarin sempat juga mengalami kekeringan. Tapi, sering-sering hujan juga jadi masalah. Buat hutan-hutan yang gundul, sungai-sungai yang dangkal dan banyak sampah, selokan air yang nggak lancar, lalu terjadilah longsor dan banjir. Malah kemarin ada temen yang mengingatkan, katanya siap-siap lihat tayangan bencana banjir. Hiks lagi deh!
Buat aku yang alhamdulillah tinggal di dataran rendah dan irigasi persawahan yang lancar, musim kemarau atau musim penghujan relatif tidak menjadi masalah. Meski kalau musim hujan, tiap sampai di rumah, pasti aku sudah basah kuyup. Baju mantel plastik tidak cukup sempurna melindungi tubuhku dari cipratan air. Belum lagi kecipakan kendaraan beroda empat yang melindas kubangan, dengan sukses menyembur ke wajahku. Piuh! Yah, nasib orang marjinal kali ya. Belum bisa beli mobil. Hehe.
Waduh, bilangnya speechless kok dah tiga alenia ya. Hihi jadi malu. Ya udah deh. Speechlessnya diganti aja sama tingkah Shinfa ini ya. Secara aku dijamin nggak bakalan speechless kalau lihat Shinfa lagi bertingkah. Ada-adaaaa saja...
Yuuuk yak yuuuk!