24 December, 2006

0 comments 12/24/2006 01:34:00 PM

Makasih ya, Yah...

Posted by isma - Filed under


Sehari setelah aku ultah, tiba-tiba jaringan net bermasalah. Gara-gara gempa di Taiwan. Jadi ketunda deh buat berbagi kenangan ultah yang 23 Desember 2006 kemarin. Pas aku genap 28 taon. Hihi sudah tua ya, Mak! Makasih buat Nihayah, Uly, Aan, atas doa dan sapaan ultah kalian. Biar udah ibu-ibu gini, ternyata masih seneng juga ya kalo ada yang care ngucapin met ultah. Hihihi.

Shinfa juga ngucapin ultah lho, buat ibunya. "Met utan taun," gitu katanya, setelah diajari sama bulek n mbak-mbaknya. Dan, karena ultah jadinya aku didaulat untuk nraktir. Murah meriah aja, bakso yang semangkoknya cuma Rp2500. Ples, es krim. Ngomong-ngomong soal es krim, sebenarnya dari minggu kemarin aku sudah pingin banget nyobain produk baru Vienetta (mohon dikoreksi kalo salah tulis...). Tapi, pas mo beli kata ayah, "Ih, mahal!" Waktu itu mang belum jadi beli. Karena pikirku, besok aja deh sekalian pas ultah. Kan kurang beberapa hari gituh.

Eh, taunya pas malam Sabtu, 23 Desember, jam 12-an, pas aku sudah siap mo tidur, si ayah malah pergi keluar kamar. Balik-balik udah bawa bungkus kresek item yang dingin sambil bilang, "Selamat ulang tahun..." Ples cipika-cipiki. "Hai, apaan nih. Kok dingin?" tanyaku pura-pura ndak tahu. Padahal aku sudah nebak, pasti es krim. Hehehe. Ternyata bener. Es krim yang aku impikan. Alah! "Lho Yah, katanya mahal?" tanyaku kemudian. "Kalo punya uang mana ada barang yang mahal." "Apalagi buat istri tercinta," tambahku dalam ati.

Duh, nggak nyangka si Ayah bisa juga kasih surprise kek gini. Makasih ya, Yah. I Love U!
Continue reading...

21 December, 2006

0 comments 12/21/2006 09:39:00 AM

Menjelang Hari Ibu

Posted by isma - Filed under
Jumat besok adalah tanggal 22 Desember, atau biasa dikenal dengan Mother’s Day-nya versi Indonesia. BW, aku jadi ingat, duluuu, pas belum jadi ibu, kadang ada pikiran ‘romantis’ ingin ngasih sesuatu ke simakku alias mbahnya Shinfa yang di Pekalongan sana. Cuma sayangnya bagi para perempuan desa seperti simakku, keknya nggak ada deh ‘sense of belonging’ sama yang namanya hari ibu. Bagi beliau, semua hari sama saja. Kecuali hari raya ketika semua anak-anaknya yang di perantauan pada ngumpul. Jadi, terus terang aja nggak ada itu yang namanya acara ‘spesial’ buat simakku pas hari ibu.






Hingga tanpa terasa (eh kerasa ding…), aku sendiri udah jadi ibu. Ibu kecil dari bocah mungil yang kami beri nama Shinfa Labieq. Trus, tiba-tiba terbetik keinginan untuk coba menghadirkan ‘hari ibu’ itu dalam alam perasaan dan pikiranku. Alah!






  • Mmm, apa sih makna hari Ibu buat kamu?


Buat aku hari Ibu itu merupakan catatan sejarah atas peran perempuan, salah satunya ya wilayah politik dan sosial seperti yang udah aku baca dalam artikel tentang sejarah hari Ibu kemarin. Tapi, itu hanya satu bagian dari peran perempuan yang layak untuk dihargai dan diapresiasi. Karena masih banyak peran perempuan di bidang lain. Dalam lingkup yang paling kecil dan penting plus bernilai banget, ya keluarga.





  • Motivasi apa yang kamu dapetin dengan adanya hari Ibu?


Motivasi untuk berbuat lebih banyak lagi kali ya. Dengan berperan sebaik mungkin di tempat mana aku berada. Kalau dalam keluarga sih, minimalnya, gimana biar Shinfa juga ayahnya merasa lengkap dengan kehadiranku di sisi mereka. Amiin.





  • Gimana kamu menyikapi hari Ibu?


Jelas menghargai, sekaligus bangga. Paling enggak dengan catatan sejarah ini aku bisa cerita ke Shinfa kelak, gimana hebatnya para perempuan pelaku sejarah itu.





  • Sebagai ibu, gimana kamu merayakan hari Ibu?


Waduuuh. Yang jelas nggak pake lomba-lomba gitu deh. Apalagi pake upacara bendera. Cukup lebih memaknai aja peran aku sebagai perempuan dan ibu. Ini juga keknya baru tahun ini. Yang tahun pertama kemarin, malah nggak kepikiran. Hihihi.





  • Ada masukan soal apa aja deh, kaitannya dengan hari Ibu?


Coba 22 Desember dibikin merah ya. Asyik, bisa liburan sama Shinfa…





  • Kalau semacam surprise dari keluarga, pernah dapat nggak?


Belum pernah tuh. Kasihan banget ya…;(





  • Kamu merasa perlu ngucapin sesuatu buat siapa gitu menjelang hari Ibu besok?


Happy mother’s day ya, Mom. All moms in the world. Aku bangga sama kalian semua…Wabilkhusus, buat simakku. Aku ingin mencintaimu dengan tanpa hitungan, seperti cintamu buat aku.



Dan, dengan maksud untuk sharing, aku pingin ngajak:

  1. Nihayah mamanya Kavin n Mirza
  2. Mama Shazma
  3. Angky mamanya Kayra

Buat njawab wawancara ekslusif ini. Ada waktu kan, ibu-ibu, sumonggo. ..;))



Continue reading...

20 December, 2006

0 comments 12/20/2006 09:01:00 AM

Shinfa’s Kissing

Posted by isma - Filed under


“Cium dulu dong”, adalah kalimat yang keknya udah jadi password tiap kali ketemu sama Shinfa. Apalagi setelah seharian nggak ngelihat jentat-jentit langkah lucunya. Atau bisa juga dengan, “Sayang dulu dong”. Kalau udah dapet ciuman dari sang puteri, huhu rasanya mareeeem banget. Malah kadang, pada suka minta tambah. Hehe.

Kenapa bisa begitu? Soalnya nih, selain Shinfa punya paket lengkap ciuman, cara nyium dia tuh lucu banget. Idungnya bakal ngisap dalem-dalem sampe kedengaran gitu tarikan napasnya, sementara bibirnya mengiringi dengan suara, “Ummmua…”

Shinfa: “Ibu, uwun pen. Ambal
Ibu: “Em, sayang dulu dong. Pipi kanan
Shinfa: “Ummmua.”
Ibu: “Pipi kiri…”
Shinfa:: “Ummmua…”
Ibu: “Kening…”
Shinfa: “Ummmua…”
Ibu: “Bibir…”
Shinfa: “Ummmua…”
Ibu: “Acih…”
Shinfa: “Mama…”
Ibu: “Sayang lagi dong…”
Shinfa: #$gty^578@!

Cuma kadang, Shinfa suka mogok nggak mau kasih ciuman. Berlagak sok menyibukkan diri ngutek-ngutek apa gituh, atau cuek nggak ndengerin. Biarpun sudah dicolek-colek, tetep ajah emoh. Kecuali kalo dia merasa pingin sesuatu, baru deh berpaket-paket ciuman pun bakal direlain. Hihi, dalam rangka merayu siiiih.
Continue reading...

19 December, 2006

0 comments 12/19/2006 04:03:00 PM

Shinfa dan Adik Inci

Posted by isma - Filed under
Shinfa punya teman baru, boneka kelinci warna merah putih oleh-oleh dari Mbak Uyun Itin (Nurul Kriting…) pas jalan-jalan ke Kaliurang. Shinfa biasa manggil boneka itu “Adik Inci”. Kalo sudah siap-siap mo tidur, Shinfa biasanya suka nanyain, “Bu, adik Inci, Bu. Adik Inci.” “Ini, adik Incinya.” Dia ketawa, “Adik Inci mimik. Adik Inci mimik,” katanya sambil mendekatkan si kelinci suruh nenen sama si Ibu.

Weleh! Segitunya kamu, Shin sama adik Inci. Tapi, nggak berarti Shinfa sudah mau diajak berbagi lho, alias pingin punya adik. Soalnya setelah Adik Inci didekatin gitu ke si Ibu, trus si Ibu berlagak kek orang menyusui, Shinfa buru-buru menarik Adik Inci buat dijauhin sambil merengek-rengek nggak rela ASI-nya dimimik Adik Inci.

Itu kalo malam. Kalo siang, biasanya Adik Inci suka nemeni Shinfa main corat-coret kertas di atas kasur. Asyik banget keliatannya. Sampai Adik Incinya malah dicuekin.
Eit! Tapi, tunggu. Coba liat beberapa menit kemudian, apa yang bakal terjadi...
Hehehe. Adik Inci jadi sasaran coret-coret Shinfa.

“Aduh, Dik. Kasian Dik Incinya dong. Kakinya ntar kotor…”
Shinfa melongo, jadi enggak asyik lagi nih...hihi.



Continue reading...

18 December, 2006

0 comments 12/18/2006 09:32:00 AM

Sejarah Hari Ibu

Posted by isma - Filed under

Terus terang beberapa hari ini aku jadi bertanya-tanya, kenapa tanggal 22 Desember dinyatakan sebagai Hari Ibu. Gara-gara iklan yang tayang di tv, kok sudah bernuansa hari ibu gituh. Hihim ketahuan yak, dulu pas pelajaran sejarah hari ibu ketiduran. Setelah tanya-tanya sama bapak/ibu guru yang kebetulan satu rumah, dan hasilnya sama-sama nggak tahunya, aku browsing aja di google. Hasilnya, artikel berikut ini:
Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Berbeda dengan di Amerika dan Kanada yang merayakan Hari Ibu atau Mother's Day pada hari Minggu di minggu kedua bulan Mei.

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan di tahun yang sama dengan Sumpah Pemuda. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Pada tanggal 22 Desember 1928 organisasi-organisasi perempuan mengadakan kongres pertamanya di Yogyakarta dan membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), kongres berikutnya diadakan di Jakarta dan Bandung.
Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, hingga kini.

Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan dibuat sebuah monumen, setahun berikutnya diletakkan batu pertama oleh Ibu Sukanto (ketua kongres pertama) untuk pembangunan Balai Srikandi dan diresmikan oleh menteri Maria Ulfah tahun 1956. Akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta.
Sumber: http://yulian_firdaus.or.id/



Continue reading...

15 December, 2006

0 comments 12/15/2006 01:39:00 PM

Jawaban Andalan!

Posted by isma - Filed under



Biar Shinfa sudah apal itungan dari satu mpe sepuluh, tapi soal ngitung dia mang belum jago. Belum cukup umur kalih ya. Hehehe, kek mo nikah aja, Mak! Misalnya dia ditanya, “Ini gambar apa, Dik?” “Ulung.” “Burungnya ada berapa?” “Atu.” Padahal burungnya ada lima berbaris rapi tergambar di buku warnanya.





Beberapa minggu lalu, andalan jawabannya mang “atu” tiap kali ditanya soal hitungan. Tapi, beberapa hari terakhir ini, keknya dia sudah ganti andalan. Kemarin sore abis nggantiin celananya yang basah, aku tanya: “Ini apa, Dik?” “Udel.” “Udelnya ada berapa?” “Dua…” Hehe, masak puser yang satu itu dibilangnya dua sih.





Sama juga soal warna. Tiap kali ditanya, Shinfa slalu punya jawaban andalan: “Biru”, sama “Merah”. Pernah waktu itu Shinfa diajak maen ke tempat pakde-bu denya. Iseng-iseng Bu De Tini nanyain warna gagang gunting yang lagi dia pegang. “Ini warnanya apa, Dik?” “Bilu.” “Kalo yang satunya ini?” “Melah.” Sambil berdecak kagum si Bu De berkomentar, “Wah, pinter tenan. Sudah paham warna.”





Hehe, maklum si Bu De gak tahu sih, apa jawaban Shinfa kalo ditanya warna bendera Indonesia. Jawabnya pasti bukannya merah putih, tapi biru merah. Kebetulan aja gunting yang dipegang sama Bu De gagangnya yang kanan berwarna biru, yang kiri berwarna merah. Yah, jelas tepat dooong. Ihik!

Continue reading...

12 December, 2006

0 comments 12/12/2006 09:47:00 AM

Antonim yang Antonim

Posted by isma - Filed under

Sebenarnya sudah lama Shinfa kenalan sama pasangan kata: keluar-masuk, matiin-nyalain, naik-turun. Cuma, kenapa ya ampe sekarang dia masih suka kebalik gitu ngucapin kata-kata yang berantonim itu.
Eh, tapi bener kan ketiga pasangan itu termasuk antonim? Iseng-iseng aku buka kamus on line soal antonim. Takut salah istilah, maklum sudah ndak sekolah lagi. Dijelaskan dalam kamus itu kalau Antonim berasal dari dari bahasa Yunani anti ("lawan") dan onoma (“nama”), artinya adalah sebuah istilah linguistik yang merujuk pada pasangan kata yang berlawanan artinya alias lawan kata. Contoh: panas adalah antonim dingin.
Nah, kalau Shinfa antonimnya bener-bener diantonimin dalam praktik ngomongnya. Misalnya pas dia abis mandi, biasanya dua suka masuk ke dalam baldi (ember) air. Tapi bukannya bilang, “Acuk, acuk.” Shinfa bilangnya malah, “Lual, Bu. Lual.” Juga, pas masuk kamar yang jendelanya belum dibuka, kan gelap tuh. Bukannya bilang, “Alain, Bu,” maksudnya nyalain lampunya. Eh, dia malah bilang, “Atiin, Bu, atiin.”
Hihi, kok bisa carut-marut gitu ya… Padahal kita juga sudah mbenerin lho, berkali-kali. Tapi, tetep ajah kek gitu. Emang bener ya, kalo cah cilik tuh polos n jujur banget. Masak antonim ajah musti dipraktikin jadi antonim beneran coba!
Continue reading...

11 December, 2006

0 comments 12/11/2006 12:34:00 PM

Ejaan Yang Di-shinfa-kan

Posted by isma - Filed under

Sama sekali tak ada maksud buat mengacau-balaukan EYD yang sudah berlaku di pertatabahasaan kita. Hehe, kayak sudah selevel ajah! Enggak. Ini cuma semacam catatan ringan soal kekacau-balauan yang dilakukan Shinfa pas ngomong. Kadang kalau ndak njeli suka bingung gitu deh, apa ya maksud omongannya. Atau kalau enggak, harus paham bener konteks kalimatnya. Baru deh, ngeh apa maksud dari omongan Shinfa.




  1. Beberapa konsonan yang berubah bunyi kalo diucapkan baik di awal kata ataupun di tengah. Antara lain: F jadi P, G jadi D, K jadi T (kecuali kura-kura jadi cula-cula), R jadi L, Q jadi T, V jadi P, X jadi T, Z jadi J.

  2. Beberapa konsonan yang luruh alias ilang kalo diucapkan di awal kata. Antara lain: C (celana: elana), K (keriting: itin).

  3. Bunyi NG secara otomatis berubah jadi N. Contohnya: payung jadi payun.

  4. Masih terbata-bata untuk mengucapkan kata dengan tiga suku kata dst. Biasanya dia cuma ambil bagian belakangnya. Misalnya: sepeda jadi peda, kerudung jadi udun, kaos kaki jadi tati.

  5. Jurus ampuhnya kalo nyerah ndak mau menirukan suatu kata yang kayaknya ribet gitu, biasanya Shinfa cuma ketawa sambil nyengir. (Hehe. Kayaknya yang ini maksa banget buat disangkutpautin sama tata bahasa).

Tapi, biar begitu ada juga beberapa kalimat yang sudah bisa dia ucapkan dengan jelas. Kayak pagi ini, pas Shinfa taktinggal sendirian di depan tv, dia teriak-teriak, “Ibu…ibu,” sambil menyusul ke kamar. Trus pas dia berhasil nemuin ibunya di dalam kamar, dia bilang, “Oh, ini dia!” Hehehe. Kayak nemuin apa aja kamu, Shin!

Continue reading...

07 December, 2006

0 comments 12/07/2006 03:54:00 PM

Obrolan Shinfa

Posted by isma - Filed under
01. INT/EXT. KAMAR SHINFA DAN TERAS RUMAH --PAGI

Shinfa lagi didandanin sama ibunya. Jendela kamar udah dibuka. Langsung menghadap halaman depan rumah yang pagi itu mang gerimis. Mbah Uti lagi nyapu halaman sambil payungan.
Mbah Uti: Tiut…tiut…tiut!
Shinfa: Inta ujan, Bu. Inta ujan.
Ibu: *&^>???
Shinfa: Inta ujan, Bu. Inta ujan.
Mbah Uti: Inta ujan piye to?
Ibu: Ya. Entar ya. Pakai baju dulu.
Ibu buru-buru makein baju Shinfa. Abis si dede sudah pake acara merengek-rengek minta hujan. Kayak ibunya ini pawang aja. Dalam pikiran ibunya sih Shinfa pengen main-main air hujan. Jadinya pas Shinfa udah cantik, si ibu menggendongnya ke halaman rumah.
Ibu: Ini dik. Tangannya siniin. Ntar airnya netes dari atas.
Shinfa menjulurkan tangannya. Pas tetesan air mengenai telapak tangannya, ia nyengir.
Shinfa: Bu, inta ujan. Inta ujan.
Ibu: J{{*&&%^? Ini ujan, Dik.
Sinfa: Inta ujan. Inta ujan.
Ibu: Ya udah. Adik turun ya.
Soalnya gerimisnya udah reda. Jadi, biarin aja Shinfa main-main di halaman tanah yang basah, menuruti kemauannya untuk minta ujan, sambil diiringi si ibu.
Eh, taunya Shinfa mendekati payung yang tadinya dipakai sama Mbah Uti, sambil kembali mengulangi kalimat sebelumnya: “Bu, inta ujan.”
Ibu: Oooh. Payung ya. Ini payung, Dik. Dipake kalo ujan. Bukan minta ujan.
Shinfa: Ayun. Inta ayun.
Mbah Uti: Oalah…payung to…

02. EXT. HALAMAN BELAKANG --SIANG

Salah satu kegiatan rutin Shinfa sama utinya kalo pas si Ibu pergi adalah jalan-jalan di halaman belakang, sambil mencari buah melinjo yang jatuh.
Mbah Uti: Adik, ibu ke mana Dik?
Shinfa: Indak.
Mbah Uti: Tindak ke mana?
Shinfa: Antol.
Mbah Uti: Cari apa di kantor?
Shinfa: Ali pijo
Mbah Uti: Hahahaha. Kalo ayah ke mana?
Shinfa: Indak.
Mbah Uti: Tindak ke mana?
Shinfa: Antol.
Mbah Uti: Cari apa di kantor?
Shinfa: Ali pijo.
Mbah Uti: Hahahaha…
Continue reading...